Sebelum menulis sejarah tentang walisongo yang kami sajikan diblog ini mulai dari wali pertama (I) sampai sembilan IX) perlu diketahui terdapat sidang dan musyawarah sebelum memutuskan suatu masalah atau problem dalam penyebarkan agama Islam di bumi tanah Jawa antara lain:
1. Masalah Adat Orang-orang Jawa.
Pada suatu ketika Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat orang Jawa seperti Selamatan, bersaji dan lain-lain tidak langsung ditentang, sebab orang Jawa akan lari bila di tentang secara keras. Adat istiadat itu diusulkan agar di beri warna atu unsur Islam. Sunan ampel bertanya atas usulan Sunan Kalijaga itu. “Apakah adat-istiadat lama itu nantinya tidak mengkhawatirkan bila dianggap ajaran Islam ? Padahal itu tidak ada pada ajaran Islam. Apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah ?” Pertanyaan Sunan Ampel itu dijawab oleh Sunan Kudus.
“Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, sebab ajaran agama Budha itu ada persamaannya dengan ajaran agama Islam, yaitu orang kaya harus menolong kepada fakir miskin . Adapun mengenai kekhawatiran Kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang Islam yang akan menyempurnakannya.” Pendukung sunan kalijaga ada lima orang sedang pendukung sunan ampel hanya dua orang yaitu sunan giri dan sunan drajat maka usulan sunan kalijaga yang diterima. Pada suatu ketika para wali berkumpul setelah empat puluh harinya meninggalnya sunan ampel. Sunan kalijaga tiba-tiba membakar kemenyan. Adat kebiasaan orang jawa yang tidak islam. Sunan kudus berkata, “Membakar kemenyan ini biasanya dilakukan orang jawa untuk memanggil arwah orang mati. Ini tidak ada dalam ajaran islam. Sunan kalijaga berkata kita ini hendak menajak oan jawa masuk islam, hendaklah kita dapat mengadakan pendekatan pada mereka. Kita membakar kemenyan bukan untuk arwah orang mati, melainkan sekedar mengharumkan ruangan karena orang jawa itu kebanyakan hanya mengenal kemenyan bukan wangi-wangian lainnya. Bukankah wangi-wanian itu disukai Nabi ?” “Tapi tidak harus kemenyan, “sahut sunan kudus.
Adakah didalam hadist disebutkan larangan membakar kemenyan sebagai pengharum ruangan ?” tukas sunan kalijaga. Wali lainnya hanya diam saja.
Sunan kalijaga memang suka yang aneh-aneh, ujar sunan kudus. Tapi janganlah sunan kalijaga merendahkan martabat sebagai seorang wali denan memakai pakaian seperti itu.
Sunan kalijaga memang lebih sering memakai pakaian seperti rakyat biasa. Celana panjang warna hitam atau biru dan baju dengan warna serupa ikat kepalanya hanya berupa udeng atau dester. Di hadapan allah tidak ada yang istimewa. Hanya kadar taqwa yang jadi ukuran derajat. Bukan pakaian. Lagi pula ajaran islam hanya menyebutkan kewajiban setiap ummatnya untuk menutup aurat. Tidak disebutkan memakai jubah atau sarung. Justru dengan pakaian seperti ini saya dapat bergaul akrab dengan rakyat jelata dan dengan mudah saya dapat memberikan ajaran islam kepada mereka.” Kembali para wali membenarkan pendapat sunan kalijaga.
Usulan kalijaga tentang gending dan wayang kulit akhirnya juga disetujui para wali sebagai mediah dakwah.
2. PERKARA SYEH SITI JENAR.
Syeh siti jenar sering sekali diartikan sebagai syeh lemah Abang. Siti artinya tanah, jenar artinya merah, padahal jenar ituarti sebenarnya adalah kuning. Ada sebuah sumber, siti jenar itu berasal dari kata sidi jinnar artinya sidi= tuan jinnar = oran yang kekuatannya seperti api. Syeh siti jenar itu berasal dari Persia. Pada suatu hari sunan bonang hendak memberikan ilmu tingkat tinggi kepada sunan kalijaga. Ilmu harus diberikan ditempat yang sunyi karena sangat rahasia, orang awam akan jadi bingung bila mendengarnya. Belum berangkat perahu yang mereka naiki bocor, sunan kalijaga menambal perahu tadi dengan tanah liat. Di tengah lautan, ditengah malam hari sunan bonang memberikan ilmu tingkat tinggi itu. Sunan kalijaga diwejan dan dipesan agar hati-hati bila nanti mengajarkan ilmu tersebut jangan sampai salah paham karena bila orang salah paham salah-salah orang tersebut mengaku dirinya tuhan. Tersebutlah, sunan bonang yan kita merasakan getaran ilmu sihir di perahu itu. Ada seorang yang menyamar dan bersembunyi di perahu tersebut. Sunan bonang mengerahkan ilmunya dan berkata “kisanak, jangan mempergunakan ilmu sihir kalau hendak mendengarkan perkataan kami. Ilmu sihir dilarang dalam agama islam.” Sunan bonang kemudian memeriksa tanah liat (lempung) yan dipergunakan sunan kalijaga untuk menambal perahu yang bocor. Didalam tanah liat tersebut tanah ternyata ada seekor cacing, cacing tersebut diambil diletakkan pada sebuah papan di perahu. Ajaib cacing itu mengeluarkan asap dan berubah menjadi sosok manusia.
“Siapa namamu kisanak ?” Tanya sunan bonang. “Nama saya sidi jinnar, “jawab orang itu.
“Kisanak harus meninggalkan perbuatan sihir tadi “Saya mohon bimbingan, “kata sidi jinnar.
Dikisahkan, sidi jinnar atau siti jenar berguru kepada sunan bonang, juga pernah berguru lagi kepada sunan ampel dan sunan giri, dan akhirnya diterima sebagai anggota walisanga. Syeh siti jenar membuka perguruan, murid-muridnya banyak. Tetapi lama kelamaan dia menyeleweng dari ajaran islam demikianlah pula murid-muridnya. Syeh siti jenar yang tadinya setiap jum’at selalu shalat berjama’ah dengan para wali di masjid demak sekarangtidak mau menjalankannya lagi. Bahkan tidak mau melakuakan shalat sama sekali dan mengaku dirinya itu tuhan Allah.
Sikap dan ajaran syeh siti jenar ini dapat membahanyakan aqidah ummat islam yang waktu itu baru saja dibina oleh para walisanga. Para wali kemudian menadakan sidang syeh siti jenar dipanggil menghadap ke masjid demak. Pada waktu itu,yang menjadi mufti atau pemimpin agama dan pemimpin para wali adalah sunan giri karena sunan ampel selaku sesepuh para wali sudah meninggal dunia. Sunan giri mengutus dua orang muridnya yang bernama santri kodrat dan santri malang sumirang. Keduanya bukan santri sembarangan, melainkan orang-orang berilmu tinggi. Dengan menerahkan ilmunya kedua murid sunan giri itu sudah sampai dihadapan goa syeh siti jenar.
Keduanya memberi salam dan menyampaikan pesan para wali, “prabu satmata, mufti tanah jawa menyuruh syeh siti jenar menghadap ke masjid demak. Terdengar jawabannya dari dalam goa, “siti jenar tidak ada yang ada hanya Allah. Utusan kembalilah kepada para wali.”
Utusan kembali ke demak menyampaikan pesan syeh siti jenar. Makin kuat dugaan paera wali bahwa siti jenar telah tersesat. sunan giri kemudian menyuruh kedua muridnya agar memanggil Allah di goa siti jenar. Utusan itu pun kembalih ke masjid demak, namun sunan giri tidak kekuranan akal mendengar pokal siti jenar tersebut. Utusan pun pergi ke goa siti jenar lagi.
“Siti jenar dan Allah dimohon sudi datang ke demak, menghadap persidangan para wali. “Kata utusan itu. Dengan pangilan itu ternyata siti jenar datang menghadap ke demak. Di masjid demak terjadilah perdebatan seru siti jenar berkukuh pada pendiriannya. Bahkan mengajak para wali untuk mengikuti jejaknya. “Gusti akan kawula itu sama. Allah adalah aku sendiri. Tidak ada gunanya menjalankan syariat yang ada hakekat, “demikian kata siti jenar.
“itukah sebabnya tuan siti jenar tidak mau menjalankan shalat dan puasa ?” Tanya sunan kalijaga. “Apa gunanya shalat? “tentangg siti jenar. “Allah dan siti jenar sudah bersatu, kalau siti jenar menyembah Allah berarti Allah menyembah Allah.” “itu ajaran sesat, jangan hanya mementingkan hakekat. Penuhilah syariatnya supaya masjid tidak kosong dari para jamaah.” Kata sunan giri “itu namanya hanya berbuat kesia-siaan, kalau hidup ini hanya dipergunakan untuk shalat berarti waktu habis dipergunakan untuk bersopan santun. Itu ilmunya orang bodoh dan kafir. Kalau orang itu betul-betul pasrah pada hakekatnya adalah persatuan kawula gusti. Mau menjadi Allah bisa sekehendaknya. Buat apa Allah mengerjakan shalat ?” demikian kata siti jenar. Sunan kalijaga berkata, ”Ajaran siti jenar itu tersesat. persis syeh al Halaj. Yang berpaham wihdatul wujud, mengaku dirinya tuhan Allah. Bila ajaran ini dibiarkan berlarut-larut akan membahanyakan keyakinan ummat. Rakyat atau ummat islam di jawa ini bisa terpecah-belah
Kanjeng Nabi Muhammad yang terkenal akan kesuciannya saja tetap tekun mengerjakan shalat. Padahal beliau itu Rasullullah, kekasih Allah. Pembawa islam yang sekarang kita anut bersama, kini siti jenar mentang-mentang mengaku dirinya Allah dan tidak mau shalat.
Di Baghdad, Al Halaj yang berpaham seperti siti jenar dihukum mati. Sekarang terserah kanjeng sunan giri untuk memutuskan hukuman apa yang pantas bagi siti jenar.” Akhirnya sidang para wali yang dipimpin sunan giri itu memutuskan hukuman mati bagi siti jenar. Tapi para wali cukup bijak siti jenar diberi tenggang waktu setahun, barang kali dalam waktu setahun itu dia mentadari kesalahannya. Selama setahun itu siti jenar diawasi, terutama oleh sunan kalijaga. Namun siti jenar tetap bersikeras pada pendiriannya, maka setelah lewat setahun dilaksanakanlah hukuman mati itu oleh sunan kudus. Setelah siti jenar mati apakah ajarannya ikut musnah terkubur bersamanya ? ternyata tidak, siti jenar terlanjur mempunyai murid yang tidak sedikit. Diantara murid-murid siti jenar adalah ki ageng pengging. Ki ageng tingkir, paneran panggung, ki lontang asmara dan lain-lain. Al-kisah setelah siti jenar dihukum mati, ki lontang asmara mendengarnya, kemudian dia pergi ke masjid demak menemui para wali.
Berkata ki lontang, “saya dengar tuan-tuan telah membunuh guru saya syeh siti jenar. Apakah itu benar ?” “Benar karena dia mengajarkan ajaran sesat, “jawab sunan kudus.
Dia mengaku sebagai Allah, tidak mau shalat !” Saya ini juga Allah, saya Allah yang mengembala kambing, “kata ki lontang. “Jadi kau mau menyusul gurumu ?” Tanya sunan kudus.
“Ya, lebih baik saya mati menyusul guru saya Sunan kudus menghunus pedang lalu ditebasnya leher orang itu.
Berkata ki lontang, “saya dengar tuan-tuan telah membunuh guru saya syeh siti jenar. Apakah itu benar ?” “Benar karena dia mengajarkan ajaran sesat, “jawab sunan kudus.
Dia mengaku sebagai Allah, tidak mau shalat !” Saya ini juga Allah, saya Allah yang mengembala kambing, “kata ki lontang. “Jadi kau mau menyusul gurumu ?” Tanya sunan kudus.
“Ya, lebih baik saya mati menyusul guru saya Sunan kudus menghunus pedang lalu ditebasnya leher orang itu.
Memang ajaran siti jenar sulit dibasmi. Lebih-lebih ketika jaka tingkir menjadi menantu sultan trenggana. Jaka tingkir adalah anak ki ageng pengging. Di berfaham seperti ayahnya yaitu manungaling kawula gusti. Setelah dia menjadi raja bergelar sultan hadiwijaya yang berkuasa di pajang, maka ajaran manunggaling kawula gusti dijadikan agama resmi kerajaan. Artinya kalau dahulu paham tersebut mendapat tantangan keras di demak maka setelah kerajaan dipindahkan ke pajang ajaran tersebut disahkan oleh jaka tingkir. Para penganutnyatida usah sembunyi-sembunyi. Mereka tidak usah merasa takut jika bermaksud meninggalkan shalat. Dari pajang ajaran siti jenar itu merambat ke mataram.dijaman mataram inilah ada seorang raja yang suka bertapa, yaitu panembahan senopati. Konon pula, panembahan senopati ini sering berhubungan dengan nyai Roro kidul. Lebih-lebih dijaman Sultan Agung, ajaran siti jenar makin berkembang pesat. Bahkan sultan agung sendiri mengarang buku bernama sastra gending yang berisi ajaran Manungaling kawula gusti. Pengganti Sultan Agung adalah Susuhan Amangkurat l. Mangkurat artinya ialah yang mangku dunia, jadi kepada raja orang harus takut seperti takutnya kepada tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam catatan sejarah, kehidupan Sunan Amangkurat l ini penuh huru hara, bahkan rela menjual negaranya kepada Belanda demi kehidupan mewahdikeratonnya. Padahal Sultan Agung ayahnya sendiri sangat anti kepada Belanda.
Karena merasa dirinya itu tuhan, maka Sunan Mangkurat l ini sudah biasa berbuat sesuka hatinya. Baru satu tahun dia menjadi raja, sudahb banyak korban berjatuhan. Pangeran Alit yaitu adiknya sendiri, Bupati Cakraningrat l dari Madura, dan 43 orang selirnya dibunuh tanpa penyelidikan kesalahan atas mereka secara tuntas. 43 selir yang dibunuh itu gara-aranya adalah kematian selirnya yang tercantik yaitu Ratu Malang. Konon Ratu Malang di racun 43 selir yang dibunuhnya itu. Keluarga yang lain yaitu keluarga Pangeran Pekik dibunuh seara kejam, beserta seluruh keluarganya tentu saja tindakan kejam ini menimbulkan reaksi keras dari seluruh rakyat. Dalam suasana keruh ini ada fihak yang memancing. Mereka adalah kaki tanan raja yan benci pada dinasti Demak dan Giri kedaton. Mereka menghasut bahwa yang menyebabkan rakyat tidak puas adalah para ulama’ iri kedaton. Rajapun murka, lebih lebih ulama’ Giri memang tidak mau menghormat raja seperti menymbah kaki raja dan lain-lain scara berlebihan, maka Sunan Amankurat memerintahkan para senopatinya untuk mengumpulkan ulama ahli sunni yang tidak sefaham dengan dia. Terutama para ulama yan penah belajar di iri Kedaton.
Sebanyak 6000 ulama ahli sunni dikumpulkan di alun-alun kerajaan lalu dibantai dengan kejam di hadapan Sunan Amangkurat l. Ini benar-benar tindakan di luar batas prikemanusiaan. Atau memang dendam Siti jenar sbagaimana di sebutkan di dalam Badad tanah jawi ? Pertantangan antara faham manunalin kaula gusti memang terus berlangsung. Para pendukung siti jenar tetap berusaha mendiskreditkan para wali, bahkan hinga di jaman modern ini. Pernah ada grup ketoprak merekan dan menyebarkan kaset bejudul Siti jenar. Dialog-dialognya jelas anti pati epada para wali. Untun kejaksaan Negeri Rl cukup jeli dan melarang peredaran kaset yang bikin heboh itu. Demikian tulisan mengenai sejarah dan kisah walisanga ini, penulis sadar, disana sini masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan. Kritik dan saran sungguh akan kami hargai, Semoga kita dapat memetik hikmah tulisan ini mengenai wali-wali Allah, Amin
Karena merasa dirinya itu tuhan, maka Sunan Mangkurat l ini sudah biasa berbuat sesuka hatinya. Baru satu tahun dia menjadi raja, sudahb banyak korban berjatuhan. Pangeran Alit yaitu adiknya sendiri, Bupati Cakraningrat l dari Madura, dan 43 orang selirnya dibunuh tanpa penyelidikan kesalahan atas mereka secara tuntas. 43 selir yang dibunuh itu gara-aranya adalah kematian selirnya yang tercantik yaitu Ratu Malang. Konon Ratu Malang di racun 43 selir yang dibunuhnya itu. Keluarga yang lain yaitu keluarga Pangeran Pekik dibunuh seara kejam, beserta seluruh keluarganya tentu saja tindakan kejam ini menimbulkan reaksi keras dari seluruh rakyat. Dalam suasana keruh ini ada fihak yang memancing. Mereka adalah kaki tanan raja yan benci pada dinasti Demak dan Giri kedaton. Mereka menghasut bahwa yang menyebabkan rakyat tidak puas adalah para ulama’ iri kedaton. Rajapun murka, lebih lebih ulama’ Giri memang tidak mau menghormat raja seperti menymbah kaki raja dan lain-lain scara berlebihan, maka Sunan Amankurat memerintahkan para senopatinya untuk mengumpulkan ulama ahli sunni yang tidak sefaham dengan dia. Terutama para ulama yan penah belajar di iri Kedaton.
Sebanyak 6000 ulama ahli sunni dikumpulkan di alun-alun kerajaan lalu dibantai dengan kejam di hadapan Sunan Amangkurat l. Ini benar-benar tindakan di luar batas prikemanusiaan. Atau memang dendam Siti jenar sbagaimana di sebutkan di dalam Badad tanah jawi ? Pertantangan antara faham manunalin kaula gusti memang terus berlangsung. Para pendukung siti jenar tetap berusaha mendiskreditkan para wali, bahkan hinga di jaman modern ini. Pernah ada grup ketoprak merekan dan menyebarkan kaset bejudul Siti jenar. Dialog-dialognya jelas anti pati epada para wali. Untun kejaksaan Negeri Rl cukup jeli dan melarang peredaran kaset yang bikin heboh itu. Demikian tulisan mengenai sejarah dan kisah walisanga ini, penulis sadar, disana sini masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan. Kritik dan saran sungguh akan kami hargai, Semoga kita dapat memetik hikmah tulisan ini mengenai wali-wali Allah, Amin
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
1 comment:
Wali Songo memang Walinya Indonesia...Terima Kasih mas tulisan artikelnya
Post a Comment