Sheikh Abdul Qodir r.a
Bagian I
Kelahiran
Asy Sheikh Abdul Qodir r.a dilahirkan di Jilan di kota terpencil pelosok Tabaristan pada tahun 471 masehi. Dimasa bayinya beliau tidak mau menyusu di waktu siang bulan Romadhon, sebagai pemeliharaan Allah SWT atasnya. Beliau adalah Syaikh Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qodir bin Abu Saleh Jank Dausat bin Abi Abdillah bi Yahya Az Zahid bin Muhammad bin Daud bin Musa bin Abdulah Al-Mahd bin Hasan Al Mutsanna Ibnul Hasan As Sibth bin Ali bin Abi Tholib suami Siti Fatimah Binti Muhammad Rasululloh SAW
Syaikh sufi Syaikh Sihabuddin Umar As-Sahrawardi dalam kitab ‘Awarif al-Ma’arif bab 21 meriwayatkan, “Diantara para ulama ada yang menanyakan kepada Syaikh Abdul Qadir ‘Mengapa engkau menikah ?’. Beliau menjawab, ‘Aku tidak memiliki niat untuk menikah sampai RasuluLlah SAW berkata kepadaku, “Menikahlah engkau”.
Dinukilkan dari Syaikh Abdul Qadir bahwa beliau pernah berkata, “Aku pernah menginginkan isteri pada suatu waktu hanya saja aku tidak ingin menikah karena khawatir akan menghabiskan waktuku. Akhirnya aku bersabar hingga Allah menganugerahkan 4 isteri kepadaku yang sesuai dengan keinginanku”.
Ibnu Najjar dalam kitab tarikhnya meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Syaikh Abdul Qadir berkata, “Anakku ada 49 orang, 27 diantaranya adalah pria dan lainnya wanita.”
Al-Jaba’i meriwayatkan, Syaikh Abdul Qadir berkata, “Jika anakku lahir, aku mengulurkan tangan mengendongnya seraya berkata, “ini adalah mayit”. Kemudian aku mengeluarkannya dari hatiku. Sehinga apabila ia meninggal maka hal tersebut tidak mempengaruhiku “. Al-Jaba’i meriwayatkan juga bahwa anaknya baik pria maupun wanita ada yang meninggal pada saat beliau sedang mengajar, dan beliau tidak menghentikan (jadwal) pengajaran tersebut. Beliau tetap naik ke atas kursinya dan mengajar, sementara tukang memandikan mayat sedang memandikan anaknya. Setelah selesai mayat anak tersebut dibawa ke majlisnya dan beliau turun kemudian menshalatkannya.
Kedua Telapak Kakiku Ada di Punggung Setiap Wali Allah
Al-Hafid Abu Izza Abdul Mughist bin Harb Al-Baghdadi dan yang lainnya berkata ” Kita biasa hadir di majelis Syeh Abdul Qodir di ribathnya di Baghdad. Umumnya yang menghadiri majelis beliau adalah para Syaikh Iraq diantaranya ; Syaikh Alibin Hiti, Baqa bin Bathu’, Abu Sa’id Al-Qailawi, Musa bin Mahin , Abu NajibAssahrawardi, Abu karam, Abu Umar, Utsman Al Qursyi, Makarim al-Akbar, Mathar, Jaakir, Khalifah, Shidqah, Yahya Murtasyi, Ad-diya Ibrahim al-Juwaini, Abu Abdulah Muhammad al-Qazwaini, dan masih banyak lagi selanjutnya klik di siniAbu Ustman, Umar Ak-Batiahi, Qadib Al- Baan, Abul Abas Ahmad Al-Yamani, Abu Abas Ahmad Al-Qazwaini beserta muridnya Daud yang selalu melaksanakan Shalat fardhu di Makkah, Abu Abdulah Muhammad Al-Khas, Abu Umar, Ustman Al-Iraqi As-Syauki, yang konon merupakan salah seorang Rijal Ghaib ….dan lain sebagainya.
Dalam kondisi Spiritual sang Syaikh berkata “Kakiku ini ada di punggung setiap Wali”. Begitu mendengar tersebut Syeh Ali ASl-Hiti langsung bangkit dan meletakkan kaki Syeh Abdul Qodir Al-Jailani di pundaknya. Begitu pula dengan yang lain, mereka telah mengulurkan pundaknya untuk melaksanakan hal tersebut.
Syaikh Abdullah Al-Ashbahani Al-Qamari Al-Jabali berkata, “Pada suatu malam yang diterangi bulan aku mendapatkan para penghuni pegunungan Libanon sedang berkumpul kemudian terbang ke Iraq kelompok demi kelompok. Akupun bertanya kepada sahabatku yang merupakan salah seorang dari mereka tentang penyebabnya, dia menjawab, “Khidir as”, Memerintahkan kami untuk mendatangi Baghdad dan menghadap seorang Quthb.” “Siapa Quthb tersebut ?” “Syaikh Abdul Qadir ra.”, jawabnya. Kemudian aku memohon kepadanya untuk diizinkan ikut bersamanya. Shahabatku mengabulkan permohonanku dan akupun pergi bersamanya tebang di udara. Tak lama kemudian kami tiba di Baghdad dan akupun melihat para penghuni Jabal tersebut telah berbaris di hadapan sang Syaikh. Pemimpinnya memanggil sang Syaikh dengan sebutan Tuanku. Beliau memberikan perintah kepada mereka kemudian menyuruh mereka untuk kembali. Maka merekapun terbang ke tempat semula. Aku berkata kepada sahabatku, “Adab dan cepatnya kalian melaksanakan apa yang diperintahkan beliau belum pernah aku lihat sebelum ini”. “Saudaraku,” jawab sahabatku. “Bagaimana kami tidak melaksanakan perintah itu kepada orang yang berkata, “Kedua kakiku ini ada di punggung setiap wali Allah”. Kami telah diperintahkan untuk menghormati dan mentaatinya’”.
Keutamaan dan Karamah Sang Syaikh
Para ulama dan para syaikh memuji dan mengagungkannya serta sangat menjaga sopan santun ketika berada di majlisnya.
Murid Syaikh Abdul Qadir tidak terhitung banyaknya, mereka adalah orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat. Tidak seorangpun dari mereka yang meninggal dunia kecuali dalam keadaan bertobat dan 7 generasi dari murid pertamanya masuk surga.
Al-Jaba’I berkata bahwa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani juga berkata kepadanya, “tidur dan bangunku sudah diatur”. Pada suatu saat, dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau tiga orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di masjid Bab Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan dikelilingi dengan lampu. Orang-orang tetap datang di malam hari dan memakai lilin dan obor dan memenuhi tempat tersebut. Kemudian aku dibawa keluar kota dan ditempatkan di sebuah mushalla. Namun orang-orang tetap datang kepadaku, dengan mengendarai kuda, unta bahkan keledai dan menempati tempat disekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali RadhiAllahu anhum.
Saat ada yang bertanya kepada beliau Syeh Abdul Qodir Al-Jailani RA. ” Kapan engkau mengetahui bahwa dirimu adalah wali Allah” maka beliau menjawab “ Aku berusia 10 tahun ketika melihat para malaikat berjalan di sampingku saat aku berangkat ke sekolah/ madrasah. Dan setibanya di sana para malaikat tersebut berkata “Berikan jalan bagi Wali Allah” sampai aku duduk. Pernah suatu hari seseorang lewat di hadapanku dan dia mendengar para malaikat mengatakan hal tersebut . Dia bertanya kepada salah seorang malaikat tersebut “ada apa dengan Anak kecil ini ?” Sang Malaikat berkata “Ini sudah ditakdirkan dari Baitul Asyrof (rumah paling mulia-Arsy). Beliau bekata “Anak ini akan menjadi orang besar . Dia telah diberi anugerah yang tidak dapat ditolaknya, dibukakan hijabnya, dan telah didekatkan”. Empat puluh tahun kemudian baru aku mengetahui bahwa orang tersebut adalah salah seorang Abdal pada saat itu.
Diriwayatkan dari Syaikh Abdullah An-Najjar bahwasanya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani pernah berkata saat dilanda berbagai cobaan yang berat, “Jika banyak cobaan yang menimpa diriku, aku berbaring di atas tanah dan berkata, ‘Sesungguhnya sesudah kesusahan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesusahan ada kemenangan’. Dan ketika aku bangun berbagai beban tadi telah pergi dariku”.
Saat beliau mengetahui bahwa menuntut ilmu adalah wajib hukumnya, dan merupakan obat bagi jiwa yang sakit, beliau bertekad untuk menguasainya. Maka beliau pergi kepada para imam-imam dan para Syaikh sufi untuk mempelajari ushul dan furu’ sampai beliau menguasai semua itu. Diantara guru-gurunya dalam bidang ushul dan furu’ fiqhiyah adalah Abu Wafa’ Ali bin ‘Aqiil Al Hambali, Abu Khitab Makfudz Al-Kalwadzaani Al-Hambali, Abu Hasan Muhammad bin Qadhi Abu Ya’la Muhammad bin Al-Husain bin Muhamad ibnu Fara’ Al-Hambali, Al-Qadhi Abi Sa’id- Al Mubaarok Al-Machzuumi Al Hambali. Kemudian beliau belajar adab (sastra) dari Zakariyah Yahya bin Ali At-Tabrizi.
Syaikh Abdullah Al-Jaba’I meriwayatkan bahwa Syaikh Abdul Qadir bercerita kepadanya, “suatu ketika timbul keinginan yang kuat dalam hatiku untuk keluar dari Baghdad karena suburnya fitnah yang tumbuh. Akupun mengambil catatankku dan menggantungkannya di pundakku kemudian menuju Bab Al-Halbah untuk meninggalkan Baghdad menuju padang pasir. Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara berkata kepadaku, “mau ke manakah engkau ?”. Dan sebuah dorongan yang membuatku terjatuh. Kemudian suara itu kembali berkata, “kembali, orang-orang akan mendapatkan manfaat dari keberadaanmu “. “apa peduliku dengan makhluk lain , aku keluar demi keselamatan agamaku” jawabku. Suara tersebut kembali berkata, “kembaliilah dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu”‘.
Syaikh Abu Abbas Al-khidir Al-Huasini Al-Moushuli bercerita, “pada suatu hari aku menyaksikan khalifah Al-Mustanjid Billah Abu Mudzafar Yusuf bin Abu Abdullah Muhammad Al-Abbasi mendatangi Syaikh Abdul Qadir”.
“ku ingin sesuatu dari karamah”. Pintanya kepada sang Syaikh
“Apa yang engkau inginkan ?”. Tanya beliau.
“Aku menginginkan sebuah apel yang datang dari alam ghaib.” Sedangkan pada saat itu bukanlah musim apel. Syaikh Abdul Qadir mengulurkan tangannya ke udara dan tiba-tiba di dalam tangannya terdapat dua buah apel. Salah satu dari kedua buah apel tersebut diberikan kepada khalifah. Kemudian beliau membelah apel yang ada di tangnnya maka tampaklah daging buah yang putih segar dan berbau harum. Sang khalifah juga melakukan hal yang sama terhadap apel yang diberikan kepadanya, ternyata yang keluar dari daging buah tersebut adalah cacing dan berbau busuk.
“Apa maksudnya ini?” Tanya khalifah.
“Apel yang ada di tanganmu itu dipegang oleh tangan orang yang zalim oleh karena itu sebagaimana yang engkau saksikan, yang keluar adalah cacing. Sedangkan yang ini dipegang oleh tangan kewalian sehingga yang keluar adalah yang baik”.
Syaikh Abu Su’ud Al-Harimi meriwayatkan pada suatu hari di tahun 521 H Abu Mudzafar Al-Hasan bin Na’im seorang pedagang datang menghadap Syaikh Hammad Ad-Dabbas dan berkata, “Aku telah menyiapkan sebuah kafilah yang membawa barang dagangan senilai 700 dinar untuk berangkat ke Syam.”
“Jika engkau berangkat pada tahun ini maka engkau akan terbunah dan semua hartamu akan dirampas”. Kata sang Syaikh.
Si pedagang itupun pulang dengan perasaan sedih. di tengah perjalanan ia bertemu Syaikh Abdul Qadir –yang ketika itu umurnya masih muda- dan menceritakan apa yang dikatakan Syaikh Hammad kepadanya. Syaikh Abdul Qadir berkata kepadanya, “Berangkatlah pada tahun ini engkau akan pergi dan pulang dengan selamat dan mendapatkan keuntungan yang besar. Akulah yang menjadi jaminannya”.
Pedagang tersebut pun pergi ke Syam. Di sana barangnya laku seharga 1000 dinar. Ketika hendak pulang, ia pergi ke kamar kecil (hendak membuang hajat) di tempat pemandian umum. Ia meletakkan uangnya di atas kamar kecil dan lupa untuk membawanya kembali. Tak lama kemudian, ia diserang rasa kantuk dan tertidur. Di dalam tidurnya ia melihat seolah-olah ia sedang berada di dalam rombongan kafilah. Tiba-tiba datanglah perampok menyerang kafilah tersebut dan membunuh semua orang yang ada di dalam kafilah itu. Dia melihat dirinya ditebas pedang di padang pasir. Saat itulah ia terbangun dengan nafas terengah-engah dan mendapatkan bekas darah dan rasa sakit akibat tebasan pedang di lehernya. Dia kemudian ingat uangnya yang tertinggal di kamar kecil. Maka kembalilah ia kesana dan mendapati uangnya masih utuh tetap berada di tempat.
Setelah mengambil uang tersebut ia kembali ke Baghdad. Di dalam hati ia berkata, “Jika aku menghadap Syaikh Hammad terlebih dahulu, maka beliau yang lebih tua. Jika aku menghdap Syaikh Abdul Qadir sesungguhnya perkataan beliaulah yang benar.” Dia memutuskan untuk menemui Syaikh Hammad terlebih dahulu. Sesampai di pasar Sulthan, ia bertemu dengan Syaikh Hammad Ad-Dabbas dan Syaikh Hammad langsung berkata kepadanya, “Temuilah Syaikh Abdul Qadir terlebih dahulu. Dia adalah orang dicintai Allah. 17 kali dia mendoakan dirimu memohon kepada Allah sehingga Allah menjadikan terbunuhnya engkau hanya diganti dalam keadaan mimpi, dan hilangnya hartamu yang disebabkan oleh kesilapanmu juga hanya terjadi di dalam mimpi”.
Kemudian ia mendatangi Syaikh Abdul Qadir. Sebelum ia mengucapkan sesuatu, Syaikh Abdul Qadir berkata kepadanya terlebih dahulu, “Syaikh Hammad telah berkata kepadamu bahwa aku memohonkan engkau kepada Allah sebanyak tujuh belas kali. Demi keagungan Allah, sesungguhnya aku memohonkan engkau kepada Allah tujuh belas kali, kemudian tujuh belas kali, kemudian tujuh belas kali, sampai semuanya berjumlah tujuh puluh kali sehingga Allah menjadikan semua yang ditakdirkan-Nya terjadi atas dirimu di alam nyata, (terbunuh dan kehilangan harta) –hanya terjadi didalam mimpi.
Tausiyah 1
Berkenaan dengan fiqh Syaikh Abdul Qadir berkata, “tafaqquh (jadilah seorang yang ahli dalam masalah keagamaan), baru berkontemplasi / khalwat / uzlah. Barang siapa yang beribadah kepada Allah tanpa pengetahuan agama maka kerusakan baginya adalah lebih besar dari pada kemaslahatan.
Ambilah lampu syari’at Tuhanmu dalam melakukan apa yang engkau ketahui maka Dia akan mewariskan kepadamu ilmu dan sesuatu yang tidak engkau ketahui yang memutuskan sebab darimu. Pisahkanlah dirimu dari orang-orang dan dari tidur, maka Dia akan menganugerahi kezuhudan dalam hatimu.
Orang-orang akan melihat kulitmu dan adabmu . jadilah orang yang memutuskan segala sesuatu kecuali Dia, memisahkan diri dari yang lain dan sebab akibat, karena khawatir akan padamnya lampumu. Berkontemplasilah (uzlah) 40 hari untuk Tuhanmu maka sumber hikmah dalam kalbumu akan terpancar dari lidahmu. Saat itulah ia akan melihat api Al-Haq SWT, sebagaimana Musa melihatnya. Dia akan melihat api dari pohon hatinya berkata kepada dirinya sendiri, kepada hawa nafsunya, setannya, karakternya, dan sebab akibat serta eksistensinya, “tinggalah kamu di sini, sesungguhnya aku melihat api .. (Thaha :10). Yang membisikkan di dalam hati, Aku adalah Tuhanmu, sembahlah Aku. Jangan engkau merendahkan diri kepada selain Aku. Jangan engkau menggantungkan diri selain Aku. Kenalilah Aku dan acuhkan yang lain. Gapailah Aku dan putuskanlah hubungan dengan selain Aku. Mintalah kepadaKu dan acuhkan yang lain. Datanglah ke ilmu-Ku ke dekat-Ku, kerajaan dan kesultanan-Ku”.
Setelah pertemuan tersebut selesai, terjadilah apa yang seharusnya terjadi yaitu Dia SWT telah berfirman kepada hamba-Nya, “Hijab telah disingkapkan, kekeruhan telah dihilangkan, jiwa telah ditenangkan dan nafsu telah melemah”. Kemudian datanglah sebuah perintah, “Pergilah kepada Fir’aun. Wahai kalbu, kembalilah engkau kepada hawa nafsu dan setan lalu bimbing mereka kepada-Ku, tunjuki mereka jalan kepada-Ku. Katakan kepada mereka, “Ikuti aku, akan aku tunjukkan kepada kalian jalan yang benar”. Dia akan selalu berada dalam kondisi tersambung (wushul), kemudian terputus, tersambung lagi dan terputus kembali, baru kemudian terus bersambung (wushul).
Berkenaan dengan Ismullah Al-A’dham beliau Syaikh Abdul Qadir berkata, “Ismullah Al- A’dham adalah (kata / lafadz) Allah. Hanya saja kata tersebut akan menimbulkan efek apabila engkau mengatakannya dengan hati yang kosong dari segala sesuatu selain Allah. Kata Bismilah yang keluar dari para ‘arif setara dengan kata kun (jadilah) dari Allah. Kata ini (Lafadz Allah) menghilangkan kesedihan, menyingkirkan penderitaan, menghilangkan kesakitan, cahaya kata ini melingkupi. Allah SWT mengungguli segalanya, menampakkan keajaiban-keajaiban, kekuatanNya tinggi tak terukur. Allah merupakan pengawas para hamba, pemantau hati, Maha Kuasa dan Maha Memaksa (Qaahir Jabaarah) Yang Maha Megetahui yang tersembunyi maupun tang tampak, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.
Barang siapa yang menyerahkan hidupnya untuk Allah SWT maka ia berada dalam penjagaan Allah. Barang siapa yang mencintai Allah, maka hanya Allah yang tampak dalam pandangannya. Barang siapa yang meniti jalan Allah maka ia akan sampai kepada Allah, dan siapa saja yang dapat mencapai Allah maka ia akan hidup dalam asuhan Allah (Kanfillah) . Barang siapa yang merindukan Allah akan terus bersama Allah. Barang siapa yang meninggalkan keramaian, menghabiskan waktunya bersama Allah maka ia sedang mengetuk pintu pintu Allah, mencari perlindungan kepada Allah dan bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Wahai para penyeleweng, kembalilah kepada Allah. Semua ini (hasil mereka) yang memperhatikan namaKu di daarul fana’ (dunia) , apalagi nanti di daarul baqa’ (akhirat) . Jika semua ini terjadi di daarul mihnah (tempat penuh cobaan) apalagi nanti di daarul ni’mah (tempat yang penuh ni’mat). Ini namaKu dan engkau telah mencapai depan pintuKu, bagaimana jika hijab aku singkapkan untukmu. Ini hanyalah namaKu dan engkau telah terpanggil. Bagaimana jika ditampakkan di hadapanmu mereka yang berada dalam kondisi musyahadah (penyaksian) dan laut pertemuan ditampakkan di hadapan mereka.”
Seorang pecinta bagaikan seekor burung. Dia tidak akan tidur di pohon namun menyenandungkan yang dicintainya, dihembuskan kedekatan dalam dada mereka sehingga mereka rindu Tuhan mereka.
Ingatlah Aku (ALLAH) dengan kepasrahan dan penyerahan diri maka Aku akan mengingat kalian dengan pilihan terbaik. Penjelasannya adalah firman Allah,”Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. Ingatlah Aku dengan kerinduan dan kecintaan maka Aku akan mengingat kalian dengan keterhubungan (al-washl) dan kedekatan (al-qurbah) . Ingatlah Aku dengan penuh kesyukuran dan pujian maka Aku akan mengingat kalian dengan balasan dan pahala. Ingatlah Aku dengan permohonan ampunan maka Aku akan mengingat kalian dengan ampunan. Ingatlah aku dengan do’a (permohonan) maka Aku akan mengingat kalian dengan pemberian (anugerah). Ingatlah Aku dengan permintaan maka Aku akan mengingat kalian dengan pengabulan. Ingatlah Aku dengan tanpa pernah lupa maka Aku akan mengningat kalian tanpa putus. Ingatlah Aku dengan kesedihan maka Aku akan mengingat kalian dengan kemuliaan. Ingatlah Aku dengan hasrat maka Aku akan mengingat kalian dengan kemanfaatan. Ingatlah Aku dengan tanashul maka Aku akan mengingat kalian dengan tafadhul. Ingatlah Aku dengan ikhlas maka Aku akan mengingat kalian dengan keselamatan (khalas). Ingatlah Aku dengan hati maka Aku akan mengingat kalian dengan menyingkirkan kesedihan. Ingatlah Aku dengan lidah maka Aku akan mengingat kalian dengan keamanan. Ingatlah Aku dengan penyerahan diri maka Aku akan mengingat kalian dengan kemudahan. Ingatlah Aku dengan permohonan maaf maka Aku akan mengingat kalian dengan rahmat dan ampunan. Ingatlah Aku dengan iman maka Aku akan mengingat kalian dengan surga. Ingatlah Aku dengan Islam maka Aku akan mengingat kalian dengan kemuliaan. Ingatlah Aku dengan hati maka Aku akan mengingat kalian dengan penyingkapan tabir / hijab. Ingatlah Aku dengan ingatan yang fana maka Aku akan mengingat kalian dengan ingatan yang abadi. Ingatlah Aku dengan merendahkan diri maka Aku akan mengingat kalian dengan keterhubungan. Ingatlah Aku dengan kehinaan maka Aku akan mengingat kalian dengan pengampunan terhadap penyelewengan. Ingatlah Aku dengan ketulusan hati maka Aku akan mengingat kalian dengan penghapusan rasa benci. Ingatlah Aku dengan kemurnian rahasia /sirr maka Aku akan mengingat kalian dengan pelepasan kebaikan. Ingatlah Aku dengan kesungguhan maka Aku akan mengingat kalian dengan rizki. Ingatlah Aku dengan ketulusan jiwa maka Aku akan mengingat kalian dengan kemurnian. Ingatlah Aku dengan pengagungan maka Aku akan mengingat kalian dengan penghormatan. Ingatlah Aku dengan banyaknya nikmat maka Aku akan mengingat kalian dengan kesuksesan dan kehormatan. Ingatlah Aku dengan kelemah-lembutan maka Aku akan mengingat kalian dengan pemenuhan kebutuhan. Ingatlah Aku dengan tidak melakukan kesalahan maka Aku akan mengingat kalian dengan berbagai anugerah. Ingatlah Aku dengan syukur terhadap ni’mat maka Aku akan mengingat kalian dengan penyempurnaan kenikmatan. Ingatlah Aku dimana kalian berada maka Aku akan mengingat kalian dari tempat Aku berada.
Ambilah lampu syari’at Tuhanmu dalam melakukan apa yang engkau ketahui maka Dia akan mewariskan kepadamu ilmu dan sesuatu yang tidak engkau ketahui yang memutuskan sebab darimu. Pisahkanlah dirimu dari orang-orang dan dari tidur, maka Dia akan menganugerahi kezuhudan dalam hatimu.
Orang-orang akan melihat kulitmu dan adabmu . jadilah orang yang memutuskan segala sesuatu kecuali Dia, memisahkan diri dari yang lain dan sebab akibat, karena khawatir akan padamnya lampumu. Berkontemplasilah (uzlah) 40 hari untuk Tuhanmu maka sumber hikmah dalam kalbumu akan terpancar dari lidahmu. Saat itulah ia akan melihat api Al-Haq SWT, sebagaimana Musa melihatnya. Dia akan melihat api dari pohon hatinya berkata kepada dirinya sendiri, kepada hawa nafsunya, setannya, karakternya, dan sebab akibat serta eksistensinya, “tinggalah kamu di sini, sesungguhnya aku melihat api .. (Thaha :10). Yang membisikkan di dalam hati, Aku adalah Tuhanmu, sembahlah Aku. Jangan engkau merendahkan diri kepada selain Aku. Jangan engkau menggantungkan diri selain Aku. Kenalilah Aku dan acuhkan yang lain. Gapailah Aku dan putuskanlah hubungan dengan selain Aku. Mintalah kepadaKu dan acuhkan yang lain. Datanglah ke ilmu-Ku ke dekat-Ku, kerajaan dan kesultanan-Ku”.
Setelah pertemuan tersebut selesai, terjadilah apa yang seharusnya terjadi yaitu Dia SWT telah berfirman kepada hamba-Nya, “Hijab telah disingkapkan, kekeruhan telah dihilangkan, jiwa telah ditenangkan dan nafsu telah melemah”. Kemudian datanglah sebuah perintah, “Pergilah kepada Fir’aun. Wahai kalbu, kembalilah engkau kepada hawa nafsu dan setan lalu bimbing mereka kepada-Ku, tunjuki mereka jalan kepada-Ku. Katakan kepada mereka, “Ikuti aku, akan aku tunjukkan kepada kalian jalan yang benar”. Dia akan selalu berada dalam kondisi tersambung (wushul), kemudian terputus, tersambung lagi dan terputus kembali, baru kemudian terus bersambung (wushul).
Berkenaan dengan Ismullah Al-A’dham beliau Syaikh Abdul Qadir berkata, “Ismullah Al- A’dham adalah (kata / lafadz) Allah. Hanya saja kata tersebut akan menimbulkan efek apabila engkau mengatakannya dengan hati yang kosong dari segala sesuatu selain Allah. Kata Bismilah yang keluar dari para ‘arif setara dengan kata kun (jadilah) dari Allah. Kata ini (Lafadz Allah) menghilangkan kesedihan, menyingkirkan penderitaan, menghilangkan kesakitan, cahaya kata ini melingkupi. Allah SWT mengungguli segalanya, menampakkan keajaiban-keajaiban, kekuatanNya tinggi tak terukur. Allah merupakan pengawas para hamba, pemantau hati, Maha Kuasa dan Maha Memaksa (Qaahir Jabaarah) Yang Maha Megetahui yang tersembunyi maupun tang tampak, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.
Barang siapa yang menyerahkan hidupnya untuk Allah SWT maka ia berada dalam penjagaan Allah. Barang siapa yang mencintai Allah, maka hanya Allah yang tampak dalam pandangannya. Barang siapa yang meniti jalan Allah maka ia akan sampai kepada Allah, dan siapa saja yang dapat mencapai Allah maka ia akan hidup dalam asuhan Allah (Kanfillah) . Barang siapa yang merindukan Allah akan terus bersama Allah. Barang siapa yang meninggalkan keramaian, menghabiskan waktunya bersama Allah maka ia sedang mengetuk pintu pintu Allah, mencari perlindungan kepada Allah dan bertawakal kepada Allah.
Allah berfirman, “Wahai para penyeleweng, kembalilah kepada Allah. Semua ini (hasil mereka) yang memperhatikan namaKu di daarul fana’ (dunia) , apalagi nanti di daarul baqa’ (akhirat) . Jika semua ini terjadi di daarul mihnah (tempat penuh cobaan) apalagi nanti di daarul ni’mah (tempat yang penuh ni’mat). Ini namaKu dan engkau telah mencapai depan pintuKu, bagaimana jika hijab aku singkapkan untukmu. Ini hanyalah namaKu dan engkau telah terpanggil. Bagaimana jika ditampakkan di hadapanmu mereka yang berada dalam kondisi musyahadah (penyaksian) dan laut pertemuan ditampakkan di hadapan mereka.”
Seorang pecinta bagaikan seekor burung. Dia tidak akan tidur di pohon namun menyenandungkan yang dicintainya, dihembuskan kedekatan dalam dada mereka sehingga mereka rindu Tuhan mereka.
Ingatlah Aku (ALLAH) dengan kepasrahan dan penyerahan diri maka Aku akan mengingat kalian dengan pilihan terbaik. Penjelasannya adalah firman Allah,”Barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. Ingatlah Aku dengan kerinduan dan kecintaan maka Aku akan mengingat kalian dengan keterhubungan (al-washl) dan kedekatan (al-qurbah) . Ingatlah Aku dengan penuh kesyukuran dan pujian maka Aku akan mengingat kalian dengan balasan dan pahala. Ingatlah Aku dengan permohonan ampunan maka Aku akan mengingat kalian dengan ampunan. Ingatlah aku dengan do’a (permohonan) maka Aku akan mengingat kalian dengan pemberian (anugerah). Ingatlah Aku dengan permintaan maka Aku akan mengingat kalian dengan pengabulan. Ingatlah Aku dengan tanpa pernah lupa maka Aku akan mengningat kalian tanpa putus. Ingatlah Aku dengan kesedihan maka Aku akan mengingat kalian dengan kemuliaan. Ingatlah Aku dengan hasrat maka Aku akan mengingat kalian dengan kemanfaatan. Ingatlah Aku dengan tanashul maka Aku akan mengingat kalian dengan tafadhul. Ingatlah Aku dengan ikhlas maka Aku akan mengingat kalian dengan keselamatan (khalas). Ingatlah Aku dengan hati maka Aku akan mengingat kalian dengan menyingkirkan kesedihan. Ingatlah Aku dengan lidah maka Aku akan mengingat kalian dengan keamanan. Ingatlah Aku dengan penyerahan diri maka Aku akan mengingat kalian dengan kemudahan. Ingatlah Aku dengan permohonan maaf maka Aku akan mengingat kalian dengan rahmat dan ampunan. Ingatlah Aku dengan iman maka Aku akan mengingat kalian dengan surga. Ingatlah Aku dengan Islam maka Aku akan mengingat kalian dengan kemuliaan. Ingatlah Aku dengan hati maka Aku akan mengingat kalian dengan penyingkapan tabir / hijab. Ingatlah Aku dengan ingatan yang fana maka Aku akan mengingat kalian dengan ingatan yang abadi. Ingatlah Aku dengan merendahkan diri maka Aku akan mengingat kalian dengan keterhubungan. Ingatlah Aku dengan kehinaan maka Aku akan mengingat kalian dengan pengampunan terhadap penyelewengan. Ingatlah Aku dengan ketulusan hati maka Aku akan mengingat kalian dengan penghapusan rasa benci. Ingatlah Aku dengan kemurnian rahasia /sirr maka Aku akan mengingat kalian dengan pelepasan kebaikan. Ingatlah Aku dengan kesungguhan maka Aku akan mengingat kalian dengan rizki. Ingatlah Aku dengan ketulusan jiwa maka Aku akan mengingat kalian dengan kemurnian. Ingatlah Aku dengan pengagungan maka Aku akan mengingat kalian dengan penghormatan. Ingatlah Aku dengan banyaknya nikmat maka Aku akan mengingat kalian dengan kesuksesan dan kehormatan. Ingatlah Aku dengan kelemah-lembutan maka Aku akan mengingat kalian dengan pemenuhan kebutuhan. Ingatlah Aku dengan tidak melakukan kesalahan maka Aku akan mengingat kalian dengan berbagai anugerah. Ingatlah Aku dengan syukur terhadap ni’mat maka Aku akan mengingat kalian dengan penyempurnaan kenikmatan. Ingatlah Aku dimana kalian berada maka Aku akan mengingat kalian dari tempat Aku berada.
Wafatnya Sheikh Abdul Qodir Jailani
Pada usia genap 91 tahun masehi beliau wafat tepatnya pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561 Hijriyah. Beliau dimakamkan di Baghdad dan maqam (kubur)nya banyak diziarahi orang-orang dari berbagai pelosok negeri. Semoga Allah SWT selalu meridhoinya dan memberi kita semua manfaat dengannya. Allahumma Amin.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
2 comments:
Ini yang saya tunggu artikelnyaPak mengenai Shech Abdul Qidir Jaelani dari awal munculnya blog ini, terima masih saya tunggu postingnya Shech Abd Qodir yg lainnya trim
Ini beneran cewe apa cowok ? Kalo cewe ko ga pake kerudung kan seneng sama syeikh abdul Qodir zaelani.,shering yu ah
Post a Comment