4/22/2009

SUNAN GIRI

WALISONGO III
S U N A N G I R I

1. SYEH MAULANA ISHAK

Kerajaan blambangan geger,karena sudah berbulan bulan rakyat kerajaan blambangan di landa penyakit. Bahkan putrid kedaton yang bernama dewi sekar dadu juga turut menderita sakit. Prabu menak sembuyu selaku sang ayah putri sudah memanggil berbagai dukun dan tabib untuk mengobati sang putri tapi sang putri belum sembuh juga.
Hampir setiap hari ada saja rakyat blambangan yang meninggal dunia.karena tak sampaih hati melihat penderitaan putri dan rakyatnya prabu menak sembuyu selaku raja blambangan menyuruh patih,bajul,sengarah untuk mengumumkan sayembara, yaitu barang siapa yang dapat menyembuhkan sang putri serta dapat mengusir wabah penyakit dari kerajaan blambangan maka bila orang itu laki-laki akan dijodohkan dengan sang putri. Bila perempuan akan dijadikan saudara sang putri. Sayembara segera di sebar ke pelosok negeri tapi tidak ada satupun yang berani mengikutinya.
Pada suatu hari ada seorang brahmana bernama resi kandabaya menghadap raja. Brahmana itu berkata bahwa yang dapat menyembuhkan sang putri adalah seorang pertapa di gunung gresik namanya maulana ishak.
Prabu menak sembuyu kemudian mengutus putri bajul sengara dan beberapa orang prajurit ke gunung gresik. Sepuluh orang berkuda segera ke gresik setelah menempuh perjalanan selama seminggu sampailah utusan raja itu ke hadapan Maulana Ishak di Gunung Gresik.
“Apa maksud kedatangan kalian kemari”? Tanya syeh maulana ishak.
“Kami diutus raja bahwa tuan yang dapat menyembuhkan penyakit sang putri dewi sekardadu,”jawab patih bajul sengarah” “tuan pula yang sanggup mengusir wabah penyakit dari negeri blambangan. Bila hal itu terlaksana maka prabu menak sembuyu akan menjodohkan tuan dengan dewi sekardadu. Namun bila tuan tak dapat menyembuhkannya maka tuan dihukum mati.” Syeh maulana ishak diam beberapa saat kemudian berkata dengan suara berwibawa. “Agama islam adalah agama yang baik.suka menghormati tamu apa lagi tamu yang datang dari jauh. Aku tidak sampai hati mengecewakan hati rajamu. Aku akan datang ke blambangan untuk menyembuhkan putri dan rakyat blambangan. Ini kulakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbal jasa,bukan karena iming-iming akan dijodohkan dengan sekardadu. Nah sekarang berangkatlah kalian lebih dahulu.”
Patih bajul sengara kemudian mengajak anak buahnya kembali ke blambangan. Mereka harus menempuh perjalanan satu minggu untuk sampai di blambangan dari sini dapat disimpulkan betapa jauhnya jarak antara gunung gresik dengan blambangan.
Ketika patih bajul sengara sampai dikeraton blambangan hatinya terkejut bukan main. Suasana keraton tampak meriah sekali. Setelah diselidiki ternyata prabu menak sembuyu sedang merayakan hari ketujuh perkawinan antara Dewi Sekardadu dengan Syeh Maulana Ishak.
Patih bajul sengarah tercengang dia masih belum percaya atas keterangan beberapa ponggawa kerajaan di pun segera masuk kedalam istana dan bertemu dengan prabu menak sembayu.
“Kemana saja kau ini patih? “ Tanya prabu menak sembayu.
“Lho ? sudah jelas hamba baru datang dari gunung gresik” jawab sang patih.
“berapa lama waktu yang diperlukan untuk datang ke gresik “ ? Tanya prabu menak sembuyu.
“enam hari gusti prabu,jadi kami berada di perjalanan selama dua belas hari. “sahut patih bajul sengara. “gusti prabu apa sebenarnya yang telah terjadi ?” “sungguh aneh,” gumam sanf prabu “pada hari keenam sejak keperglanmu ke gunung gresik. Maulana ishak sudah datang ke istana ini dia telah berhasil menyembuhkan dewi sekardadu.dan sesuai dengan janjiku maka kujodongkan dia dengan putriku itu. Sekarang ini adalah perayaan hari ketujuhnya perkawinan maulana ishak dengan putriku.
Patih Bajul Sengara tercengang mendengar keterangan itu. Sewaktu berada di Gunung Gresik dia telah disuruh berangkat lebih dahulu oleh Maulana Ishak, tapi Maulana Ishak yang tampaknya hanya berjalan kaki itu ternyata sudah sampai lebih dahulu ke Blambangan. Berarti Maulana Ishak itu bukan orang sembarangan.
Patih Bajul Sengara masih setengah percaya, kemudian dia segera menemui Maulana Ishak, dia kuatir jangan-jangan ada orang lain yang mengaku sebaai Maulana Ishak yang datang ke Blambangan. Setelah bertemu dengan Maulana Ishak barulah Patih Bajul Sengara merasa yakin bahwa lelaki yan bersanding dengan Dewi Sekardadu itu memang Syeh Maulana Ishak.
Sesungguhnyalah, Syeh Maulana Ishak itu mempunyai karomah yang mengagumkan hanya dalam beberapa kejap mata dia dapat berpindah tempat dari Gunung Gresik ke istana Blambangan. Setelah pesta tujuh harinya perkawinan Syeh Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu banyak para penduduk Blambangan yang datang berobat kepada Syeh Maulana Ishak sembari belajar agama islam. Mereka yang berobat seketika langsung sembuh sehingga makin hari makin banyak penduduk yang simpati kepada Syeh Maulana Ishak, tidak begitu lama Syeh Maulana Ishak sudah mempunyai pengikut yang jumlahnya tidak sedikit.
Makin hari makin banyak penduduk Blambangan yang masuk agama islam. Lama-lama para pembesar kerajaan termasuk Prabu Menak Sembuyu menjadi kuatir dan marah atas pengaruh Syeh Maulana Ishak pada rakyat Blambangan. Lebih-lebih setelah mereka tahu bahwa agama islam melarang pemeluknya makan daging yang tidak tersembelih karena Allah. Ajaran Syeh Maulana Ishak melarang kesenangan mereka makan daging babi, ular dan binatang-binatang haram lainnya, juga melarang kesenangan mereka minum arak, berjudi, berzina dan menyembah berhala, maka Prabu Menak Sembuyu menyuruh Patih Bajul Sengara mengerahkan tentara Blambangan untuk menyerang Syeh Maulana Ishak dan para pengikutnya. Syeh Maulana Ishak langsung maju ke depan ketika melihat pasukan Blambangan dikerahkan ke pesantrennya. Dia berjalan dengan tenangnya menuju Patih Bajul Sengara, anehnya tidak seorangpun prajurit Blambangan berani menghalangi langkahnya.
Tujuan da’wah Syeh Maulana Ishak adalah menyadarkan mereka yang salah bukan membasmi mereka yang berbuat salah, maka Syeh Maulana Ishak meminta perang tidak diteruskan, beliau bersedia meninggalakn Blambangan. Mendengar pernyataan itu Patih Bajul Sengara tidak meneruskan serbuannya. “Bila Tuan hendak meninggalkan kami siapa yang akan membimbing kami belajar agama islam, Tanya salah seorang murid Syeh Maulana Ishak.
“Istriku sedang mengandung, anak di dalam kandungannya itulah yang kelak akan melanjutkan perjuanganku, “ujar Syeh Maulana Ishak.
Perkataan Syeh Maulana Ishak ini sempat terdengar oleh Patih Bajul Sengara dan beberapa prajurit Blambangan lainnya. Dengan hati mendongkol mereka segera kembali ke keraton Blambangan. Kini tibalah saatnya Syeh Maulana Ishak berpamit kepada istrinya yang sudah hamil delapan bulan. “Istriku, jangan mengira aku tidak menyanyangi dirimu, tapi demi kedamaian segala pihak, agar tidak terjadi pertumpahan darah di antara kita, maka relakanlah aku pergi meninggalkan Blambangan. Dengan hati luluh, air mata bercucuran Dewi sekardadu melepas suaminya pergi. Sesudahnya Syeh Maulana Ishak meninggalkan pesantren di Blambang, Dewi sekardadu di boyong ke istana Blambangan. Tidak berapa lama kemudian Dewi sekardadu melahirkan bayi laki-laki yang elok wajahnya. Sebenarnya prabu Merak sembuyu itu menyukal dan sayang kepada cucunya tapi atas hasutan pati Bajul Sengara terpaksa dia perintahkan prajurit Blambangan membuang bayi itu dalam sebuah peti ke tengah samudra.
Bayi yang dilahirkan Dewi Sekardadu itu dibuang karena patih bajul Sengara pernah mendengar perkataan syeh Maulana Ishak bahwa yang melanjutkan da’wa Islam di Blambang adalah anak Dewi Sekardadu. Wanita mana yang kuat menanggung derita seperti yang dialami Dewi Sekardadu. Sesudah ditinggal suaminya kini harus merelakan anak satu-satunya di buang di samudra. Sejak peristiwa pembuangan anaknya wanita itu jadi sakit- sakitan dan tak lama kemudian dia meninggal dunia.
Sementara itu peti berisi bayi yang dibuang ke tengah laut telah berada diselat Bali. Ada sebuah kapal dagang dari Gresik yang melintas diselat Bali dan kebetulan menabrak peti itu.
Sungguh aneh, kapal itu tidak dapat bergerak saat menabrak peti tadi. Nahkoda memerintahkan anbak buahnya untuk memeriksa apa yang terjadi.
Setelah diselidiki ternyata kapal itu tidak menabrak batu karang melainkan hanya menabrak sebuah peti. Nakoda memerintahkan membawa peti itu naik ke atas geladak. Peti dibuka ternyata berisi bayi mungil yang tampan wajahnya. Sesudah sampai di Gresik bayi itu diberikan kepada juragan mereka yaitu Nyai Ageng Temate.

2. RADEN PAKU

Nyai Ageng Temate adalah seorang janda kaya di Gresik. Kebetulan janda itu tidak mempunyai anak, maka bayi yang di temukan anak buahnya di angkat sebaai anaknya. Karena bayi itu ditemukan di tengah samudra maka dia diberi Joko Samudra. Setelah cukup umurnya Joko Samudra belajar ilmu agama kepada Sunan Ampel di Surabaya. Sejak kecil Joko Samudra sudah mempunyai karomah, kalau dia hendak berangkat ke Surabaya dia berdoa di tepi pantai Gresik. Tiba-tiba saja pantai Surabaya mendekat ke arah daratan Gresik. Begitu kakinya melangkah sampailah dia di daratan Surabaya.
Agaknya Joko Samudra telah mewarisi karomah ayahnya yaitu Syeh Maulana Ishak yang mampu berpindah tempat dari Gunung Gresik ke Blambangan dalam tempo kurang dari sehari.
Sunan Ampel meras kasihan melihat Joko Samudra setiap hari berangkat dari Gresik ke Surabaya, maka dia disuruh mondok di Pesantren Ampeldenta. Joko Samudra mengutarakan hal itu kepada ibunya, Nyai Ageng Temate menyetujui,maka mulai saat itu Joko Samudra tinggal di Pesantren Ampeldenta. Di Ampeldenta Joko Samudra dapat bergaul dengan siapa saja dengan luwesnya. Dia bersahabat akrab dengan putra Sunan Ampel yang bernama Raden Makdum Ibrahim. Kemana mereka pergi selalu tampak berdua.
Pada suatu malam, Sunan Ampel hendak bershalat tahajud, sebelum mengambil air wudhu beliau sempat menengok ke asrama tempat tidur para santri. Saat itu suasana gelap gulita , tiba-tiba Sunan Ampel melihat sebuah cahaya menyilaukan mata keluar dari salah seorang santri yang sedang tidur. Sunan Ampel tidak tahu siapa santri itu maka diberinya tanda berupa ikatan kecil pada sarung yang dikenakan santri itu. Esok harinya sesudah sholat subuh Sunan Ampel mengumpulkan para santrinya. “Siapa diantara kalian yang sarungnya ada ikatan kecil sewaktu bangun tidur ?” “Saya Kanjeng Sunan , Jawab Joko Samudra.
Dari jawaban itu tahulah Sunan Ampel bahwa Joko Samudra bukan orang sembarangan. Pada suatu hari Sunan Ampel mengajak Joko Samudra menemui Nyai Ageng Temate di Gresik. Sebagaimana para wali lainnya, Sunan Ampel juga mempunyai karomah, hanya dalam bebrapa kejap mata beliau sudah dapat membawa Joko Samudra kehadapan Nyai Ageng Temate.
Janda kaya raya itu tergopoh-gopoh menyambut kedatangan Sunan Ampel dan anaknya. Ringkas kata Sunan Ampel mempertanyakan siapakah sebenarnya Joko Samudra itu.
“Ampun Kanjeng Sunan…… “kata Nyai Ageng Temate. “Sesungguhnya Joko Samudra ini ditemukan abak buah saya di tengah Selat Bali. Sejak bayi dia saya angkat sebagai anak saya.”
“Selat Bali ?”Tanya Sunan Ampel. “ Benar Kanjeng Sunan, jawab Nyai Ageng Temate.
“ Bila demikian halnya tentu Joko Samudra ini putra pamanku yang bernama Syeh Maulana Ishak. Sebelum pergi ke Negeri Pasal pamanku itu berpesan dia mempunyai anak di negeri Blambangan. Anak itu dibuang ke tenga lautan, namun Syeh Maulana Ishak yakin bahawa anak itu nanti akan terus hidup dan minta supaya diberi nama Raden Paku bila aku menemukannya.”
“Bila demikian sebaiknya Joko Samudra diberi nama Raden Paku, “sahut Nyai Ageng temate.
“Ya, sebaiknya begitu sesuai dengan pesan ayahnya. “Kata Sunan Ampel.
Begitulah sejak saat terbongkarnya asal-usul Joko Samudra maka dia kemudian dinamakan Raden Paku supaya menjadi Pakunya agana islam di Tanah Jawa.

3. MAULANA AINUL YAQIN

Pada suatu hari Sunan Ampel memanggil Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim, karena ketekunannya kedua pemuda itu sudah selesai menempuh pelajaran di Ampeidenta.
“Semua ilmuku telah kuberikan kepada kalian. “ujar Sunan Ampel. “Tiba saatnya sekarang kalian menimbah ilmu ke tempat yang jauh. Jadikan musafir supaya kalian dapat berbagai pengalaman yang berbarga karena pengalaman adalah guru yang terbaik.”
“Kami harus melanjutkan pelajaran ke mana Kanjeng Sunan?” tanya Raden Paku.
“Pergilah kalian ke Mekkah sekalian dengan menunaikan rukun islam yang kelima. Selama di negeri orang kalian harus bersikap yang lebih dewasa dan hati-hati. Teladanlah akhlak Rasulullah SAW. Rela mengalah kalau hanya untuk kepentingan pribadi tapi bersedia mati untuk urusan agama.”
Senang hati kedua pemuda itu, mereka akan berlayar kenegeri yang jauh. Negeri tempat asal mula agama islam, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya maka berangkatlah kedua pemuda itu dengan iringan do’a Suna Ampel. Kapal yang mereka tumpangi singgah dinegeri Pasai. Di sana mereka menghadap kepada Syeh Maulana Ishak yang terkenal sebagai guru agama atau Ulama Besar. Raden Paku bercerita bahwa dia berasal dari Jawa. Murid Sunan Ampel, putra angkat Nyai Ageng Temate. Sewaktu masih bayi dia ditemukan orang ditengah Selat Bali. Mendengar cerita itu Syeh Maulana Ishak langsung memeluk raden Paku. “Tak salah lagi, kau pastilah putraku sendiri yang lahir dari rahim ibumu Dewi Sekardadu. “kata Syeh Maulana Ishak. Syeh Maulana Ishak menyarankan agar kedua pemuda itu tinggal lebih dahulu di Negeri Pasai karena di sana banyak para ulama’ dari berbagai Negara yang mengajarkan agama Islam. Terutama para ulama’ ahli sufi.
Tiga tahun kedua pemuda itu tinggal di negeri Pasai. Disamping belajar agama kepada Syeh Maulana Ishak, mereka juga belajar kepada para ulama’ dari Baghdad dan Persia yang membuka pengajaran di Pasai. Para ulama’ di Pasai itu sangat menjiwai ilmu tasawwufnya sehingga Raden Paku sangat kagum pada kecerdasan Raden Paku. Semua ilmu yang dipelajarinya langsung dapat dikuasainya, apabila ada masalah Raden Paku dapat menyelesaikan dengan baik dan mengagumkan segala pihak. Karena sikap dan kecerdasannya itu banyak orang mengatakan bahwa Raden Paku di karuniai ilmu Lodunni dari Allah.
Atas semua yang dicapainya itu maka dalam usia yang masih muda Raden Paku sudah tampak sebagai seorang yang alim, khusu’, pribadinya agung dan berwibawa. Sepasang matanya yang bersinar menunjukkan betapa dalam ilmunya. Melihat kenyataan ini guru-gurunya di Samudra Pasai kemudian memberinya gelar Maulana Ainul Yaqin. Gelar ini sebenarnya hanya ia yak dipakai orang yang sudah tua tapi Raden Paku telah menyandangnya karena prestasi dan kesungguhannya mencari dan memperdalam ilmunya.
Setelah masa belajar dinegeri Pasai selesai kedua pemuda itu langsung meneruskan perjalannya ke Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Menurut sebuah keterangan, sesudahnya kembali dari Mekkah, Raden Paku ditugaskan Sunan Ampel untuk berda’wah ke Blambangan. Prabu Menak Sembayu tidak sampai hati menghalang-halangi gerak cucunya. Akhirnya agama islam berkembang di Blambangan. Agama Hindhu-Budha terdesak hingga ke Pulau Bali dan sekitar lereng Tengger.
Berita lain mengatakan bahwa sekembalinya dari Mekkah, Raden Paku ikut membantu ibu angkatnya untuk mengurus perdagangan,
4. SUNAN GIRI

A. RADEN PAKU BERDAGANG KE KALIMANTAN

Pada waktu raden paku berusia 23 tahun dia mendapat perintahdari ibu angkatnya untuk mengawal kapal dagang milik ibunya itu.tiga buah kapal dagang dipimpin oleh juragan abu hurairah segera berangkat meninggalkan pelabuhan gresik. Biasanya bila semua barang yang di bawa dari gresik habis terjual maka pulangnya dari Kalimantan kapal-kapal itu akan di muati barang dagangan dari kaliantan untuk dijual lagi ke gresik.
Setelah sampai di kalimantan raden paku tidak menjual barang dagangannya secara kontan melainkan dibiarkan untuk diambil penduduk banjar sebagai hutang atau bon. Cara mengembalikannya setelah dalam jarak sepuluh hari.
Juragan Abu hurairah merasa kuatir, karena selama ini barang dagangannya hanya di jual secara kontan. Penduduk kurang dapat di percaya bila menghutang barang dagangan. Yang lebih mencemaskan juragan hurairah adalah tindakan raden paku yaitu membagi-bagikan sebagian barang-barang dagangannya kepada penduduk banjar yang fakir miskin “Raden……”tegur juragan abu hurairah. “bagaimana bila nyai Ageng ternate memarahi saya karena tindakan raden ini ?” “Tenanglah paman hurairah,semua ini menjadi tanggub jawabku.” jawab raden paku. “Bagaimana bila nanti saya dipecat ?”
“Saya jamin paman tidak akan dipecat ! “Raden mencoba mengusir rasa cemas di hati juragan Abu Hurairah. Waktu berlalu dengan cepatnya etelah sepuluh hari ternyata uang-uang yang harus di bayar penduduk banjar ternyata tidak ada yang masuk. Juragan Abu Hurairah semakin takut bila nanti kena marah nyai Ageng ternate.
“Apa bila uang-uang itu tidak masuk berarti harta ibu saya asih bercampur dengan harta fakir miskin. Berarti zakat yang harus dikeluarkan ibu saya, “demikian kata raden paku kepada juragan Abu Hurairah. “Boleh jadi kita hanya mendapat marah dari Nyai Ageng ternate. “kata juragan abu hurairah. “tapi bagaimana kita bisa kembali ke tanah jawa dengan perahu kosong, perahu-perahu itu harus diisi barang dagangan bila tidak pasti akan oleng diserang ombak dan kita semua bila mati tenggelam didasar lautan. “supaya tidak tenggelam isilah perahu-perahu kita dengan batu dan pasir pantai, jawab paku seenaknya.
Juragan Abu Hurairah tidak berani membantah, tapi dia menggerutu apa yang dilakukan oleh raden paku hanya pantas dikerjakan oleh orang-orang bodoh dan tidak waras akalnya.
Untunglah pelayaran ke pulau jawa tidak mengalami gangguan yang berat. Tiga kapal dagang dapat sampai di gresik dengan selamat tak kurang suatu apa. Hati juragan Abu Hurairah kebat-kebit saat melangkah menuju kediaman Nyai Ageng ternate. Dugaannya benar, janda kaya raya itu marah-marah ketika mendengar ceritannya. “panggil paku kemari “hardik Nyai Ageng ternate “benar-benar anak tak tahu diri dia itu.
Raden paku segera menghadap dan langsung duduk dikursi. Nyai Ageng ternate yang naik pitam mendamprak Raden paku habis-habisan. Raden paku hanya berdiam diri saja. Baru saja Nyai Ageng ternate selesai menumpahkan kemarahannya Raden paku angkat bicara.
“Wahai ibu ,jangnlah terburu-buru marah. Lebih baik ibu lihat dulu apa sesungguhnya isi ketiga kapal itu. “Apa lagi yang harus di periksa Abu hurairah tidak pernah berdusta Dia bilang ketiga kapal itu kau isi dengan batu dan pasir pantai. Untuk apa semua itu ? cepat buang saja kepinggir laut. ! demikian kata Nyai Ageng ternate dengan nada meledak ledak. Raden paku masih tetap tenang, sedikit pun dia tidak merasa tersinggung di marahi ibunya. “sudahlah bu, sebaiknya ibu lihat dulu isi ketiga kapal itu" ,Kata raden paku dengan lemah-lembut.
Akhirnya Nyai Ageng ternate menuruti perkataan anaknya. Dia naik ke atas kapal dan memeriksa karung serta keranjang yang tadinya diisi batu dan pasir. Karung dan keranjang itu ternyata tidak berisi batu dan pasir lagi melainkan barang-barang dagangan yang sangat diperlukan masyarakat gresik dan sekitarnya seperti rotan dammar dan lain-lainnya.
Buru buru Nyai Ageng ternate menjumpai raden paku dan meminta maaf karena telah memarahinya. Sejak saat itu Nyai Ageng ternate sadar bahwa raden paku itu kelak akan menjadi orang yang dikasihi allah akan menjadi seorang wali seperti halnya Sunan Ampel.
Nyai Ageng ternate menjadi insyaf sejak peristiwa itu. Dia menjadi seorang muslimah yang taat dan ela menyediakan harta bendanya untuk kepentingan agama. Kepada fakir miskin dan yang mereka membutuhkan pertolongan dia sangat santun dan penuh belas kasih. Zakat yang harus dikeluarkannya pun sesuai dengan jumlah kekayaannya.
Raden paku sendiri iat menyebarkan agama islam di kalangan masyarakat gresik. Terlebih karena bantuan dan dukungan dari sunan ampel dan raden makdum ibrahim yang terkenal sebagai sunan boning. Islam makin berkembang pesat di sekitar gresik.

B. MENIKAH DUA KALI DALAM SEHARI

Raden paku sudah bertunangan dengan putrid sunan ampel yang nama dewi murtaslah.hari pelaksanaan akad nikah sudah ditentukan pula. Tetapi ada peristiwa aneh yang tak terduga menimpah diri raden paku.
Pada suatu hari,ketika raden paku hendak berjalan menuju pesantren Ampeldenta,dia melewati perkarangan rumah KI Ageng bungkul yaitu seorang bangsawan majapahit di Surabaya. Sewaktu dia lewat di bawah pohon delima tiba-tiba kepalanya kejatuhan pohon buah delima yang matang. Peristiwa ini kemudian diharturkan raden paku kepada sunan ampel serambil memperlihatkan pohon buah delima yang jatuh di kepalanya.
“itu berarti kau akan diambil enantu oleh ki Ageng bungkul “kata Sunan Ampel “kau akan dijodohkan dengan putrinya yang bernama dewi wardah. Kanjeng sunan ……ujar raden paku. “saya tidak mengerti maksud ki Ageng Bungkul. Bukankah beberapa hari lagi saya akan melangsungkan akad nikah dengan putri kanjeng sunan sendiri?”
“Agaknya ini menjadi takdir tuhan,kau akan mempunyai dua orang istri. Putriku dewi murtasiah dan putrid ki Ageng bungkul dewi wardah. Sunan ampel kemudian menjelaskan bahwa ki Ageng bungkul telah mengadakan sayembara. Barang siapa yang dapat mengambil buah pohon delima diperkararangannya dia akan diambil menantu, dijodohkan dengan dewi wardah.
Sudah banyak orang yang mencoba mengikuti sayembara itu. Mereka mencoba memanjat pohon milik ki Ageng bungkul. Tapi tak seorang pun yang berhasil memetik buah itu. Kebanyakan dari peserta sanyembara itu jatuh dari pohon dan tak lama kemudian meninggal dunia. Raden Paku menggangguk-ngangguk mendengar cerita dari Sunan Ampel. Didalam kisah lain disebutkan bahwa Ki Ageng Bungkul sengaja melemparkan buah delima yang masak itu ke sungai yang membelah kota Surabaya ( Kali Mas ). Kebetulan pada saat itu Raden Paku sedang mengambil air wudlu, melihat buah delima yang matang di depannya hanyut begitu saja maka oleh Raden Paku diambil dan dihaturkan kepada Sunan Ampel.
Sementara itu Ki Ageng Bungkul menuruti aliran sungai dan mencari siapa orangnya yang menemukan buah delima itu. Barang siapa yang menemukan dan mengambil buah delima itu dari aliran sungai akan dijodohkan dengan Dewi Wardah. Ternyata Raden Pakulah yang menemukan buah itu. Demikianlah, pada akhirnya Raden Paku harus menikah dua kali. Yang pertama dengan Dewi Murtasiah putrid Sunan Ampel dan yang kedua Dewi Wardah putri Ki Ageng Bungkul. Dua kali pernikahan itu dilangsungkan dalam waktu sehari. Nyai Ageng Temate turut bahagia menyaksikan putra angkatnya melangsungkan pernikahan dengan cara yang unik itu. Baru kali ini dia menyaksikan orang menikah dua kali dalam sehari.
Selanjutnya Raden Paku hidup berbahagia dengan kedua istrinya di Gresik sambil membantu perdagangan ibunya. Raden Paku berjuang menyebarkan agama islam di daerah Gresik.

C.MENDIRIKAN PESANTREN

Sudah agak lama Raden Paku membantu ibunya di dunia pelayaran atau perdaganan aatar pulau. Sebenarnya makin hari makin banyak orang yang belajar agama kepadanya. Murid-muridnya tidak hanya berasal Gresik saja. Banyak kaum pelajar dari luar Jawa berguru kepadanya seperti dari Hitu dan Ternate. Namun dengan makin banyaknya orang yan berguru kepadanya itu membuat Raden Paku semakin risau. Sebab dengan mengurus perdagangan ibunya dia tidak dapat konsentrasi memberikan pelajaran kepada murid-muridnya secar penuh. Baru sang murid memulai pelajaran kepada murid-muridnya secara penuh. Baru sang murid memulai pelajaran harus ditinggal peri untuk berlayar.
Raden Paku kemudian memutuskan untuk berhenti dari dunia pelayaran. Dia akan memusatkan perhatiannya pada pengajaran agama islam dengan cara mendirikan Pesantren.
Hal itu diutarakan kepada Nyai Ageng Temate. Ternyata ibu angkatnya itu menyetujui rencananya. “Kalau itu adalah lebih baik menurut pertimbanganmu, “ujar Nyai Agung Temate. ‘”Maka akku mendukungmu. Barangkali dengan mendirikan pesantren pesantren akan lebih cocok dan sesuai dengan bakat dan pembawaanmu”.
Nyai Ageng Temate berjanji akan membantu segala hal yang diperlukan untuk membangun Pesanten itu. Raden Paku kemudian mengasingkan diri. Berkhalawat atau bertafakur selama empat puluh hari empat puluh malam disebuah daerah yang sekarang bernama desa Kembangan yang terletak di wilayah Kecamatan Kebomas.
Setelah empat puluh hari empat puluh malam berlalu teringatlah Raden Paku pada pesan ayahnya ketika berada di Samudra Pasai. Ayahnya yaitu Syeh Maulana Ishak pernah berpesan bahw pada suatu ketika bila Raden Paku hendak mendirikan pesantren hendaklah mencari daerah yang tanahnya persis dengan tanah pemberiannya. Lalu Syeh Maulana Ishak memberikan segumpal tanah yang yang disimpan pada sebuah buntaln kain kain putih Raden Paku membawa tanah wasiat itu ke Pulau Jawa dan menyimpannya dengan rapi.
Buru-buru Raden Paku pulang ke rumah untuk mengambil tanah pemberian ayahnya lalu pergi mengembara mencari daerah yang tanahnya sesuai dengan tanah pemberian ayahnya.
Melalui desa bernama Marganata ( Margonoto ) sampailah Raden Paku ke sebuah tempat dataran tinggi. Dia terus melangkah kesebuah gunung atau sebuah bukit. Di tempat itu Raden Paku merasakan suasana sejuk dan damai. Dia kemudian mengeluarkan tanah yang dibawahnya yang diinjaknya maka tempat itulah yang menjadi pilihan raden Paku untuk mendirikan Pesantren. Dengan bantuan masyarakat Gresik, terutama murid-muridnya sendiri danbantuan Nyai Ageng Temate maka dalam waktu yang tidak begitu lama Pesantren itu telah berdiri.
Gunuing itu dalam bahasa Sansekerta adalah Giri. Maka Pesantren itu dinamakan Pesantren Giri. Raden Paku yang mendirikannya disebut Sunan Giri.
Dengan adanya Pesantren itu, Raden Paku lebih mapan dan mantap dalam mendidik murid-muridnya. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang yang datang untuk berguru. Bukan hanya dari masyarakat Gresik dan sekitarnya saja, dari pelosok Tanah Jawa dan bahkan dari luar Jawa banyak yang berdatangan orang-orang yang ingin memperdalam agama Islam.
Menurut Babat Tanah Jawa, murid-murid Sunan Giri itu ada yang berasal dari Arab, Mesir, Cina, dan Rum (negeri Eropa atau Romawi). Sedang berdasarkan sejarah, murid-murid Sunan Giri ada yang berasal dari Madura, Banjar (Kalimantan), Lombok, Makasar (Sulawesi) Hitudan Ternate (Halmahera).
Bisa dimaklumi, karena murid-murid Sunan Giri banyak berdatangan dari penjuru Nusantara ? karena Sunan Giri semasa muda pernah bertanya ke berbagai tempat di Nusantara dan berkenalan dengan penduduk setempat dengan baik. Karena terkesan akan kepribadian Sunan Giri yang mengagumkan itulah maka orang-orang yang tadinya mengenalnya berdatangan dan ingin berguru kepadanya.
Kedua adalah Gresik pada masa itu merupakan pelabuhan yang ramai. Tempat persaingan berbagai kapal yang hendak berlayar ke Nusantara bagian Timur. Di sekitar Pesantren Giri yang dahulu jarang dihuni manusia itu sekarang banyak ditempati orang. Sunan Giri membantu penduduk yang kekurangan air dengan membuat sumur-sumur baru. Cara membuat sumur-sumur itu sungguh aneh dan ajaib. Hanya Sunan Giri yang mampu melakukannya yaitu dengan karomahnya. Dan hal itu makin membuat orang kagum serta manaruh hormat kepdanya.
Dekat Pesantren itu Raden Paku mendirikan Masjid. Di kanan kiri Masjid dibangun asrama untuk para santri yang datang dari jauh.

D. TANTANGAN DARI SEORANG BEGAWAN

Hanya dalam waktu tiga tahun nama Sunan Giri sudah termasyhur ke penjuru Tanah Jawa. Tersebutlah seorang Begawan Mintasemeru. Muridnya banyak, kesaktian dan ilmunya cukup tinggi. Menurut riwayat, Begawan ini mampu menciptakan sesuatu dengan cara menheningkan cipta. Juga dapat berlari cepat bagai terbang diatas angin. Ingin kanuragannya tak terkatakan lagi tingginya.
Pada suatu hari sang Begawan mendengar nama Sunan Giri disebut-sebut penduduk Lereng Lawu sebagai Guru Besar yang baru mendirikan Padepokan. Muridnya terbesar keseluruhan Tanah Jawa dan Nusantara, karena sehabis belajar di Padepokan Giri murid-murid itu kembali ke tempat masing-masing untuk mengamalkan ilmunya. Begawan Mintasemeru merasa tersaingi, maka berangkatlah dia ke Padepokan Giri. Pada saat dia hanya dapat bertemu dengan murid Sunan Giri sedang melaksanakan shalat jamaah. Dia hanya dapat bertemu dengan murid Sunan Giri yang menjaga pintu gerbang. “Di mana aku dapat bertemu dengan Sunan Giri ?” tanya Begawan itu. “Tuan ini siapa ? “Tanya penjaga pintu gerbang. “Katakan saja, dimana aku dapat bertemu dengan junjungan ?” “Kanjeng Sunan sedang melaksanakan shalat, “sahut penjaga pintu gerbang. “Sudah, katakan saja kepadanya ada tamu penting dari jauh ingin bertemu !” tukas Begawan itu. Penjaga pintu segera menemui Sunan Giri di Masjid. Kebetulan Sunan Giri sudah selesai shalat dan hampir mengakhiri do’a. “Ada apa muridku ?” tanya Sunan Giri. “Ada seorang Brahmana datang dari jauh ingin bertemu dengan
Kanjeng Sunan. “Jawab muird itu. “Suruh dia masuk ke dalam.”
Murid yang menjaga pintu gerbang kembali menemui Begawan Mintasemeru dan mengajaknya masuk dalam lingkungan Pesantren. Sunan Giri menyongsong kedatangan tamu itu dengan ramah tamah. Sedikitpun tak ada rasa curia bahwa tamunya itu justru hendak menantangnya adu kesaktian. “Kisanak ini berasal darimana ?” Tanya Sunan Giri
“Nama saya Begawan Mintasemeru, datang adri Gunung Lawu. Saya mendengar bahwa Tuan selaku Guru besar Padepokan Giri adalah seorang linuwih, seorang sakti berilmu tinggi. Terus terang saja, saya ingin mencoba kesaktian tuan !”
“Mencoba kesaktian apa ?’ Tanya Sunan Giri. “Ya, bila saya kalah, saya akan pasrahkan jiwa raga saja kepada tuan> Tapi bila tuan kalah maka saya akan putuskan leher Tuan supaya di Tanah Jawa ini hanya ada satu orang yang dianggap sakti.”
“Sesungguhnya segala apa yang ada di langit dan dibumi adalah kepunyaan Allah Tuhan penguasa seluruh alam. Saya tidak mempunyai kesaktian secuilpun. Semua ilmu adalah kepunyaan Allah. Tuan bermaksud mengalahkan dan memutuskan kepala saya, kalau Allah tidak mengijinkannya, seribu orang seperti Tuanpun tidak akan mampu melaksanakannya.”
“Jelaskan Tuan menerima tantangan saya ?” tukas Begawan Mintasemeru.
“Silahkan bila Tuan ingin mencoba ilmu yang dititipkan Allah kepada saya, “sahut Sunan Giri.
Keduanya kemudian keluar dari dalam paseban, menuju halaman pesantren yang luas. Saling berhadapan. Berkata sang Begawan, “pertama, marilah kita main tebak, saya akan menguburkan hewan di atas Gunung Patukangan. Tuan tinggal menyebutkan saja, hewan apa yang akan saya kubur.”
“Silahkan,”sahut Sunan Giri. Begawan Mintasemeru kemudian meleset keluar. Menuju puncak Gunung Patukangan. Di sana dia menciptakan dua ekor angsa; jantan dan betina, lalu sepasang angsa itu dikuburkannya hidup-hidup. Sesudah ditimbuni tanah dan bebatuan dia kembali ke Pesantren Giri. “Nah, hewan apakah yang telah saya kubur dipuncak Gunung ?” Tanya Begawan Mintasemeru kepada Sunan Giri. “Yang Tuan kubur di atas patukangan itu adaklah sepasang ular naga. “jawab sunan giri Bengawan mintasemeru tertawa ngakak.
“tuan salah ! salah besar ! ujar bengawan mintasemeru setelah puas mentertawakan sunan giri. Yang saya kubur adalah sepasang angsa. “apa tuan tidak salah lihat? Sebaiknya tuan kembali ke gunung patukangan dan melihat hewan yang tua kubur itu !” kata sunan giri.
“justru tuan yang harus melihatnya supaya tuan bersedia menerima kekalahan tuan !” sahut bengawan mintasemeru. “baiklah mari kita bersama-sama ke gunung patukangan. “kata sunan giri. Hanya dalam beberapa saat saja kedua orang berilmu tinggi itu sampai di gunung patukangan. Bengawan mintasemeru membongkar tanah yang dipergunakan untuk mengubur sepasang angsa ciptaannya.
Setelah semua tanah dan batu terangkat keluar, munculah sepasang ular naga yang meliuk-liuk ke atas. Bengawan mintasemeru sangat terkejut menyaksikan hal itu.
“Hem, saya kalah dalam babak pertama ini. “gumam bengawan mintasemeru. Sang Bengawan kemudian menciptakan sebuah tempayan besar.tempayan itu diisi penuh dengan ai kemudian dilempar ke atas dengan posisi terbalik, anehnya air dalam tempayan yang menghadap kebawah itu tidak tumpah. Tempayan yang masih bergerak ke atas udara itu dituding oleh sunan giri. Mendadak tempayan itu jatuh di hadapan sunan giri dan ujudnya berubah jadi air semua. Air tersebut di lemparkan sunan giri ke angkasa dan lenyap tak terbekas sama sekali.
Bengawan mintasemeru kemudian melemparkan ikat kepalanya ke udara. Demikian kuatnya tenaga lemparan itu hingga ikat kepala itu tidak tapak lagi. Sunan giri lalu melemparkan jubahnya. Jubah itu ternyata dapat menyusul dan bahkan bisa menumpahi ikat kepala sang bengawan. Sunan giri kemudian melambaikan tangannya, kedua benda itu segera melayang turun di hadapan sunan giri dan bengawan mintasemeru. Ikat kepala berada dibawah sementara jubah sunan giri berada di atas, ini membuktikan sunan giri lebih unggul.
Bengawan Mintasemeru masih tak mau kalah, dia menciptakan berpuluh-puluh telur. Telur tersebut disusun dari bawah ke atas. Anehnya, telur itu tidak terjatuh maupun bergulung. Seperti ada perekatnya saja. Sunan Giri tak mau kalah, beliau mengambil telur itu dari bawah sehingga telur yang berada di bawah tidak berpijak pda tanah lagi. Anehnya telur yang berada diatasnya tidak melorot turun. Demikian seterusnya, sunan giri mengambil telur-telur dari bawah satu persatu.
Akhirnya bengawan mintasemeru tak dapat membendung kemarannya, dia selalu dikalahkan oleh sunan giri, kali ini dia mengajak duel sunan giri dengan menggunakan ilmu silat dan aji kesaktian.
Lagi-lagi bangawan mintasemeru kecele. Sewaktu dia mengerahkan ilmu silatnya. Ternyata sunan giri meladeninya dengan ilmu silat yang serupa namun gerakan-gerakan sunan giri jauh lebih matang dan lebih sempurna. Bengawan minta semeru merasa seperti bertempur dengan gurunya sendiri. Juga sewaktu mengerahkan ajian kesaktian, ternyata pukulannya yang menggunakan aji kesaktian membalik kea rah dirinya sendiri. Akhirnya dia robohtak berdaya oleh ilmunya sendiri. Sesuai dengan janjinya maka dia berlutut di hadapan sunan giri.
“hari ini saya kalah, sesuai dengan janji saya maka saya prasahkan jiwa dan raga saya kepada tuan. “kata sang bengawan. “Saya hanya minta tuan bengawan berkenan mengenal agama islam,kata sunan giri. “saya tidak memaksa tuan untuk memeluk agama islam karena tidak ada paksaan dalam memeluk agama.”
“Sesuai dengan janji saya, maka saya akan belajar kepada tuan “sahut sang bengawan.
Demikianlah, pada akhirnya bengawan mintasemeru tinggal beberapa bulan di pesantren giri. Belajar atau mengenal seluk-seluk agama islam. Setelah mempelajari agama islam ternyata bengawan tersebut tertarik dan dengan kesadarannya sendiri akhirnya masuk islam.
Setelah menimbah ilmu bengawan tersebut kembali ke gunun lawu mengajak murid-muridnya supaya belajar dan mengenal agama islam.
Sebagian muridnya banyak yang masuk islam, tapi ada juga yang bersihkeras memeluk agama lama.

E. SUNAN GIRI SEBAGAI MUFTI TANAH JAWA

(PEMIMPIN PARA WALI SE TANAH JAWA)

Sunan giri dikenal sebagai seorang yang dalam ilmu taukhidnya, demikian pula ilmu fiqihnya. Beliau sangat berhati-hati apabila hendak memutuskan hukum, takut kalau tidak sesuai dengan ajaran nabi. Dalam masalah ibadah, sunan giri tidak kenal kompromi dengan adapt istiadat dan kepercaanya lama. Ibadah menurut harus dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Tidak boleh dicampur aduk dengan kepercayaan animesme dan dinamisme. Pelaksaan ibadah harus sesuai dengan aturan tersebut di dalam Al-qur’an dan sunnah rasul. Sikap dan kenyakinan sunan giri ini didukung oleh sunan ampeldan sunan drajad. Dan pengikut sunan giri kemudian disebut islam atau santri putihan. Sementara pihak lain yang agak lunak kepada adat istiadat atau kepercayaan lama disebut islam abangan atau santri abangan. Pemimpin golongan santri abangan ini adalah sunan kali jaga yang didukung oleh sunan bonang sunan muria sunan kudus dan sunan gunung jati. Kaum Abangan berpendapat bahwa :
-kita harus bersikap lunak kepada rakyat jawa yang masih awam tidak tergesah-gesah merubah adapt-istiadat rakyat yang memang sukar di rubah atau dihilangkan.
-Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetap mudah dirubah maka bisa dihilankan.
-Mengikuti dari belakang tetapi diusahakan untuk dapat mempengruhi sedikit demi sedikit, yaitu memasukan unsur islam pada adat istiadat rakyat. Contoh dalam hal ini adalah memanfaatkan kesenian rakyat berupa gending tembang dan wayang kulit sebagai mediah da’wah.
-Akhirnya kaum Abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan berperang teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan mendekat kepada para wali. Caranya tidak lain adalah dengan mengambil hati mereka agar merasa simpati, senang dan akrab dengan ajaran para wali. Apabila mereka sudah mendekat dan mau berkumpul maka mudahlah bagi para wali untuk memberikan pengertian kepada mereka. Bila mereka sudah mengerti ajaran islam maka secara otomatis pasti mereka akan meninggalkan sendiri adat dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah islam.
Itulah pokok-pokok pikiran menjadi perbedaan antara santri putihan. Islam atau santri Abangan ingin mengislamkan orang jawa secepat mungkin dengan jalan agak kompromi atau mengikuti arus tapi tidak hanyut. Sedang santri putihan takut atau khawatir bila terjadi peyelawangan terhadap agama islam. Meski demikian kedua aliran ini tetap menjaga ukhuwah islaminya. Mereka tetap menjaga persatuan umat. Misalnya dalam soal mendirikan masjid demak, kedua pihak tersebut tetap bersatu padu dan bergotong-royong. Demikian pula pada saat membantu raden patah mendirikan kerajaan demak dan menyerang kerajaan majapahit.
Pada saat membangun masjid demak tidak terjadi perselisihan yang rumit. Tetapi pada saat meresmikan masjid tersebut terjadi perdebatan antara sunan kalijaga dan sunan giri.
Sunan kalijaga menginginkan peresmian itu di buka dengan pagelaran wayang kulit. Masyarakat diundang, mereka harus masuk melalui pintu gerbang, karcisnya dengan membaca syahadat. Bila mereka sudah berkumpul maka mereka akan di bri ceramah agama. Lakon wayang diberi wama islam. Inilah rencana kaum Abangan.
Kaum putihan lain lagi.sunan giri mehendaki peresmian masjid demak dibuka sambil melaksanakan shalat jum’at. Sunan giri tidak setuju dengan pendapat sunan kalijaga, sebab tontonan wayang itu haram hukumnya. Semua gambar makhluk hidup yang bernyawa adalah haram hukumnya. Sedang wayang pada jaman itu gambarnya adalah persis manusia.
Sunan kalijaga tidak kekurangan akal. Beliau mengubah gambar wayang seperti yang kita lihat ini, sehingga sukar dikatakan bahwa gambar wayang yang diubah sunan kalijaga itu adalah gambar manusia dengan demikian hukamnya tidak haram lagi.
Inilah hikmah adanya perbedaan, sebagaimana sabda Nabi bahwa perbedaan di kalangan umat adalah rahmat. Dengan adanya perbedaan pendapat antara sunan giri dan sunan kalijaga maka timbullah gambar wayang kulit seperti sekarang ini,yang mempunyai citra seni yang tinggi. Didunia ini hanya di tanah Jawa yang punya kebudayaan wayang kulit dengan seni tinggi.
Sunan Kalijaga berubah bentuk wayang yang bernama Bethara guru yaitu pemimpin para dewa seperti adanya sekarang ini. Kemudian karena gagasan untuk merubah bentuk wayang itu adalah sunan giri maka sunan kalijaga memberi nama sang Hyang girinata kepada Bethara guru. Girinata artinya sunan giri yang menata.
Kemudian dicapailah kata sepakat, masjid demak di buka dengan jama’ah sholat jum’at sesudah itu diadakan keramaian tontonan wayang kulit. Dalangnya adalah sunan kalijaga sendiri.
Ketika sunan ampel masih hidup, demak disarankan tetap loyalkepada majapahit. Karena raja majapahit tidak pernah menghalang-halangi orang masuk islam. Bahkan sunan ampel dan sunan giri boleh menyiarkan agama islam di wilayah majapahit.
Namun ketika sunan ampel wafat brawijaya kertabhumi diserang oleh prabu girindrawardhana dari kediri. Prabu brawijaya yaitu ayah raden patah tewas dalam perebutan kekuasaan itu.
Dengan demikian yang menjadi penguasa kerajaan majapahit itu bukan ayah raden patah lagi, tapi musuh ayahnya raden patah.
Karena penguasa majapahit adalah prabu girindrawardhana dari kediri, sikap para wali pun jadi lain. Dahulu sunan ampel menasehatkan raden patah agar tetap setia kepada majapahit, kini sunan ampel sudah meningal dunia. Kedudukan sunan ampel selaku pemimpin para wali digantikan oleh sunan giri. Sunan giri bersikap tegas kepada majapahit. Bahwa Demak boleh bersiap-siap untuk merebut kekuasaan Majapahit yang memang menjadi hak Raden Patah selaku putra Prabu Kertabhumi, Penguasa Majapahit yang sah.
Sikap Sunan Giri ini diketahui oleh Prabu Girindrawardhana. Kemudian raja dari Kediri itu mengutus dua orang Senopatinya untuk membunuh Sunan Giri.
Menurut Berbagai sumber,rencana pembunuhan atas diri sunan giriitu di karenakan berbagai hal. Di antaranya ada;ah prabu Girindrawardhana merasa iri atas pengaruh kekuasaan sunan giri diseluruh tanah jawa.sunan giri bukan saja pemimpin agama se tanah jawa atau Mufti, tapi juga pemimpin para wali dan dapat dikatan sebagai Raja Ulama” karena giri ada keratonnya.
Raja majapahit kemudian mengutus lembusura dan keboharjo.keduanya terkenal sebagai seorang senopati majapahit yang sakti dan mandraguna. Tak pernah gagal menjalankan tugas membunuh orang.
Dengan kelihalannya kedua orang itu dapat menyusup ke giri kedaton dan bersembunyi di dekat sebuah kolam. Pada suatu malam sunan giri hendak mengambil air wudhu guna melakukan sholat tahajjud.kedua orang itu merasa bahagia, mereka langsung meloncat ke hadapan sunan giri dan bermaksud menussukan kerisnya ke lambung sunan giri.
Namun ketika keduanya sampai di hadapan sunan giri tiba-tiba keduanya merasa lumpuh, tak dapat menggerakkan tubuhnyasama sekali. “kalian ini siapa ? kenapa malam malam begini datang kemari ?” Tanya sunan giri.
Kami datang dari majapahit, “ ucap lembusara dengan suara gemetar.
“Dari majapahit ?mau apa kalian ?” Tanya sunan giri.
“Ampun tuan, kami disuruh membunuh tuan, “sahut keboharjo.
“Hem. Jadi prabu Girindrawardhana mengincar nyawaku ? kenapa tidak lekas kalian laksanakan ?”
“Am……ampun tuan,kami tiba-tiba merasa lumpuh,semua kesaktian kami telah hilang. Kami minta diampuni……”rengek lembusura.
“Baiklah,kembalilah kalian kepada Rajamu. Katakana apa yang telah terjadi malam ini kepada Rajamu. “kata sunan giri.
“baik tuan,…”sahut keduanya dengan serentak. Lalu keduanya berlari kencang meninggalkan giri kedaton.
Al-kisah, ribuan prajurit sudah hampir sampai di bawah bukit giri. Tapi hal ini diketahui oleh sunan giri. Dengan karohmahnya sunan giri berdo’a, maka sawah ladang di hadapan para prajurit itu menjadi terhenti. Mereka terkurung oleh laut yang muncul secara tiba-tiba.
Berhari-hari mereka tak dapat meninggalkan tempat itu, hingga perbekaln makan mereka habis. Melihat hal ini sunan giri merasa kasihan. Kemudian beberapa tambak disabda menjadi beras. Maka prajurit majapahit tidak jadi mati kelaparan. Setelah mereka kenyang mereka dapat membuatjembatan dari tambak yang disabda enjadi beras tadi dan mereka dapat bergerak hingga ke bawah bukit Giri.
Pada saat itu sunan giri sedang menukis kitab di dalam kamarnya.melihat para prajurit majapahit hendak menyerang, maka beliau melemparkan kalamnya. Kalam yang dilempar berputar-putar dibawah bukit dan bentuknya berubah menjadi sebilah keris, menyerang prajurit yang hendak naik keatas bukit.
Sunan Giri kemudian mengambil segenggam pasir, ditaburkan kearah para prajurit di bawah bukit. Pasir itu berubah menjadi ribuan tawon yang menyerang para prajurit.
Di serang oleh keris gaib yang melayang-layang dan menusuk-nusuk siapa saja yang dijumpai di tambah sengatan ribuan tawon dari atas bukit maka prajurit majapahit itu menjadi panik, mereka berteriak-riak ngeri, melarikan diri menjahui giri kedaton, sebagian ada yang bersembunyi di hutan sebagian ada yang menyelam ke telaga dan sebagian lagi terus melarikan diri ke majapahit.
Prabu Girindrawardhana sangat sedih mendengar laporan dari para prajuritnya yang lari terbirit-birit. Sampai beberapa hari sang prabu mengurung diri didalam kamarnya. Baru berhadapan dengan Giri kedaton sajah sudah kalah apalagi bila nanti giri kedaton bergabung bersama lasykar demak untuk menyerbu majapahit, pasti majapahit akan akan hancur-lebur demikian piker prabu Girindrawardhana.
Tetapi bukan demak atau giri kedaton yang menyerang prabu Girindrawardhana, melainkan prabu udhara. Dalam serangan yang terjadi pada tahun 1498 itu prabu Girindrawardhana tewas didalam istana. Dengan demikian majapahit jatuh ke tangan prabu Udhara.
Prabu Udhara sadar akan bahaya yang mengancam kekuasaannya. Bahaya itu tak lain berasal dari raden patah selaku ahli waris tahta majapahit, maka untuk memperkuat angkatan perangnya prabu Udhara bersekongkoldengn portugis di malaka. Sejarah telah mencacat pada tahun 1512 majapahit mengirim utusan ke malaka yang dikuasai Alfonso d’Albuquerque pemimpin bangsa portugis.
Karena ulah prabu Udhara inilah maka sunan giri memberi restu raden patah untuk menyerang majapahit. Sekiranya majapahit tidak segera dijatuhkan, sudah pasti bangsa portugis akan bercokol di pulau jawa lebih epat dari pada bangsa belanda.
Pada tahun 1517 Demak menyerang majapahit tak dapat membending serangan itu akhirnya jatuhlah pusaka majapahit ketangan raden patah.

F. KETURUNAN SUNAN GIRI

Di kalngan rakyat disebut-sebut adanya giri kedaton. Kedaton artinya adalah keraton. Berarti di pesantren giri pada jaman dahulu ada keratonnya atau semacam pemerintahan ulama”.
Pemerintahan Giri kedaton ini diperkirakan mulai aktif pada tahun 1470 yang dipimpin oleh raden paku, syeh maulana Ainul Yaqin yang lebih dikenal dengan sebutan sunan giri.
Menurut Dr.H.J. de graaf (pakar sejarah jawa) disebutkan bahwa sunan giri (prabu satmata) sepulang dari berpergian (samudra pasal) maka ia memperkenalkan diri kepada dunia, kemudian berkedudukan di atas sebuah bukut di Gresik, dan ia menjadi orang pertama yan paling terkenal dari sunan-sunan giri yang ada. Di atas gunung tersebut seharusnya ada keraton karena dikalangan rakyat dibicarakan adanya giri kedaton (kerajaan Giri). Murid-murid sunan giri berdatangan dari segala penjuru, demikian menurut De Graaf.
Menurut berita lainnya, kerajaan-kerajaan islam di jawa maupun di luar jawa apabila menobatkan seorang raja memerlukan pengesahan dari sunan giri. Ini menunjukan betapa besar pengaruh giri kedaton atas kerajaan-kerajaan islam di jawa maupun di luar jawa.
Pemerintahan Giri berlangsung kurang lebih 200 tahun sesudah sunan giri pertama meninggal dunia beliau digantikan oleh anak turunannya yang juga bergelar sunan giri.
Sisilah sunan giri dan para penggantinya adalah sebagai berikut :
1. fatimah putrid Nabi Muhammad saw.
2. Berputra Sayyid Khusain
3. Berputra Sayyid Zainul abidin
4. Berputra Sayyid Zainal Alim
5. Berputra Syeh Zainal kubra
6. Berputra Syeh Namudin Al Kubra
7. Berputra Syeh Najmudil Kubra
8. Berputra Syeh Sama’un
9. Berputra Syeh Hasan
10. Berputra Syeh Abdullah
11. Berputra Syeh Abdur rahman
12. Berputra Syeh Maulana Mahmudin al Kubra
13. Berputra Syeh jamaludin jumadil Kubra
14. Berputra Syeh maulana Ishak
15. Berputra Syeh Maulana A’inul Yaqin atau sunan Giri.

Bila sisilah sunan giri dituturkan dari ibunya maka beliau adalah putra Syeh Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu adalah putri prabu Menak Sembuyu, putra Bre Wirabumi, putra Raja Hayam Wuruk Raja Majapahit.
Ada pun keturunan dan pengganti kedudukan sunan giri adalah sebagai berikut :
1. Prabu Satmata atau Raden paku sunan giri pertama
2. Sunan Dalem (Sunan giri kedua)
3. Sunan sedarmagi (Sunan giri ketiga)
4. Sunan Giri prapen atau Sunan Giri keempat wafat tahun 1597.
5. Sunan Kawis Guwa atau Sunan Giri kelima
6. Panembahan Ageng Giri, sampai tahun
7. Panembahan Mas Witana siding rana wafat tahun 1660
8. Pangeran Puspa Ira (bukan keturunan Sunan Giri) berkuasa di Giri kedaton atas perintah Sunan Amangkurat 1.
9. Pangeran singasari
10. Panembangan Giri.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

1 comment:

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.