WALISONGO I
SYEIKH MAULANA MALIK IBRAHIM
Syeh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. sebenarnya jauh sebelum kedatangan beliau di Gresik sudah ada masyarakat Islam walaupun jumlahnya tidak seberapa. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya batu nisan seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun bin Hibatallah yang wafat pada tahun 475 Hijriyah atau tahun 1082 M.
Syeh Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 adalah seorang ahli tata Negara yang ulung. inskripsi yang terdapat pada batu nisan beliau menunjukan hal itu. Huruf-huruf pada batu nisan itu adalah huruf arab, terjemahannya dalam bahasa Indonesia kurang lebih demikian : “Inilah makam almarhum almaghfur yang berharap rahmad Tuhan kebanggaan para Pangeran, sendi para Sultan dan para Menteri penolong para fakir dan miskin yang berbahagia lagi syahid cemerlangnya simbul Negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kake Bantal. Allah meliputinya dengan rahmatnya dan keridlaan-nya dan dimasukan kedalam Surga.
Telah wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 Hijriyah.
Demikianlah bunyi tulisan yang ada di nisan makam Syeh Maulana Malik Ibrahim Penduduk pribumi mengenal beliau sebagai Kake Bantal. Ini membuktikan bahwa pada masa hidup beliau beliau berda’wah dengan cara yang bijaksana beliau dapat beradaptasi dengan masayarakat disekelilingnya.
Agama dan adat istiadat lama tidak langsung ditentangnya dengan frontal dan penuh kekerasan melainkan beliau perkenalkan kemuliaan dan ketinggian akhlak yang diajarkan oleh agama Islam. Beliau langsung memberi contoh sendiri dalam bermasyarakat, tutur bahasanya sopan, lemah lembut,santun pada fakir miskin, hormat pada yang lebih tua dan menyanyangi kaum muda.
Dengan cara itu ternyata sedikit demi sedikit banyak juga rakyat jawa yang mulai tertarik pada agama Islam dan pada akhirnya mereka menjadi pemeluk agama Islam yang teguh.
Pada masa itu kerajaan yang terbesar di pulau Jawa adalah kerajaan Majapahit. tetapi sesungguhnya kerajaan itu sudah keropos baik dari luar maupun dari dalam. Terutama sejak ditinggalkan oleh Maha Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk. Majapahit dilanda perang saudara yang tidak ada habis-habisnya rakyat jelata menjadi korban. sementara kerajaan-kerajaan lain yang dahulu ditundukkan oleh Mahapatih Gajah Mada sudah banyak yang memisahkan diri.
Kesetiaan para pembesar dan para adipati mulai menipis, banyak upeti kerajaan yang tidak sampai ke tangan raja, melainkan bertumpuk di kediaman para pembesar dan para adipati. Kejahatan melanda di mana-mana banyak perampok dan pencuri. Bahkan banyak pula satuan-satuan prajurit yang melepaskan diri dan beralih menjadi gerombolan perampok, menggarong harta para penduduk atau rakyat jelata.
Sering kali Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Kake Bantal dan murid-muridnya ketanggor gerombolan perampok ketika mereka sedang berda’wah keliling desa-desa.
Pada suatu hari ada gerombolan perampok menyerang rumah penduduk. Kebetulan salah seorang murid si Kake Bantal mengetahuinya. Murid tersebut segera membantu penduduk desa untuk melawan perampok.
Para penduduk desa bertempur melawan anak buah si pemimpi peampok, sedang murid si Kake Bantal menghadapi pemimpin perampok itu sendiri. Keduanya bertempur dengan seru dan hebat, keduanya sama-sama mengeluarkan ilmu kesaktian hingga pada suatu ketika sang murid berhasil menyerangkan tendangan telak ke dada pemimpin rampok.
Pemimpin rampok itu terjungkal ke tanah dengan nafas kembang kempis. Wajah perampok itu tampak merah padam pertanda marah, agaknya baru kali ini dia menemui lawan yang tangguh. Dia berusaha bangkit berdiri namun tenaganya sudah lemah, mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Hayo ! Perintahkan anak buahmu menyingkir dari desa ini !” Bentak murid Kake Bantal sembari melangkah mendekati pemimpin rampok yang jatuh terkapar di tanah. Pemimpin rampok itu hanya terdiam seribu bahasa, sepasang matanya penuh kemarahan menatap kearah murid si Kake Bantal.
“Perintahkan anak buahmu meninggalkan desa ini !” Hardik murid si Kake Bantal sembari berjongkok, sepasang tangannya terkepal dan siap dihantamkan ke dada pemimpin rampok.
Pemimpin rampok itu masih berdiam diri.
“Kalau kau tidak mematuhi perintahku, kuhantam kau dengan pukulan mautku !” ancam murid si Kake Bantal.
Di luar dugaan, tiba-tiba pemimpin rampok itu membuang lidahnya ke wajah murid si Kake Bantal. Murid si Kake Bantal tak sempar mengelak, ludah itupun menempel kewajahnya seketika kulit wajah murid si Kake Bantal menjadi merah padam pertanda marah. Sepasang tangannya terkepal makin erat, sekali dia melayangkan tangannya tentu dada pemimpin rampok itu jadi ambrol.
Melihat kemarahan murid si Kake Bantal seketika wajah pemimpin rampok menjadi pucat-pasi. Hatinya mulai keder.
“Kali ini tamatlah riwayatku, “guman si pemimpin rampok.
Tapi sungguh aneh. Tiba-tiba murid si Kake Bantal mengurungkan serangannya. Dia bangkit berdiri tanpa menggelar sikap siaga. Wajahnya yang tadi merah padam dilanda api kemarahan sekarang pulih kembali seperti sedia kala. Perlahan dia membersihkan ludah di wajahnya.
“Mengapa ? Mengapa kau tak jadi menyerangku ?’’ Tanya pemimpin perampok. ‘’karena tadi kau telah membuatku marah,’’ jawab murid Kake Bantal. ‘’Aku tidak boleh membunuh orang dalam keadaan marah, itu termasuk perbuatan dosa’’ kenapa berdosa ? Bukankah aku orang jahat yang memang pantas untuk di bunuh ?’’ ujar pemimpin perampok itu. ‘’ tadi ………’’ kata murid Kake Bantal.’’ Sebelum kau meludahiku dan sebelum dia marah, aku boleh membunuhmu, karena niatku membunuhmu adalah untuk memerangi kejahatan. Tapi setelah kau meludahiku, maka hatiku jadi marah. Padahal agamaku melarang umatnya untuk menghukum orang dalam keadaan marah. Pemimpin tampak itu tercenung. Untuk beberapa saat dia berdiam diri’’ Betapa luhur ajaran agamamu, apakah nama agama itu ? Tanya perampok itu. ’’ Islam?’’ jawab murid si Kake Bantal.’ ’Islam artinya selamat. Siapa yang memeluk agama Islam akan selamat dan berbahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat.’’ ’’ Aku adalah bekas seorang perwira Majapahit yang membelot dan jadi pemimpin rampok. Kejahatanku bertumpuk-tumpuk, dosaku setinggi gunung,’’ kata si pemimpin rampok.’’ Apakah Tuhan masih mengampuniku?’’ ’’ Kenapa tidak?’’ sahut murid si Kake Bantal.’’ Misalkan dosamu setinggi langit dan sepenuh bumi, kalau kau masuk agama Islam, bertobat secara sunguh-sungguh. Artinya kau tidak akan mengulang kejahatanmu, maka Tuhan mengampunimu. Dosa-dosa di masa lalu di hapus semuanya.’’ ’’ Benarkah begitu ?’’ sahut pemimpin rampok. ’’ Aku bicara sebenarnya, dusta adalah berbuatan dosa’’ ujar murid Kake Bantal. Tiba-tiba pemimpin rampok itu berusaha bangkit berdiri. Karena tubuhnya masih lemah dia segera robo lagi. cepat-cepat murid Kake Bantal segera menyambarnya. Sementara itu pertempuran antara penduduk desa dengar para perampok masih berlangsung dengan seruhnya. Tiba-tiba terdengar bentakan yang membahana. Semua orang terkejut dan segera menghentikan pertempuran.
’’ Ternyata bentakan itu berasal dari pemimpin rampok yang berdiri di samping murid Kake Bantal. Murid Kake Bantal itu telah menolong pemimpin rampok dengan cara menyalurkan tenaga dalam ke tubuh pemimpin rampok sehingga tenaga pemimpin rampok itu menjadi pulih seperti sedia kala.
’’ Dengarkan semuanya ’’ Aku pemimpin rampok itu. Mulai sekarang kutinggalkan dunia kejahatan. Aku sudah bosan hidup bergelimbang dosa. Mulai hari ini aku masuk agama Islam, menjadi pengikut Kake Bantal.
Kalian yang menjadi anak buahku boleh pilih, tetap jadi gerombolan perampok atau mengikuti jejak baru yang kutempuh hidup secara baik-baik bersama masyarakat’’
Jumlah pemimpin perampok itu ada dua puiluh orang, sepuluh orang langsung membuang senjatanya berupa pedang dan tombak. Mereka menyatakan diri mengikuti pimpinannya yaitu mulai hidup baru secara baik-baik. Namun sepuluh rampok lainnya segera melompat ke punggung kuda dan berkata pemimpin rampok.
“Tekuk Penjalin “ kata mereka. “Tak sudi kami mengikuti jejakmu. Biarkan kami menempuh jalan kami sendiri”.
“Terserah kalian “ sahut pemimpin rampok yang ternyata bernama Tekuk Penjalin .” tapi perlu kalian ingat, jangan mencoba coba menganggu desa ini lagi. Bila ini terjadi, maka aku sendiri yang akan membasmi kalian.
Sepuluh orang sudah naik ke punggung kuda itu tidak menjawab melainkan langsung menggebrak kudanya berlari kencang ke luar desa. Beberapa orang penduduk desa yang masih merasa geram segera menendang dan memukuli sepuluh rampok yang duduk bersimpuh di tanah tanpa memegang senjata. Murid Kake Bantal segera membentak penduduk desa itu,” Hentikan, tidak pantas menyerang orang yang sudah menyerahkan diri “
“Mereka sudah sering membuat kami menderita “ protes para penduduk. “Sekarang mereka jadi urusanku “ sahut murid Kake Bantal. Murid Kake Bantal kemudian mengajak KI Tekuk Penjalin dan anak buahnya pergi dari desa itu.
Demikianlah salah satu contoh ajaran da’wah yang dilaksanakan Kake Bantal dan murud-muridnya. Mereka sangat toleran terhadap kepentingan pribadi, patuh terhadap perintah agama dan teguh dalam menjauhi kemunkaran.
Sebagian besar penduduk jawa yang masuk Islam adalah dari kalangan rakyat biasa. Mereka yang tergolong dari Kasta Brahmana biasanya enggan menyingkir ke tempat-tempat sunyi, diantaranya mereka ke Tengger dan pulau Bali. Ini dapat mengerti karena kalangan brahmana tidak dapat beraul sederajat dengan kasta Waisya atau Sudra yang kedudukannya diangap lebih rendah dan hina. Dengan masuk Islam berarti mereka merasa dicopot kedudukannya dari derajat yang lebih tinggi karena islam tidak membeda-bedakan umatnya. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa Islam datang ke Indonesia ini adalah dengan jalan damai. Tidak seperti agama Nasrani yang datang ke Nusantara bersamaan dengan kaum penjajah.
Menurut berbagai penyelidikan, agama Islam tersiar ke seluruh tanah Jawa dan Nusantara ini dengan jalan damai karena alasan beberapa hal yaitu:
1. Para penyiar agama islam yang datang mula-mula adalah para pedagang Dan ahli Sufi dan para wali.
2. Para mubaligh itu menggunakan metode da’wah yang tepat sasaran Yaitu sebagaimana tersebut dalam AlQur’an yan berbunyi, “Hendaklah engkau ajak orang kejalan Allah dengan hikmah (kebijaksanaan), dengan peringatan-peringatan yan ramah serta bertukar fikiran dengan mereka, dengan cara yang sebaik-baiknya. “(QS. An Nahl:125)
3. Para mubaligh Islam tersebut dapat menyelami dan memahami watak dan jiwa bangsa Indonesia.
4. Sifat toleransi dari bangsa Indonesia itu sendiri yang dapat menerima setiap yang datang dari luar kemudian disesuaikan dengan kepribadian sendiri.
5. Penyiaran Islam di Jawa sebagian besar melalui saluran tasawwuf atau metafisika.
6. Dengan jalan mengawinkan kepercayaan lama dengan kepercayaan baru inilah yan menyebabkan agama Islam dapat tersiar dengan damai.
Sekarang agama Islam sudah tersiar ke seluruh Indonesia, adalah menjadi tugas sarjana-sarjana Islam untuk meluruskan Islam dari berbagai hal yang berbau tahayul dengan cara yang bijaksana tanpa menuding peran Wali yang telah menyebarkan dan memperkenalkan Islam kepada penduduk Nusantara. Setiap jaman ada tantangannya, ibarat hutan, para wali telah membabatnya dan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang nyaman, adalah generasi berikutnya yang harus menyempurnakan pekerjaan para wali tersebut.
Demikianlah bunyi tulisan yang ada di nisan makam Syeh Maulana Malik Ibrahim Penduduk pribumi mengenal beliau sebagai Kake Bantal. Ini membuktikan bahwa pada masa hidup beliau beliau berda’wah dengan cara yang bijaksana beliau dapat beradaptasi dengan masayarakat disekelilingnya.
Agama dan adat istiadat lama tidak langsung ditentangnya dengan frontal dan penuh kekerasan melainkan beliau perkenalkan kemuliaan dan ketinggian akhlak yang diajarkan oleh agama Islam. Beliau langsung memberi contoh sendiri dalam bermasyarakat, tutur bahasanya sopan, lemah lembut,santun pada fakir miskin, hormat pada yang lebih tua dan menyanyangi kaum muda.
Dengan cara itu ternyata sedikit demi sedikit banyak juga rakyat jawa yang mulai tertarik pada agama Islam dan pada akhirnya mereka menjadi pemeluk agama Islam yang teguh.
Pada masa itu kerajaan yang terbesar di pulau Jawa adalah kerajaan Majapahit. tetapi sesungguhnya kerajaan itu sudah keropos baik dari luar maupun dari dalam. Terutama sejak ditinggalkan oleh Maha Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk. Majapahit dilanda perang saudara yang tidak ada habis-habisnya rakyat jelata menjadi korban. sementara kerajaan-kerajaan lain yang dahulu ditundukkan oleh Mahapatih Gajah Mada sudah banyak yang memisahkan diri.
Kesetiaan para pembesar dan para adipati mulai menipis, banyak upeti kerajaan yang tidak sampai ke tangan raja, melainkan bertumpuk di kediaman para pembesar dan para adipati. Kejahatan melanda di mana-mana banyak perampok dan pencuri. Bahkan banyak pula satuan-satuan prajurit yang melepaskan diri dan beralih menjadi gerombolan perampok, menggarong harta para penduduk atau rakyat jelata.
Sering kali Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Kake Bantal dan murid-muridnya ketanggor gerombolan perampok ketika mereka sedang berda’wah keliling desa-desa.
Pada suatu hari ada gerombolan perampok menyerang rumah penduduk. Kebetulan salah seorang murid si Kake Bantal mengetahuinya. Murid tersebut segera membantu penduduk desa untuk melawan perampok.
Para penduduk desa bertempur melawan anak buah si pemimpi peampok, sedang murid si Kake Bantal menghadapi pemimpin perampok itu sendiri. Keduanya bertempur dengan seru dan hebat, keduanya sama-sama mengeluarkan ilmu kesaktian hingga pada suatu ketika sang murid berhasil menyerangkan tendangan telak ke dada pemimpin rampok.
Pemimpin rampok itu terjungkal ke tanah dengan nafas kembang kempis. Wajah perampok itu tampak merah padam pertanda marah, agaknya baru kali ini dia menemui lawan yang tangguh. Dia berusaha bangkit berdiri namun tenaganya sudah lemah, mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Hayo ! Perintahkan anak buahmu menyingkir dari desa ini !” Bentak murid Kake Bantal sembari melangkah mendekati pemimpin rampok yang jatuh terkapar di tanah. Pemimpin rampok itu hanya terdiam seribu bahasa, sepasang matanya penuh kemarahan menatap kearah murid si Kake Bantal.
“Perintahkan anak buahmu meninggalkan desa ini !” Hardik murid si Kake Bantal sembari berjongkok, sepasang tangannya terkepal dan siap dihantamkan ke dada pemimpin rampok.
Pemimpin rampok itu masih berdiam diri.
“Kalau kau tidak mematuhi perintahku, kuhantam kau dengan pukulan mautku !” ancam murid si Kake Bantal.
Di luar dugaan, tiba-tiba pemimpin rampok itu membuang lidahnya ke wajah murid si Kake Bantal. Murid si Kake Bantal tak sempar mengelak, ludah itupun menempel kewajahnya seketika kulit wajah murid si Kake Bantal menjadi merah padam pertanda marah. Sepasang tangannya terkepal makin erat, sekali dia melayangkan tangannya tentu dada pemimpin rampok itu jadi ambrol.
Melihat kemarahan murid si Kake Bantal seketika wajah pemimpin rampok menjadi pucat-pasi. Hatinya mulai keder.
“Kali ini tamatlah riwayatku, “guman si pemimpin rampok.
Tapi sungguh aneh. Tiba-tiba murid si Kake Bantal mengurungkan serangannya. Dia bangkit berdiri tanpa menggelar sikap siaga. Wajahnya yang tadi merah padam dilanda api kemarahan sekarang pulih kembali seperti sedia kala. Perlahan dia membersihkan ludah di wajahnya.
“Mengapa ? Mengapa kau tak jadi menyerangku ?’’ Tanya pemimpin perampok. ‘’karena tadi kau telah membuatku marah,’’ jawab murid Kake Bantal. ‘’Aku tidak boleh membunuh orang dalam keadaan marah, itu termasuk perbuatan dosa’’ kenapa berdosa ? Bukankah aku orang jahat yang memang pantas untuk di bunuh ?’’ ujar pemimpin perampok itu. ‘’ tadi ………’’ kata murid Kake Bantal.’’ Sebelum kau meludahiku dan sebelum dia marah, aku boleh membunuhmu, karena niatku membunuhmu adalah untuk memerangi kejahatan. Tapi setelah kau meludahiku, maka hatiku jadi marah. Padahal agamaku melarang umatnya untuk menghukum orang dalam keadaan marah. Pemimpin tampak itu tercenung. Untuk beberapa saat dia berdiam diri’’ Betapa luhur ajaran agamamu, apakah nama agama itu ? Tanya perampok itu. ’’ Islam?’’ jawab murid si Kake Bantal.’ ’Islam artinya selamat. Siapa yang memeluk agama Islam akan selamat dan berbahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat.’’ ’’ Aku adalah bekas seorang perwira Majapahit yang membelot dan jadi pemimpin rampok. Kejahatanku bertumpuk-tumpuk, dosaku setinggi gunung,’’ kata si pemimpin rampok.’’ Apakah Tuhan masih mengampuniku?’’ ’’ Kenapa tidak?’’ sahut murid si Kake Bantal.’’ Misalkan dosamu setinggi langit dan sepenuh bumi, kalau kau masuk agama Islam, bertobat secara sunguh-sungguh. Artinya kau tidak akan mengulang kejahatanmu, maka Tuhan mengampunimu. Dosa-dosa di masa lalu di hapus semuanya.’’ ’’ Benarkah begitu ?’’ sahut pemimpin rampok. ’’ Aku bicara sebenarnya, dusta adalah berbuatan dosa’’ ujar murid Kake Bantal. Tiba-tiba pemimpin rampok itu berusaha bangkit berdiri. Karena tubuhnya masih lemah dia segera robo lagi. cepat-cepat murid Kake Bantal segera menyambarnya. Sementara itu pertempuran antara penduduk desa dengar para perampok masih berlangsung dengan seruhnya. Tiba-tiba terdengar bentakan yang membahana. Semua orang terkejut dan segera menghentikan pertempuran.
’’ Ternyata bentakan itu berasal dari pemimpin rampok yang berdiri di samping murid Kake Bantal. Murid Kake Bantal itu telah menolong pemimpin rampok dengan cara menyalurkan tenaga dalam ke tubuh pemimpin rampok sehingga tenaga pemimpin rampok itu menjadi pulih seperti sedia kala.
’’ Dengarkan semuanya ’’ Aku pemimpin rampok itu. Mulai sekarang kutinggalkan dunia kejahatan. Aku sudah bosan hidup bergelimbang dosa. Mulai hari ini aku masuk agama Islam, menjadi pengikut Kake Bantal.
Kalian yang menjadi anak buahku boleh pilih, tetap jadi gerombolan perampok atau mengikuti jejak baru yang kutempuh hidup secara baik-baik bersama masyarakat’’
Jumlah pemimpin perampok itu ada dua puiluh orang, sepuluh orang langsung membuang senjatanya berupa pedang dan tombak. Mereka menyatakan diri mengikuti pimpinannya yaitu mulai hidup baru secara baik-baik. Namun sepuluh rampok lainnya segera melompat ke punggung kuda dan berkata pemimpin rampok.
“Tekuk Penjalin “ kata mereka. “Tak sudi kami mengikuti jejakmu. Biarkan kami menempuh jalan kami sendiri”.
“Terserah kalian “ sahut pemimpin rampok yang ternyata bernama Tekuk Penjalin .” tapi perlu kalian ingat, jangan mencoba coba menganggu desa ini lagi. Bila ini terjadi, maka aku sendiri yang akan membasmi kalian.
Sepuluh orang sudah naik ke punggung kuda itu tidak menjawab melainkan langsung menggebrak kudanya berlari kencang ke luar desa. Beberapa orang penduduk desa yang masih merasa geram segera menendang dan memukuli sepuluh rampok yang duduk bersimpuh di tanah tanpa memegang senjata. Murid Kake Bantal segera membentak penduduk desa itu,” Hentikan, tidak pantas menyerang orang yang sudah menyerahkan diri “
“Mereka sudah sering membuat kami menderita “ protes para penduduk. “Sekarang mereka jadi urusanku “ sahut murid Kake Bantal. Murid Kake Bantal kemudian mengajak KI Tekuk Penjalin dan anak buahnya pergi dari desa itu.
Demikianlah salah satu contoh ajaran da’wah yang dilaksanakan Kake Bantal dan murud-muridnya. Mereka sangat toleran terhadap kepentingan pribadi, patuh terhadap perintah agama dan teguh dalam menjauhi kemunkaran.
Sebagian besar penduduk jawa yang masuk Islam adalah dari kalangan rakyat biasa. Mereka yang tergolong dari Kasta Brahmana biasanya enggan menyingkir ke tempat-tempat sunyi, diantaranya mereka ke Tengger dan pulau Bali. Ini dapat mengerti karena kalangan brahmana tidak dapat beraul sederajat dengan kasta Waisya atau Sudra yang kedudukannya diangap lebih rendah dan hina. Dengan masuk Islam berarti mereka merasa dicopot kedudukannya dari derajat yang lebih tinggi karena islam tidak membeda-bedakan umatnya. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa Islam datang ke Indonesia ini adalah dengan jalan damai. Tidak seperti agama Nasrani yang datang ke Nusantara bersamaan dengan kaum penjajah.
Menurut berbagai penyelidikan, agama Islam tersiar ke seluruh tanah Jawa dan Nusantara ini dengan jalan damai karena alasan beberapa hal yaitu:
1. Para penyiar agama islam yang datang mula-mula adalah para pedagang Dan ahli Sufi dan para wali.
2. Para mubaligh itu menggunakan metode da’wah yang tepat sasaran Yaitu sebagaimana tersebut dalam AlQur’an yan berbunyi, “Hendaklah engkau ajak orang kejalan Allah dengan hikmah (kebijaksanaan), dengan peringatan-peringatan yan ramah serta bertukar fikiran dengan mereka, dengan cara yang sebaik-baiknya. “(QS. An Nahl:125)
3. Para mubaligh Islam tersebut dapat menyelami dan memahami watak dan jiwa bangsa Indonesia.
4. Sifat toleransi dari bangsa Indonesia itu sendiri yang dapat menerima setiap yang datang dari luar kemudian disesuaikan dengan kepribadian sendiri.
5. Penyiaran Islam di Jawa sebagian besar melalui saluran tasawwuf atau metafisika.
6. Dengan jalan mengawinkan kepercayaan lama dengan kepercayaan baru inilah yan menyebabkan agama Islam dapat tersiar dengan damai.
Sekarang agama Islam sudah tersiar ke seluruh Indonesia, adalah menjadi tugas sarjana-sarjana Islam untuk meluruskan Islam dari berbagai hal yang berbau tahayul dengan cara yang bijaksana tanpa menuding peran Wali yang telah menyebarkan dan memperkenalkan Islam kepada penduduk Nusantara. Setiap jaman ada tantangannya, ibarat hutan, para wali telah membabatnya dan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang nyaman, adalah generasi berikutnya yang harus menyempurnakan pekerjaan para wali tersebut.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
No comments:
Post a Comment