4/22/2009

WALISONGO

SEJARAH DAN KISAH WALI SONGO

Sebelum menulis sejarah tentang walisongo yang kami sajikan diblog ini mulai dari wali pertama (I) sampai sembilan IX) perlu diketahui terdapat sidang dan musyawarah sebelum memutuskan suatu masalah atau problem dalam penyebarkan agama Islam di bumi tanah Jawa antara lain:

1. Masalah Adat Orang-orang Jawa.

Pada suatu ketika Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat orang Jawa seperti Selamatan, bersaji dan lain-lain tidak langsung ditentang, sebab orang Jawa akan lari bila di tentang secara keras. Adat istiadat itu diusulkan agar di beri warna atu unsur Islam. Sunan ampel bertanya atas usulan Sunan Kalijaga itu. “Apakah adat-istiadat lama itu nantinya tidak mengkhawatirkan bila dianggap ajaran Islam ? Padahal itu tidak ada pada ajaran Islam. Apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah ?” Pertanyaan Sunan Ampel itu dijawab oleh Sunan Kudus.
“Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, sebab ajaran agama Budha itu ada persamaannya dengan ajaran agama Islam, yaitu orang kaya harus menolong kepada fakir miskin . Adapun mengenai kekhawatiran Kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan ada orang Islam yang akan menyempurnakannya.” Pendukung sunan kalijaga ada lima orang sedang pendukung sunan ampel hanya dua orang yaitu sunan giri dan sunan drajat maka usulan sunan kalijaga yang diterima. Pada suatu ketika para wali berkumpul setelah empat puluh harinya meninggalnya sunan ampel. Sunan kalijaga tiba-tiba membakar kemenyan. Adat kebiasaan orang jawa yang tidak islam. Sunan kudus berkata, “Membakar kemenyan ini biasanya dilakukan orang jawa untuk memanggil arwah orang mati. Ini tidak ada dalam ajaran islam. Sunan kalijaga berkata kita ini hendak menajak oan jawa masuk islam, hendaklah kita dapat mengadakan pendekatan pada mereka. Kita membakar kemenyan bukan untuk arwah orang mati, melainkan sekedar mengharumkan ruangan karena orang jawa itu kebanyakan hanya mengenal kemenyan bukan wangi-wangian lainnya. Bukankah wangi-wanian itu disukai Nabi ?” “Tapi tidak harus kemenyan, “sahut sunan kudus.
Adakah didalam hadist disebutkan larangan membakar kemenyan sebagai pengharum ruangan ?” tukas sunan kalijaga. Wali lainnya hanya diam saja.
Sunan kalijaga memang suka yang aneh-aneh, ujar sunan kudus. Tapi janganlah sunan kalijaga merendahkan martabat sebagai seorang wali denan memakai pakaian seperti itu.
Sunan kalijaga memang lebih sering memakai pakaian seperti rakyat biasa. Celana panjang warna hitam atau biru dan baju dengan warna serupa ikat kepalanya hanya berupa udeng atau dester. Di hadapan allah tidak ada yang istimewa. Hanya kadar taqwa yang jadi ukuran derajat. Bukan pakaian. Lagi pula ajaran islam hanya menyebutkan kewajiban setiap ummatnya untuk menutup aurat. Tidak disebutkan memakai jubah atau sarung. Justru dengan pakaian seperti ini saya dapat bergaul akrab dengan rakyat jelata dan dengan mudah saya dapat memberikan ajaran islam kepada mereka.” Kembali para wali membenarkan pendapat sunan kalijaga.
Usulan kalijaga tentang gending dan wayang kulit akhirnya juga disetujui para wali sebagai mediah dakwah.

2. PERKARA SYEH SITI JENAR.

Syeh siti jenar sering sekali diartikan sebagai syeh lemah Abang. Siti artinya tanah, jenar artinya merah, padahal jenar ituarti sebenarnya adalah kuning. Ada sebuah sumber, siti jenar itu berasal dari kata sidi jinnar artinya sidi= tuan jinnar = oran yang kekuatannya seperti api. Syeh siti jenar itu berasal dari Persia. Pada suatu hari sunan bonang hendak memberikan ilmu tingkat tinggi kepada sunan kalijaga. Ilmu harus diberikan ditempat yang sunyi karena sangat rahasia, orang awam akan jadi bingung bila mendengarnya. Belum berangkat perahu yang mereka naiki bocor, sunan kalijaga menambal perahu tadi dengan tanah liat. Di tengah lautan, ditengah malam hari sunan bonang memberikan ilmu tingkat tinggi itu. Sunan kalijaga diwejan dan dipesan agar hati-hati bila nanti mengajarkan ilmu tersebut jangan sampai salah paham karena bila orang salah paham salah-salah orang tersebut mengaku dirinya tuhan. Tersebutlah, sunan bonang yan kita merasakan getaran ilmu sihir di perahu itu. Ada seorang yang menyamar dan bersembunyi di perahu tersebut. Sunan bonang mengerahkan ilmunya dan berkata “kisanak, jangan mempergunakan ilmu sihir kalau hendak mendengarkan perkataan kami. Ilmu sihir dilarang dalam agama islam.” Sunan bonang kemudian memeriksa tanah liat (lempung) yan dipergunakan sunan kalijaga untuk menambal perahu yang bocor. Didalam tanah liat tersebut tanah ternyata ada seekor cacing, cacing tersebut diambil diletakkan pada sebuah papan di perahu. Ajaib cacing itu mengeluarkan asap dan berubah menjadi sosok manusia.
“Siapa namamu kisanak ?” Tanya sunan bonang. “Nama saya sidi jinnar, “jawab orang itu.
“Kisanak harus meninggalkan perbuatan sihir tadi “Saya mohon bimbingan, “kata sidi jinnar.
Dikisahkan, sidi jinnar atau siti jenar berguru kepada sunan bonang, juga pernah berguru lagi kepada sunan ampel dan sunan giri, dan akhirnya diterima sebagai anggota walisanga. Syeh siti jenar membuka perguruan, murid-muridnya banyak. Tetapi lama kelamaan dia menyeleweng dari ajaran islam demikianlah pula murid-muridnya. Syeh siti jenar yang tadinya setiap jum’at selalu shalat berjama’ah dengan para wali di masjid demak sekarangtidak mau menjalankannya lagi. Bahkan tidak mau melakuakan shalat sama sekali dan mengaku dirinya itu tuhan Allah.
Sikap dan ajaran syeh siti jenar ini dapat membahanyakan aqidah ummat islam yang waktu itu baru saja dibina oleh para walisanga. Para wali kemudian menadakan sidang syeh siti jenar dipanggil menghadap ke masjid demak. Pada waktu itu,yang menjadi mufti atau pemimpin agama dan pemimpin para wali adalah sunan giri karena sunan ampel selaku sesepuh para wali sudah meninggal dunia. Sunan giri mengutus dua orang muridnya yang bernama santri kodrat dan santri malang sumirang. Keduanya bukan santri sembarangan, melainkan orang-orang berilmu tinggi. Dengan menerahkan ilmunya kedua murid sunan giri itu sudah sampai dihadapan goa syeh siti jenar.
Keduanya memberi salam dan menyampaikan pesan para wali, “prabu satmata, mufti tanah jawa menyuruh syeh siti jenar menghadap ke masjid demak. Terdengar jawabannya dari dalam goa, “siti jenar tidak ada yang ada hanya Allah. Utusan kembalilah kepada para wali.”
Utusan kembali ke demak menyampaikan pesan syeh siti jenar. Makin kuat dugaan paera wali bahwa siti jenar telah tersesat. sunan giri kemudian menyuruh kedua muridnya agar memanggil Allah di goa siti jenar. Utusan itu pun kembalih ke masjid demak, namun sunan giri tidak kekuranan akal mendengar pokal siti jenar tersebut. Utusan pun pergi ke goa siti jenar lagi.
“Siti jenar dan Allah dimohon sudi datang ke demak, menghadap persidangan para wali. “Kata utusan itu. Dengan pangilan itu ternyata siti jenar datang menghadap ke demak. Di masjid demak terjadilah perdebatan seru siti jenar berkukuh pada pendiriannya. Bahkan mengajak para wali untuk mengikuti jejaknya. “Gusti akan kawula itu sama. Allah adalah aku sendiri. Tidak ada gunanya menjalankan syariat yang ada hakekat, “demikian kata siti jenar.
“itukah sebabnya tuan siti jenar tidak mau menjalankan shalat dan puasa ?” Tanya sunan kalijaga. “Apa gunanya shalat? “tentangg siti jenar. “Allah dan siti jenar sudah bersatu, kalau siti jenar menyembah Allah berarti Allah menyembah Allah.” “itu ajaran sesat, jangan hanya mementingkan hakekat. Penuhilah syariatnya supaya masjid tidak kosong dari para jamaah.” Kata sunan giri “itu namanya hanya berbuat kesia-siaan, kalau hidup ini hanya dipergunakan untuk shalat berarti waktu habis dipergunakan untuk bersopan santun. Itu ilmunya orang bodoh dan kafir. Kalau orang itu betul-betul pasrah pada hakekatnya adalah persatuan kawula gusti. Mau menjadi Allah bisa sekehendaknya. Buat apa Allah mengerjakan shalat ?” demikian kata siti jenar. Sunan kalijaga berkata, ”Ajaran siti jenar itu tersesat. persis syeh al Halaj. Yang berpaham wihdatul wujud, mengaku dirinya tuhan Allah. Bila ajaran ini dibiarkan berlarut-larut akan membahanyakan keyakinan ummat. Rakyat atau ummat islam di jawa ini bisa terpecah-belah
Kanjeng Nabi Muhammad yang terkenal akan kesuciannya saja tetap tekun mengerjakan shalat. Padahal beliau itu Rasullullah, kekasih Allah. Pembawa islam yang sekarang kita anut bersama, kini siti jenar mentang-mentang mengaku dirinya Allah dan tidak mau shalat.
Di Baghdad, Al Halaj yang berpaham seperti siti jenar dihukum mati. Sekarang terserah kanjeng sunan giri untuk memutuskan hukuman apa yang pantas bagi siti jenar.” Akhirnya sidang para wali yang dipimpin sunan giri itu memutuskan hukuman mati bagi siti jenar. Tapi para wali cukup bijak siti jenar diberi tenggang waktu setahun, barang kali dalam waktu setahun itu dia mentadari kesalahannya. Selama setahun itu siti jenar diawasi, terutama oleh sunan kalijaga. Namun siti jenar tetap bersikeras pada pendiriannya, maka setelah lewat setahun dilaksanakanlah hukuman mati itu oleh sunan kudus. Setelah siti jenar mati apakah ajarannya ikut musnah terkubur bersamanya ? ternyata tidak, siti jenar terlanjur mempunyai murid yang tidak sedikit. Diantara murid-murid siti jenar adalah ki ageng pengging. Ki ageng tingkir, paneran panggung, ki lontang asmara dan lain-lain. Al-kisah setelah siti jenar dihukum mati, ki lontang asmara mendengarnya, kemudian dia pergi ke masjid demak menemui para wali.
Berkata ki lontang, “saya dengar tuan-tuan telah membunuh guru saya syeh siti jenar. Apakah itu benar ?” “Benar karena dia mengajarkan ajaran sesat, “jawab sunan kudus.
Dia mengaku sebagai Allah, tidak mau shalat !” Saya ini juga Allah, saya Allah yang mengembala kambing, “kata ki lontang. “Jadi kau mau menyusul gurumu ?” Tanya sunan kudus.
“Ya, lebih baik saya mati menyusul guru saya Sunan kudus menghunus pedang lalu ditebasnya leher orang itu.
Memang ajaran siti jenar sulit dibasmi. Lebih-lebih ketika jaka tingkir menjadi menantu sultan trenggana. Jaka tingkir adalah anak ki ageng pengging. Di berfaham seperti ayahnya yaitu manungaling kawula gusti. Setelah dia menjadi raja bergelar sultan hadiwijaya yang berkuasa di pajang, maka ajaran manunggaling kawula gusti dijadikan agama resmi kerajaan. Artinya kalau dahulu paham tersebut mendapat tantangan keras di demak maka setelah kerajaan dipindahkan ke pajang ajaran tersebut disahkan oleh jaka tingkir. Para penganutnyatida usah sembunyi-sembunyi. Mereka tidak usah merasa takut jika bermaksud meninggalkan shalat. Dari pajang ajaran siti jenar itu merambat ke mataram.dijaman mataram inilah ada seorang raja yang suka bertapa, yaitu panembahan senopati. Konon pula, panembahan senopati ini sering berhubungan dengan nyai Roro kidul. Lebih-lebih dijaman Sultan Agung, ajaran siti jenar makin berkembang pesat. Bahkan sultan agung sendiri mengarang buku bernama sastra gending yang berisi ajaran Manungaling kawula gusti. Pengganti Sultan Agung adalah Susuhan Amangkurat l. Mangkurat artinya ialah yang mangku dunia, jadi kepada raja orang harus takut seperti takutnya kepada tuhan. Sebagaimana disebutkan dalam catatan sejarah, kehidupan Sunan Amangkurat l ini penuh huru hara, bahkan rela menjual negaranya kepada Belanda demi kehidupan mewahdikeratonnya. Padahal Sultan Agung ayahnya sendiri sangat anti kepada Belanda.
Karena merasa dirinya itu tuhan, maka Sunan Mangkurat l ini sudah biasa berbuat sesuka hatinya. Baru satu tahun dia menjadi raja, sudahb banyak korban berjatuhan. Pangeran Alit yaitu adiknya sendiri, Bupati Cakraningrat l dari Madura, dan 43 orang selirnya dibunuh tanpa penyelidikan kesalahan atas mereka secara tuntas. 43 selir yang dibunuh itu gara-aranya adalah kematian selirnya yang tercantik yaitu Ratu Malang. Konon Ratu Malang di racun 43 selir yang dibunuhnya itu. Keluarga yang lain yaitu keluarga Pangeran Pekik dibunuh seara kejam, beserta seluruh keluarganya tentu saja tindakan kejam ini menimbulkan reaksi keras dari seluruh rakyat. Dalam suasana keruh ini ada fihak yang memancing. Mereka adalah kaki tanan raja yan benci pada dinasti Demak dan Giri kedaton. Mereka menghasut bahwa yang menyebabkan rakyat tidak puas adalah para ulama’ iri kedaton. Rajapun murka, lebih lebih ulama’ Giri memang tidak mau menghormat raja seperti menymbah kaki raja dan lain-lain scara berlebihan, maka Sunan Amankurat memerintahkan para senopatinya untuk mengumpulkan ulama ahli sunni yang tidak sefaham dengan dia. Terutama para ulama yan penah belajar di iri Kedaton.
Sebanyak 6000 ulama ahli sunni dikumpulkan di alun-alun kerajaan lalu dibantai dengan kejam di hadapan Sunan Amangkurat l. Ini benar-benar tindakan di luar batas prikemanusiaan. Atau memang dendam Siti jenar sbagaimana di sebutkan di dalam Badad tanah jawi ? Pertantangan antara faham manunalin kaula gusti memang terus berlangsung. Para pendukung siti jenar tetap berusaha mendiskreditkan para wali, bahkan hinga di jaman modern ini. Pernah ada grup ketoprak merekan dan menyebarkan kaset bejudul Siti jenar. Dialog-dialognya jelas anti pati epada para wali. Untun kejaksaan Negeri Rl cukup jeli dan melarang peredaran kaset yang bikin heboh itu. Demikian tulisan mengenai sejarah dan kisah walisanga ini, penulis sadar, disana sini masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan. Kritik dan saran sungguh akan kami hargai, Semoga kita dapat memetik hikmah tulisan ini mengenai wali-wali Allah, Amin

Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
 




 
 
WALISONGO IXSUNAN GUNUNG JATI

Orang telah sepakat bahwa penyebar agama islam di jawa barat terutama daerah cirebon adalah sunan gunung jati. Sunan gunung jati itu nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Antara sunan gunung jati dengan fatahillah atau falatehan seringkali. Terjadi kekacauan. Orang menyangka sunan gunung jati adalah fatatehan atau fatahillah. Sebenarnya sunan gunung jati dan fatahillah adalah dua orang yang berbeda yang satu telah lama bermukim di cirebon satunya lagi adalah pejuang demak yang berasal dari negeri pasai atau malaka.
Setelah malaka jatuh ke tangan portugis. Fatahillah pindah ke demak dan raden trenggono dikawinkan denan adiknya. Lalu fatahilla di tugaskan ke jawa barat. Bersama para pengikuti sunan gunung jati, fatahillah menyerang banten dan sunda kelapa yang dikuasai pajajaran. Kedua tempat itu diserang karena pajajaran telah memperbolehkan portugis membuat benteng di sunda kelapa. Pada tahun 1527 fansisco de sa berhasil diusir dari sunda kelapa, pimpinan portugis itu itu terpaksa kembali ke malaka. Menurut kitab purwaka caruban nagari (ditulis dalam huruf jawa berbahasa kawi cirebon). Pangeran cakrabuana dan adiknya yaitu ratu mas Rarasantang yang sudah masuk islam melaksanakan rukun islam yang ke lima yaitu naik haji ke tanah suci. Putra putri prabu siliwangi ini pada suatu hari di datangi utusan dari sultan Abdullah, mesir. Tujuannya sang sultan ingin melamar ratu mas Rarasantang untuk di jadikan istri.
Konon sultan yang sudah duda itu mendapat petunjuk dan kebetulan jodohnya itu mirip dengan wajah mendiang istrinya. Rarasantang menerima lamaran itu. Pangeran cakrabuana bertindak sebagai wali. Pernikahan dilaksanakan di mesir dengan cara syafil (mahdzab imam syafii). Pangeran cakrabuana sempat tinggal di mesir selama enam bulan sesudah itu dia pulang ke tanah jawa. Rarasantang hidup berbahagia bersama suaminya di negeri mesir. Nama Rarasantang sekarang adalah syarifah mudaim. Ketika syarifah mudaim mengandun tujuh bulan dia diajak suaminya berziarah ke mekkah dan madinah. Di mekkah, syarifah mudaim melahirkan anak pertamanya yaitu anak laki-laki yang kemudian dinamakan syarif hidayatullah.
Dalam usia masih muda (masih kecil) syarif hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia hanya diasuh oleh ibunya. Dalam usia muda itu dia sudah menunjukan minat yang besar untuk menunjukan mempelajari agama islam. Syarif hidayatullah tekun mempelajari berbagai kitab agama islam. Mulai dari syariat sampai hakikat atau tarekat. Pada usia 20 tahun berguru kepada beberapa syeh di daratan timur tengah. Setelah selesai menuntut ilmu, pada tahun 1470 dia berangkat ke tanah jawa untuk mengamalkan ilmunya.
Istrinya yang pertama adalah nyai babadan. Wanita itu dinikahi pada tahun 1471. dia adalah putrid ki gedeng babadan. Perkawinan dengan nyai babadan ini tidak dikaruniai seorang putra pun. Pada tahun 1475 syarif hidayatullah kawin lagi dengan nyai kawungten, adik bupati banten. Banten pada waktu itu masih berada di bawah kekuasaan pakuan pajajaran. Baru saja usia perkawinan syarif hidayatullah dengan nyai kawunten berusia dua tahun. Istri pertamanya yaitu babadan meninggal dunia. Dari perkawinannya denan nyai kawunten, syarif hidayatullah mendapatkan dua orang keturunan. Yaitu ratu winohan dan pangeran sebakingking. Pangeran sebakingking inilah yang kelak menjadi bupati banten dengan gelar pangeran Hasanudin.
Sebelum syarif hidayatullah datang ke jawa. Ada seorang ulama besar bernama syeh datuk kahfi. Tokoh ini adalah perintis pengembang islam di jawa barat khususnya di daerah yang sekarang bernama cirebon. Syeh datuk kahfi datang bersama 22 muridnya pada tahun 1464. salah seorang muridnya tak lain adalah kakaknya ibu syarif hidayatullah yang bernama pangeran cakrabuana.
Pangeran cakrabuana ini semula bernama paneran walang sungsan, putra prabu siliwangi yang melarikan diri dari pajajaran untuk beruru kepada syeh datuk kahfi. Murid syeh datuk kahfi yang bernama syarifah Baghdad yaitu adik dari syeh Abdurrahman, dinikahi syarif hidayatullah. Dari perkawinan itu lahirlah dua oran anak, yaitu pangeran jayakelana dan pangeran bratakelana. Di antara sekian istrinya, syarif hidayatullah yang kemudian lebih dikenal sebagai sunan gunung jati itu pernah menikah dengan putrid cantik dari daratan cina, yaitu ong tien.
Pada sekitar tahun 1479 sunan gunung jati pergi ke negeri cina dia tinggal di daerah nan king bergelar maulana isnanul kamil. Di sana beliau membuka pengobatan sembari berda’wah agama islam. Pada suatu ketika sunan gunung jati berkunjung ke hadapan kaisar hong gie, pengganti kaisar yung lo dari disnati ming. Dalam kunjungan itu sunan gunung jati berkenalan dengan kaisar yang bernama ong tien. Menurut versi lain, sebenarnya kedatangan sunan gunung jati di negeri cina adalah karena tidak sengaja pada suatu malam beliau hendak melaksanakan shalat tahajjud. Beliau hendak shalat di rumah tapi tidak dapat khusu’. lalu beliau shalat di masjid, juga masih belum khusu’. Beliau heran padahal bagi para wali, shalat tahajjud itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan denan sebaik-baiknya.
Kemudian sunan gunung jati shalat di atas perahu yang ditambahkan di tepi pantai cirebon. Di sana beliau dapat shalat dengan khusu’. Bahkan bisa tidur dengan nyenyak sesuai shalat dan berdo’a. Ketika beliau terbangun beliau merasa heran. Daratan Pulau Jawa tidak nampak lagi. Beliau telah pindah ke Negeri Cina tanpa sepengetahuannya. Besar kemungkinan perahunya terbawa arus ombak. Siapa yang menggerakkan perahu tersebut ? Siapa lagi kalau bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Di Negeri Cina beliau membuka praktek pengobatan. Penduduk Cina yang beobat disuruhnya melaksanakan shalat. Setelah mengerjakan shalat mereka sembuh. Makin hari nama Sunan Gunung Jati makin terkenal. Dia dianggap sebaai sinse atau tabib sakti yang berkepandaian tinggi. Kabar itu terdengar oleh Kaisar. Sunan Gunung Jati dipanggil ke istana. Kaisar Cina sengaja hendak menguji kesaktian Sunan Gunung Jati. Dua orang putrid Kaisar disuruh maju. Seorang diantara mereka sudah punya suami dan sedang hamil dua bulan sehingga perutnya tidak kentara apabila sedang hamil. Sedang yang masih perawan perutnya sengaja diganjal bokor sehingga tampak mengandung. Sunan Gunung Jati di suruh menebak, manakah diantara putri Kaisar yang sedang hamil. Sunan Gunung Jati tahu kalau sedang diuji, maka dia berdo’a agar putri yang masih perawan benar-benar hamil. Tentu saja seisi istana jadi gempar. Kaisar menjadi murka. Sunan Gunung Jati diusir, harus seera meninggalkan Tanah atau daratan Cina. Sunan Gunung Jati menurut. Tapi putri Ong Tien ternyata jatuh cinta pada Sunan Gunung Jati putri Ong Tien minta diantarkan ke Tanah Jawa untuk menyusul Sunan Gunung Jati. Kaisar Hong Gie akhirnya mengijinkan putrinya menyusul Sunan Gunung Jati. Putri Ong Tien dibekali barang-barang berharga seperti bokor, guci dan emas permata. Di kawal tiga orang pembesar, yaitu Pai Li Bang seorang Menteri Negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai LI Bang adalah Murid Sunan Gunung Jati. Pelayaran mereka singgah di Kadipaten Sriwijaya. Begitu mereka datang penduduk menyambutnya dengan meriah. Merekapun merasa heran.
Pai Li Bang bertanya kepada tetua penduduk Sriwijaya, “Ada apa ini?”
“Saya sendiri, “jawab menteri itu. Kontan Pai Li Bang digotong penduduk di atas tandu. Dielu-elukan sebagai pemimpin besar. Pai Li Bang dibawa ke istana Kadipaten Sriwijaya.
Setelah duduk bertanyalah Pai Li Bang : “Sebenarnya apa yang telah terjadi ?” Tetua itu menerangkan : “Bahwa Adipati Arya Damar selaku pemegang kekuasaan Kadipaten Sriwijaya telah meninggal dunia. Penduduk merasa bingung mencari penggantinya, Karena putra Adipati Arya Damar sudah menetap di Pulau Jawa yaitu Raden Patah dan Raden Timbal. Dalam kebingungan itu muncullah Sunan Gungung Jati. Beliau berpesan bahwa sebentar lagi akan datang rombongan muridnya dari neeri Cina, namanya Pai Li Bang. Muridnya itulah yang pantas menjadi pengganti Arya Damar. Sebab Muridnya itu adalah seorang menteri di negeri Cina.
Setelah berpesan demikian Sunan Gunung Jati meneruskan pelayarannya ke Tanah Jawa. Pai Li Bang memang muridnya. Dia semakin kagum, gurunya itu tahu sebellum kejadian, tahu kalau dia bakal menyusul ke Nusantara. Maka Pai Li Bang tidak menolak keinginan Gurunya. Dia bersedia menjadi Adipati di Sriwijaya. Sesudah Pai Li Bang meninggal Kadipaten Sriwijaya dinamakan sesuai dengan namanya yaitu Kadipaten Pai Li Bang. Karena lidah orang Sriwijaya maka nama itu akhirnya berubah menjadi Palembang. Dalam waktu itu, Putri Ong Tien meneruskan pelayarannya ke Pulau Jawa. Sampai di Cirebon dia mencari Sunan Gunung Jati. Tapi Sunan Gunung Jati sedang berada di Luragung. Putri itupun menyusulnya. Pernikahan antara Sunan Gunung Jati dengan putrid On Tien terjadi pada tahun 1481. Tapi saying pernikahan itu tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1485 putri Ong Tien meninggal dunia. Maka dari itu, bila anda pergi ke Cirebon jangan heran bila melihat guci dan ornamen bersala dari Tiongkok, memang asalnya dari sana.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

SUNAN MURIA

WALISONGO VIII
S U N A N M U R I A
Menurut salah satu sumber , Sunan Muria itu namanya aslinya adalah Raden Umar Syaid. Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Sunan Muria dikenal sebagai seorang anggota Walisongo yang mempertahankan kesenian atau gamelan sebagai media da’wah paling ampuh untuk merangkul rakyat Jawa. Beliaulah pencipta Gending Sinom dan Kinanti. Sebagaimana ayahnya, Sunan Muria dalam Berda’wah menggunakan cara halus dan bijaksana. Ibarat mengambil ikan tidak sampai membuat airnya keruh. Daerah da’wahnya di sekitar Gunung Muria , pantai utara, daerah Jepara, Tayu, Pati, Juana dan Kudus.

1. SIKAP SUNAN MURIA TERHADAP ADAT DAN KESENIAN JAWA

A. Terhadap Adat Jawa

Hingga jaman sekarang masih banyak orang Jawa walaupun sudah masuk Islam yang menjalankan adat lama. Misalnya bila salah seorang anggota keluarga ada yang meninggal dunia, maka mereka akan mengadakan selamatan dan menyediakan sesajen untuk si mati. Di daerah Malang selatan hingga sekarang masih banyak orang yang melakukannya, demikian pula di daerah-daerah Jepara, Kudus, dan lain-lain. Selamatan tersebut sering disebut dengan istilah Kenduri atau Kenduren. Ada upacara selamatan yang dilaksanakan menjelang jenazah si mati diberangkatkan ke kuburan. Ada yang dilaksanakan seudah menguburkan mayat. Jaman dahulu ( Hindu-Biddha, Animisme dan Dinamisme ) kalau saja ada orang mati pihak keluarga di rumah akan menyediakan sesajen di kuburan. Ada istilah selamatan Ngesur Tanah (Kenduren setelah mengubur mayat). Ada istilah Nelung Dinani (Kenduren setelah tiga hari mengubur mayat). Ada istilah Pitung Dinani(Kenduren setelah tiga hari mengubur mayat). Ada istilah Matang Puluh, Nyatus Dino, Mendhak Pisan, Mendhak Pindo, dan istilah NYewu atu seribu harinya si mayat.
Adat istiadat tersebut sangat sukar dihilangkan begitu saja. Maka Sunan Muria memberinya warna Islam. Dengan demikian tidak terjadi kontradiksi di dalam masyarakat. Warna Islam yang dimaksud adalah upacara yang sekarang disebut Tahlil, yaitu niatnya bersedah untuk si mati dengan cara membacakan kalimat Tayyibah, serta ayat-ayat AlQur’an. Ini dimaksudkan untuk mengganti do’a mantra yang biasa diucapkan para pendeta. Sedang pahalanya diberikan kepada orang yang mati. Kalau acara selamatan itu lansung dihilangkan atau diberantas rakyat pasti akan marah karena masih belum mengerti dengan dalam syariat dan aqidah islam yang sesungguhnya. Maka selamatan boleh tetap diadakan namun upacara membakar kemenyan dan membuat sesajen dihilangkan. Diganti dengan bacaan dzikir dan ayat-ayat Al-Qur’an serta shalawat Nabi. Demikian pula adat selamatan bila si ibu mengandung maupun melahirkan bayi. Hal itu diberi warna Islam. Biasanya dengan cara membaca shalawat Nabi.

B.Terhadap Kesenian.

Terhadap kesenia Jawa, Sunan Kalijaga tidak merasa antipati demikian pula Sunan Muria. Beliau bahkan orang yang paling keras mempertahankan kesenian Jawa agar tetap berlangsung dan bahkan bisa diunakan sebagai media da’wah. Memang tidak semua kesenian Jawa bisa dikompromi atau diberi waran Islam. Tapi setidaknya ada tiga macam kesenian yang masih bisa dipertahankan untuk menyiarkan Islam itu sendiri. Kesenian yang dimaksud adalah Tembang, Gending dan Wayang Kulit. Di bidang kesenian Wayang kulit, para wali telah menciptakan lakon carangan atau karangan sendiri yang tidak bersumber kepada buku Mahabrata. Lakon-lakon itu adalah : Dewa Ruci, Jimat Kalisada, Petruk Dadi Raja, Pandu Pragola, semar Ambarang Jantur, Mustaka Weni, Sekutrem Yasa Pustaka, Begawan Ciptaning, Obong Bale Sigala-gala, Wahyu Widayat, Kresna Gugah dan sebagainya. Contoh lainnya adalah tindakan Sunan Kudus sewaktu hendak merangkul masyarakat Hindu. Beliau sengaja membangun Menara yang mirip Kuil Hindu, lalu disamping menara itu ditambahkan lembu. Menurut kepercayaan Hindu, Lembu adalah binatang suci yang dikeramatkan. Bagi Sunan Kudus hal itu hanya taktik atu strategi saja. Lembu ya tetap lembu. Dengan cara itu banyak orang Hindumenyangka Sunan Kudus itu menghormati Tuhannya orang Hindu. Mereka seringkali melihat Menara yang indah, juga sering mendengarkan Sunan Kudus menembangkan lagu Mijil, bila mereka sudah berkumpul Sunan Kudus memberikan selingan ceramah agama.

2. Dongeng Sunan Muria Dan Maling Kapa

Ki Ageng Ngerang adalah seorang tokoh masyarakat yang sangat dihormati. Ilmunya tinggi, kesaktiannya luar biasa. Anak turunya menjadi Pahlawan yaitu Nyai Ageng Ngerang. Murid-murid Ki Ageng Ngerang banyak sekali, diantaranya termasuk Sunan Kudus, Sunan Muria, Adipati Pathak warak, Kapa dan adiknya Gentiri Pada suatu hari Ki Ageng Ngerang merayakan keselamatan anaknya yang bernama Dewi Roroyono yang genap usia dua puluh tahun. Malam itu rumah ki ageng ngerang penuh dengan tamu baik tetangga. Sunan muria adalah ahli ilmu agama yang ulung. Tak diragukan dari dalamnya pengetahaun agama beliau. Disamping beliau adalah seorang yang ahli ilmu kanuragan atau kesaktian. Sehingga banyak murid-murid dari jauh datang berguru kepada beliau. Salah seoarang muridnya yang terkenal cerdas adalah raden bagus rinangku putra salah seorang pangeran dari semarang.
Raden bagus rinangku disamping cerdas juga mempunyai wajah yang tampan sehingga putrid sunan muria yang yang bernama raden ayu nawangsih terpikat dan tergila-gila. Kedua muda-mudi itu itu saling berjanji akan mengarungi hidup bahagia bersama-sama. Apa saja yang terjadi keduanya tidak peduli,mereka akan tetap bersatu. Tekad kedua insan yang mabuk asmara itu diketahui sunan muria. Tentu saja sunan muria menjadi ramah, karena raden ayu nawangsih akan dijodohkan dengan muridnya yang bernama kyai cebolek. Dari sini terlihat kejanggalan. Sunan muria itu hidup di abad 15 masehi sedang kyai cobelek atau haji ahmad mutamakin itu hidup dijaman paku buwono (1727-1749 atau sekitar pertenahan abad delapan belas). Karena sudah jatuh hati kepada raden bagus rinangku maka raden ayu nawangsih tidak mau dijodohkan dengan kyai cobelek. Sunan muria tidak kekurangan akal. Untuk memisahkan kedua sejoli itu raden raden bagus rinangku di beri tuas yang berat-berat.
Diantaranya membasmi kawanan perampok yang sering mengganggu kawasan gunung muria. Kawanan perampok itu sering mengganggu penduduk bahkan banyak penduduk yang dibunuh secara sadis. Kalau raden bagus rinangku tidak hati-hati bisa saja dia mati dikeroyok oleh para perampok itu. Tapi pemuda itu dapat mengalahkan para perampok bahkan membuat insyaf kawanan rampok yang bernama Mashudi, orang tersebut bahkan menjadi alim. Dengan demikian sunan muria gagal menjatuhkan kedua sejoli yang di mabuk asmara. Untuk memisahkan lagi, bagus rinagku ditugaskan untuk menjaga burung (tungguk manuk).di sawah yang terletak di daerah masin. Pemuda itu melaksanakan tugasnya dengan senang hati.
Pada suatu hari sunan muria mengecek ke daerah masin. Apa benar raden bagus rinangku melaksanakan tugasnya dengan baik. Ternyata pemuda itu melalaikan tugasnya. Burung-burung dibiarkan makan padidi sawah yang menguning. Bukan hanya itu saja, raden bagus rinangku malah bermain asmara dengan raden ayu nawangsih di tengah sawah. Tentu saja sunan muria jadi marah. “Murid kurang ajar disuruh tungguk manuk malah bermain gila di tengah sawah !” hardik sunan muria. Apakah saya salah kanjeng sunan. Bukankah kanjeng sunan memerintah saya untuk menunggui burung ? bukan untuk menunggui sawah?” kilah pemuda itu dengan nakalnya. Sunan muria makin marah, dia yakin kalau muridnya sudah tahu maksudnya dan sengaja mempermainkan kata alias sengaja berdalih untuk mendebatnya.
Melihat kemarahan gurunya pemuda itu merasa takut. Lalu mohon maaf dan berjanji akan mengembalikan padi yang sudah habis dimakan burung. Sesaat dia berdo’ah dan ajaib padi yang telah habis dimakan burung kembali seperti semula. Sunan muria bukannya malah senang melihat kesaktian muridnya itu. Bagus rinangku justru dianggap telah sengaja pamer kesaktian dan sengaja menantangnya. “Bocah kurang ajar !” geram sunan muria dengan hati kesal. Kemudian beliau menarik panahnya. Diarahkan kepada bagus rinangku dengan tujuan hanya untuk menakuti nakuti saja. Tapi diluar dugaan panah itu terlepas tepat mengenahi dada bagus rinangku tembus ke punggungnya. Tewaslah anak muda yang kurang ajar itu. Melihat kekasuhnya mati raden ayu nawangsih ikut bela pati. Dia menubruk punggung kekasihnya dan anak panah yang mencuat itupun menembus perut raden ayu nawangsih. Saat itu pula matilah raden ayu nawangsih dihadapan ayahnya sendiri. Orang orang yang mengetahui kematian dua sejoli itu merasa kasihan. Hingga upacara penguburan jenazah selesai mereka masih berdiri di atas kuburan dengn isak tangis. Sunan muria kesal melihat kelakuan penduduk masin tersebut lalu berkatalah beliau, “kalian semua berdiri terpaku bagaikan pohon jati saja !”
Seketika orang-orang itu berubah menjadi pohon jati itu masih ada dan di keramatkan penduduk setempat. Demikianlah kisah yang menghina sunan muria itu. Jelas kisah atau dongeng itu hanya ciptaan kaum pembohong yang sengaja mendikreditan sunan muria selaku salah satu walisongo.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

SUNAN KUDUS

WALISONGO VII
S U N A N K U D U S

Ada berbagai versi asal usul Sunan Kudus. Ada yang mengatakan Sunan Kudus itu adalah asli Jawa. Ada yang mengatakan berasal dari Palestina. Besar kemungkinan Sunan Kudus itu memang terdiri dari bebarapa orang, sebagimana Sunan Giri dari anak turunnya yang disebut Sunan Giri pula. Setiap ulama’ besar yang tinggal dan berda’wah di kota Kudus kemudian disebut Sunan Kudus, adapun orangnya, setelah meninggal di ganti dengan orang lain yang bergelar Sunan Kudus pula. Itulah sebabnya banyak versi tentang asal-asul Sunan Kudus. Sebenarnya, hikmah dari membaca sejarah para Wali adalah bagaimana ali tersebut menyiarkan agama Islam, sebagimana sifat-sifat para wali tersebut. Bukan hanya memperdebatkan asal-asul para wali tersebut.

1. LEGENDA SUNAN KUDUS DI NEGERI ARAB

Di kalangan mayarakat ada sebuah legenda atau dongeng bahwa pada jaman dahulu Sunan Kudus pernah pergi haji dan bermukim di sana untuk memperdalam agama Islam. Pada suatu ketika Sunan Kudus menderita penyakit kudis sehingga dihina oleh kawan-kawannya. Disebabkan kesaktiannya maka timbullah malapetaka di negeri Arab, yaitu berjangkitnya wabah penyakit. Segala daya telah diusahakan oleh Raja Arab untuk mengusir wabah penyakit itu tapi tidak berhasil. Akhirnya Raja mengirim utusan untuk menemui Sunan Kudus. Sunan Kudus diminta untuk memberikan jasa-jasanya. Berkat kesaktian Sunan Kudus bahaya wabah penyakit itupun menjadi reda. Karena jasa-jasanya maka Amir atau Raja di negeri Arab berkenan memberikan hadiah uang dan emas permata. Tapi Sunan Kudus menolak segala macam hadiah. Beliau hanya minta sebuah batu sebagai kenang-kenangan yang dipakai sebagai peringatan pendirian Masjid di Kudus. Sunan Kudus membawa batu itu pulang ke Tanah jawa.

2. MASJID NGANGUK WALI

SebelumRaden Ja’far Sodiq menetap di Kudus, ada seorang sakti yang dianggap tetuadi daerah Kudus. Namanay Ki Ageng Telingsing. Setelah usianya lanjut KiAgeng Telingsing bermaksud mencari pengganti. Beliau keluar rumah dan celingukan ke utara dan selatan. Dalam bahasa Jawa disebut Nganguk atau inguk-inguk. Tiba-tiba muncullah Raden Ja’far Sodiq dari arah selatan. Sunan Kudus atau Ja’far Sodiq diambil murid oleh Ki Ageng Telingsing sehingga ilmunya bertambah tinggi. Dalam waktu singkat beliau kemudian membangun Masjid yang kemudian disebut Masjid Nganguk Wali. Konon Masjid tersebut disebut juga Masjid Tiban, artinya ada dengan sendirinya dalam sekejab mata tanpa dibangun manusia. Sesudah Ki Ageng Telingsing meninggal dunia Sunan Kudus diangkat sebagai penggantinya yaitu penguasa daerah Kudus dan kemudian beliau bergelar Sunan Kudus.

3. LEGENDA MENARA KUDUS

Setelah Menjadi Penguasa Kota Kudus raden ja’far sodik membangun masjid lagi. Kebetulan pada saat itu majapahit jatuh ketangan orang demak. Sunan kudus adalah salah seorang senopati demak bintaro. Beliau tertarik pada pintu gerbang majapahit yang di anggapnya artistic dalam pikirannya terbanyangkan apabila pintu gerbang itu di pindah ke masjid yang baru di bangunnya tentu orang-orang hindu dan budha tidak merasa takut masuk masjid, karena bangunan itu sudah akrab dengan mereka. Sunan kudus kemudian berdo’a agar pintu gerbang itu menjadi kecil. Do’anya dikabulkan lalu pintu gerbang yang kecil itu dimasukan kedalam sorbannya. Sampai dikudus pintu gerbang itu diminta kepada Allah agar dibesarkan seperti semula. Do’anya dikabulkan lagi. Pintu gerbang itulah yang sekarang dinamakan menara kudus. Ini hanya legenda benarr tidaknya hanya Allah yang maha tahu.

4. DONGENG SUNAN KUDUS DAN KI AGENG KEDU

sunan kudus sebagai anggota Walisonga sangat terkenal namanya. Pada suatu hari ada seorang bernama ki ageng kedu merasa iri atas kebesaran nama sunan kudus. Ki Ageng kedu kemudian bermaksud menantang adu kesaktian dengan sunan kudus. Dia berangkat ke kudus dengan mengendarai tampah dan terbang bersama angin. Sampai di kudus ki ageng kedu tidak berlangsung ke tempat kediaman sunan kudus melainkan memamerkan kesaktiannya dengan terbang diatas rumah-rumah penduduk. Sunan kudus tersinggung melihat kepongahan Ki Ageng kedu itu. Beliau keluar rumah. Pada saat beliau mengetahui Ki Ageng kedu terbang diatas rumah maka ditudingnya ki ageng kedu sembari berkata “turun kau!” Ki Ageng kedu yang sedang melayang-layang di atas tampah merasa terkejud. Dia merasa di betot kekuatan raksasa dari bawah. Dicobanya melawan kekuatan itu dengan mengerahkan seenap kesaktian tapi tampah yang ditumpanginya tetap saja meluncur ke bawah. Byurrrrrr………!” ki ageng kedu mengumpat-umpat karena jatuh di tanah comberan alias becek. Dalam bahasa jawa disebut ngecember. Tempat ki ageng kedu jatuh dari tampahnya itu sehingga sekarang dinamakan jember diambila dari kata ngecember.

5. PEMBERONTAKAN KI AGENG PENGGING

Sebagai seorang senopati kerajaan demak, sunan kudus pernah mendapat tugas dari sultan demak bintaro untuk menumpas pemberonta bernama ki ageng pengging.
Sesungguhnya ki ageng pengging masih terhitung keluarga majapahit,masih terhitung saudara denan raden patah. Tapi ki ageng pengging berguru kepada syeh siti jenar yang tersesat sehingga dia juga dianggap orang yang membahanyakan rakyat. Ki Ageng pengging adalah cucuy Adipati Handayaningrat. Adipati handayaningrat ini adalah menantu raja brawijaya kertabumi. Namun sejak berguru kepada syeh siti jenar ki ageng pengging tidak lagi mengurus kadipatennya. Lebih-lebih setelah tanah jawa dikuasai oleh Raden patah murid sunan ampel yang kontra dengan gurunya yaitu syeh siti jenar maka ki ageng pengging semakin matas mengurus tugasnya selaku seorang adipati. Di awal tampuk kekuasaan raden patah ki ageng pengging sebenarnya sudah diperingatkan oleh patih wanasalam yaitu patih demak bintaro nggak menyengat. “Mengapa kau tidak segera menghadap ketika sultan demak mengutus orang untuk memanggilmu ?” Tanya patih Wanasalam. “Mengapa baru sekarang sri sultan teringat saudaranya yang ada di desa ?” gumam ki ageng pengging “Kau harus memakluminya anakmas sri sultan sangat sibuk mengatur Negara. “sahut patih wanasalam “saya kira tidak ada gunanya memanggil santri desa seperti saya ini.” Kata ki ageng pengging. Tak usah berbelit anakmas sekarang tingal kau pilih kau berada diluar atau didalam. Di atas atau dibawah ?” Tanya patih Wanasalam Saya tidak bisa memilih luar dalam atas bawah adalah milik saya semua. “sahut ki ageng pengging “itu serakah namanya harusnya anak mas memilih salah satu seorang mukmin tidak baik bersifat serakah. Bersikaplah bijaksana jangan hanya menurutkan nafsu lawwamah.” Selagi hidup di dunia saya kira siapa pun sukar membeskan diri dari nafsu lawwamah. Justru nafsuh itulah yang mendorong orang untuk menyucikan diri.” Bantah ki ageng pengging. “ringkasnya kau tidak mau menghadap ke demak ?” tukas patih Wanasalam. “Sekarang ini saya tidak berminat ebtahlah nanti. Bila Allah menghendaki berapakah jauhnya antara pengging dan bintaro ?” Baiklah anakmas saya beri tenggang waktu tiga tahun untuk berfikir masak-masak. Lewat takaran waktu itu aku sudah lepas tangan tak dapat membelamu lagi. “kata patih Wanasalam. “Terima kasih atas kebaikan paman patih” Ki wanasalam lalu minta diri. Langsung menuju demak. Sri sultan sudah lama menunggu kedatangannya. Ki wanasalam kemudian menceritakan pertemuannya dengan ki ageng pengging dari awal hingga akhir. Tuanku benar. Ki pengging memang mempunyai maksud tersembunyi. Tapi tuanku harus berlapang dada dan mampu menerima segala sesuatu. Hamba telah memberi batas waktu tiga tahun lewat dari batas waktu tersebut saya serahkan kepada tuanku sendiri.” “Terima kasih ki patih, “jawab sultan demak” Tiga tahun berlalu dengan cepatnya selama itu pula ki ageng pengging masih belum menghadap ke demak raden patah menjadi sedih karenanya. Lebih-lebih setelah diketahui bahwa ki ageng pengging itu murid syeh siti jenar yang dihukum mati karena menyebarkan ajaran yang sesat raden patah benar-benar berduka karena harus mengambil keputusan yang tidak disukainya.
Raden patah kemudian menanggil sunan kudus. Sunan kudus selaku senopati demak bintaro diperintahkan untuk membereskan persoalan ki ageng pengging. Bagi sunan kudus masalah ini agak rumit. Walau dia berhak membawa sejumlah pasukan demak tapi pantaslah kiranya menghadapi seorang santri desa dengan kekuatan angkatan perang. Tetapi santri desa itu sebenarnya mempunyai angkatan perang tersembunyi disetiap dada bekas prajurit dan perwira pengging yang kini menjadi petani biasa. Karena yang dihadapinya adalah seorang santri maka sunan kudus pun pergi sebagai seorang santri. Beliau dikawal tujuh orang murid pilihannya.
Seharian sunan kudus dan murid-muridnya berjalan. Belum lagi sampai di tempat tujuan hari sudah tampak gelap. Sunan kudus tidak mau bermalam di desa maka menyuruh murid-muridnya mendirikan tenda di hutan.
Sunan kudus tidak tidur hingga tengah malam pada tengah malam itulah dia menyuruh muridnya membunyikan bende kyai sima yaitu benda pusaka peninggalan mertuanya yang berujud gong kecil. Bende dibunyikan tiga kali suaranya mengaum seperti singa. Auman singa itu terus bergaung hingga menjelang pagi.penduduk desa disekitar hutan itu ketakutan, semalaman mereka tidak tidur mereka kuatir singa akan masuk desa dan mengganggu mereka.
Keesokan harinya berbondong-bondong mereka masuk ke dalam hutan sembari membawa senjata tajam. Tapi mereka tidak mendapatkan singa yang dicari. Hanya bertemu dengan sunan kudus dan murid-muridnya yang sedang membongkar tenda. “Tidakkah tuan mendengar singa mengaum semalam ?” Tanya kepala desa. “Tidak “jawab sunan kudus “Andaikata singa di hutan ini tentu kami sudah lari ke desa tidak bermalam di hutan ini.”
Sungguh aneh, kami tidak tidur berjaga jaga semalaman karena mendengar suara singa dari arah sini. Kalau begitu namakan desa ini desa singa karena kau mendengar suara singa padahal tidak ada singa. “jawab sunan kudus.
Penduduk menurut sunan kudus meneruskan perjalanannya. Tidak berapa lama sampailah dia di desa pengging. Murid-murid sunan kudus disuruh menunggu di pinggir desa sedang sunan kudus masuk ke desa itu menuju rumah Ki Ageng Pengging. Sampai di halaman rumah ki ageng pengging sunan kudus bertemu dengan seorang pelayan. Siapakah tuan ?” Tanya si pelayan.
“Saya utusan tuhan,datang dari kudus hendak menemui ki ageng penggeng “kata sunan kudus dia sengaja menggunakan ucapan mantiq atau logika karena syeh siti jenar gurunya ki ageng pengging suka hal-hal yang nyleneh. Sudah berapa hari ki ageng mengurung dirinya di dalam kamarnya, kata si pelayan beliau tidak dapat menemui seorangpun.”
Sunan kudus menatap tajam pelayan itu kemudian berkata kau dengar tidak ucapanku ? katakana saja apa yang telah kukatakan padamu tadi. Tanpa bicara lagi pelayan itu masuk, memberitahukan kedatangan tamu aneh itu kepada ki ageng pengging sunan kudus dipersilahkan masuk menyampaikan pesan sultan demak. “Wahai Ki Ageng saya diutus sri sultan untuk menayakan mana yang kau pilih di luar atau di dalam ? diatas atau di bawah ?”
Sangat membingungkan kalau disuruh memilih luar dalam atas bawah semua adalah milikku “jawab Ki ageng. Saya sudah mengira ki ageng memang begitu “kata sunan kudus “saya pernah mendengar bahwa ki ageng bisa mati di dalam hidup dan hidup di dalam mati. Cobalah buktikan saya ingin mengetahui.” Ki ageng berkata “memang begitu engkau menyangka apa pun tentang aku maka aku akan menurut persangkaanmu. Kau anggap aku ini santri, memang aku santri kau anggap aku ini raja. Siapapun tidak dapat memungkiri bahwa aku ini memang keturunan raja. Kau anggap aku ini rakyat memang aku ini rakyat, kau anggap aku ini Allah, memang aku Allah.
Yakinlah sunan kudus, bahwa ki ageng pengging yang nama aslinya kebo kenanga itu adalah murid syeh siti jenar yang tersesat. para wali telah menghukum syeh siti jenar karena mendakwakan dirinya itu Allah dan tidak mau mengerjakan syariat. Sunan Kudus yang ditunjuk para wali sebagai pelaksana eksekusi atas diri Syeh siti jenar itu. Sekarang Ki Ageng Pengging mengaku dirinya Allah, maka sunan kudus berniat menghukum secara tegas sesuai perintah sultan Demak. ’’ Seperti pengakuan Ki Ageng sendiri bahwa Ki Ageng dapat mati di dalam hidup, saya ingin melihat buktinya. ’’ kata Sunan Kudus. ’’ kalau itu yang di kehendaki Sultan Demak maka engkau harus membuat sebab, tak ada makhluk mati tanpa sebab. Tapi kuminta aku sendiri yang mati, jangan membawa-bawa anak turunku. ’’ Baik, jangan kutir Ki Ageng.’’
Sunan Kudus tahu titik lemah Ki Ageng yaitu di siku tangannya.Maka Sunan kudus cepat menemui murid-muridnya. Mereka segera bergerak meninggalkan desa pengging. Nyai Ageng menjerit sejadi-jadinya ketika mengetahui suaminya sudah tidak bernyawa lagi. Tetanggapun segara berdatangan, bekas perwira dan prajurit pengging segera berkumpul. Mereka telah mengambil senjata yang telah bertahun-tahun disimpan rapi tanpa digunakan lagi. Bekas senopati Pengging memutuskan untuk mengejar Sunan kudus dan murid-muridnya. Sekitar 200 orang Pengging lari menejar Sunan Kudus sembari mengangkat senjata.
Sunan Kudus mengetahui dirinya dikejarbukannya malah lari, justru menunggu kedatangan orang-orang Pengging itu di bawah pohon pucung. Setelah agak dekat, Sunan Kudus membunyikan Bende Kyai Sima. Seketika muncullah ribuan prajurit Demak yang berlarian ke sana ke mari. Orang-orang Pengging menjadi bingung karenanya. Sunan Kudus memerintahkan ribuan prajurit itu bergerak kearah timur, maka orang-orang Penggingpun mengejar ke arah timur tapi tidak berapa lama kemudian ribuan prajurit itu lenyap. Orang-orang Penggingpun terpaku ditempatnya berdiri, akal mereka seperti hilang menghadapi kesaktian Sunan Kudus.
Akhirnya Sunan Kudus merasa kasihan, orang-orang Pengging dibuatnya sadar kembali.
“ Kalian rakyat kecil tak usah ikut campur urusan ini. Jika Ki Ageng lain lagi. Dia telah memberontak, tapi tidak mau menghadap ke Demak , sudah pantas dia menerima hukuman dari Sultan Bintaro.” Orang-orangPengging akhirnya sadar, dengan siapa mereka berhadapan. Sunan Kudus adalah Senopati Demak dan Senopati Walisongo yang kondang akan seribu satu kesaktiannya. Mereka takkan sanggup melawan Sunan Kudus yang pernah menjadi panglima perang dalam perang Demak- Majapahit. “Ada pekerjaan yang lebih penting yaitu uruslah jenazah Ki Ageng Pengging, “kata Sunan Kudus. Orang-orang Pengging itu pada akhinya menurut. Mereka segera kembali ke Pengging, mengurus jenazah pemimpin mereka.
Demikian kisah Sunan Kudus ketika menjalankan tugas dari Sultan Bintoro untuk menghukum murid Syeh Siti Jenar. Sunan Kudus juga ahli di bidang seni suara. Beliaulah yang pertama kali menciptakan lagu dan tembang “Mijil “ dan “ Maskumambang “. Kalau Sunan Kudus sudah menabuh gamelan dan menyanyikan lagu keagamaan maka rakyat berbondong-bondong mendengarkan dari dekat. Dalam kesempatan itulah beliau menyelinginya dengan da’wah.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

SUNAN KALIJAGA

WALISONGO VI
S U N A N K A L I JA G A
1. RADEN SAID

Raden said adalah putra raden sahur tumenggung Wilakitka, adipati tuban. Rraden sahur adalah keturunan rangga lawe yang sudah masuk islam. Raden said sebenarnya adalah seorang anak muda yang taat kepada agama dan bakti kepada orang tua. Namun tidak bisa menerima keadaan disekililingnya, karena pada saat itu banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan di masyarakat.
Sebagaimana diketahui bersama, akibat perang bersaudara yang berlarut-larut mak majapahit mengalami kemunduran. Mental para pejabat banyak yang keropos mereka menarik pajak upeti dalam jumlah tinggi kepada rakyat tapi disetorkan ke atasan dalam jumlah yan tidak seberapa. Bahkan sering kali pajhak upeti tersebut masuk kantong para pemungut pajak sendiri. Musim kemarau panjang dan bahaya kelaparan makin membuat rakyat tersiksa. Hal ini disaksikan sendiri oleh raden Said yang masih berjiwa suci bersih. Hatinya berontak tak dapat menerima semua itu.
Pada malam hari sering dia mengambil padi dan jagung dan bahan makanan lainnya di gudang kadipaten untuk diberikan kepada rakyat jelata yang membutuhkannya. Dalam melakukan aksinya ini dia selalu mengenakan topeng sehingga tak ada yang tahu bahwa penolong fakir miskin itu adalah Raden Said, putra adipati Tuban. Adipati tuban yaitu raden sahur sangat marah mendengar laporan itu. Raden said dihukum berat kedua tangannya di cambuk dengan rotan seratus kali sehingga kedua tangannya itu melepuh dan mengeluarkan darah serta lecet-lecet. Jerahkah dia ? ternyata tidak sesudah habis masa hukumannya dia beraksi lagi. Kali ini tidak mengambil bahan-bahan makanan milik ayahnya melainkan merampok harta benda milik para hartawan kaya raya dan para tuan tanah.
Dan hasil rampokan itu dibagi-bagikan kepada fakir miskin serta orang-orang yang lebih membutuhkannya. Hal ini pun tidak berlangsung lama. Ada seorang perampok lain mengetahui aksi raden said itu, lalu orang itu menyamar eperti raden said. Pakaian dan topengnya yang dikenakan raden said saat melakukan operasi menggaron rumah orang.
Tentu saja orang yang menyamar seperti raden said itu tidak membagi-bagikan hartanya kepada fakir miskin, harta itu hanya dinikmatinya sendiri. Bahkan sewaktu melakukan penggarongan sering kali dia melakukan pemerkosaan pada wanita-wanita cantik yang dijumpainya.
Pada suatu hari raden said mendengar jeritan para penduduk yang rumahnya dijarah sekawanan perampok. Mendengar itu raden said segera mengenakan topengnya dan bergerak menolong penduduk yang kampungnya diserang sekawanan perampok.
Ketika dia masuk ke salah sebuah rumah penduduk untuk menolong seorang wanita justru wanita itu mencekal tangannya dan berteriak histeris. Sementara itu sekawanan perampok yang beraksi sudah meninggalkan perkampungan. Raden said terjebak ternyata para perampok dipimpin oleh oran yang menyamar sebagai dirinya.
Jeritan wanita tadi mengundang para pemuda kampong raden said di tangkap dan di bawa ke balai desa kepala desa yang penasaran mencoba melihat wajah raden said dengan menguakan sedikit topengnya. Betapa kaget kepala desa itu setelah mengetahui bahwa perampok itu tidak lain adalah putra adipatinya sendiri. Raden said dituduh memperkosa dan membunuh orang.
Berita itu sampai ke telinga orang tua raden said. Tak terkirakan betapa marah ayahbraden said mendengar kejahatan anaknya itu. Ibu raden said yang biasanya selalu membelanya sekarang pun tak dapat membendung kemarannya lagi. Ketika beliau melihat kehadiran raden raden said di pintu gerbang kadipaten maka wanita tua berdiri tegak sembari menuding ke arah raden said.
Pergi dari kadipaten tubab ini !” teriak ibu raden said” jangan kembali sebelum kau dapat menggetarkan dinding rumah ini dengan ayat-ayat Qur’an yang sering kau lantunkan dimalam hari. Hati siapa yang takkan hancur mengalami peristiwa itu raden said bermaksud menolong para penduduk yang menderita tapi akibatnya malah dia dituduh sebagai pembunuh dan pemerkosa. Dengan wajah tertunduk raden said meninggalkan pintu gerbang kadipaten tuban bahkan meninggalkan wilayah kadipaten tuban mengembara tanpa tujuan yang pasti.
Ayah dan ibu raden said juga terpukul batinnya sebenarnya mereka merasa bangga mempunyai anak yang tekun beribadah dan berbakti kepada orang tua. Bila raden said berada diistana kadipaten sering kedua orang tuanya mendengar putranya melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu menyentuh kalbu. Sekarang istana itu sepi dari bacaa Al-Qur’an. Nama raden said pun telah tercoreng, betapa malu dan kecewa hati keduannya.

A. TAKLUKNYA SEORANG JAGOAN

Sudah bertahun tahun raden said meninggalkan kadipaten tuban dalam pengembaranya dia sampai di sebuah hutan bernama jatiwangi di sana dia terkenal sebagai seorang pemuda sakit yang sering merampok para hartawan dan pedagang kaya raya. Seperti dulu hartya itu dibagi-bagikannya kepada fakir miskin. Orang menyebutnya sebaai Berandal Lokajaya. Pada suatu hari ada seorang berjubah putih lewat di hutan Jatiwangi. Dari kejauhan Raden Said sudah mengincar orang tua itu. Orang itu membawa tongkat yang gagangnya tampak terbuat dari emas berkilauan. Setelah dekat, Raden Said menghadang langkah orang itu. “Orang tua, tampaknya kau tidak buta. Kapun masih kuat berjalan dengan baik, kenapa kau membawa-bawa tongkat segala?’ Tanya raden Said. ‘Anak muda, “kata orang tua itu. ‘dengan tongkat ini, akku tidak akan tersesat bila berjalan di dalam gelap.” “Tetapi sekarang ini hari masih siang, tanpa tongkat pun ka pasti dapat berjalan dengan baik. “bantah Raden Said.
Orang tua itu memandang raden Said penuh perhatian. Wajahnya menunjukkan sifatnya yang welas asih namun pribadinya agung dan berwibawa. “Anak muda, tongkat itu adalah pegangan, “kata lelaki berjubah putih. “Orang hidup atau berjalan haruslah pegangan atau pedoman supaya tidak tersesat jalannya.” “Saya ingin melihat tongkatmu, “kata Raden Said.
“Dari melihat akan timbul rasa ingin memiliki, tak baik memiliki kepunyaan orang lain, “kata lelaki berjubah putih. Tiba-tiba, tanpa berkata lagi Raden Said merebut tongkat orang itu, karena tongkatnya dicabut dengan paksa maka orang itu jatuh tersungkur ke tanah.
Raden Said mengamat-amati tongkat itu, sungguh aneh, tongkat yang tadinya bergagang emas berkilauan itu sekarang berubah jadi kayu biasa. Sementara itu, dengan susah payah lelaki berjubah putih bangkit berdiri sembari mengeluarkan air mata. Orang tua itu menangis. Raden Said merasa heran. “Jangan menangis orang tua, “ kata Raden Said sembari mengulurkan tongkat yang dipegangnya. “Ini tongkatmu kukembalikan.”
“Saya tidak menangis karena tongkat itu kau rebut, “kata lelaki berjubah putih. “Tapi saya merasa menyesal dan berdosa, karena saya jatuh tersungkur dan tanpa sengaja mencabut rumput yang tidak bersalah ini.”
“Hanya sebatang rumput ? kau merasa berdosa ?” Tanya Raden Said.
“ rumput itu sama-sama makhlluk Allah. Aku mencabutnya tanpa suatu keperluan. Kalau aku mencabutnya untuk makanan ternak itu tidak mengapa, tapi bila untuk kesia-siaan itu sungguh berdosa.” Raden Said tercekat mendengar ucapan yang filosofis itu.
“Mengapa kau tega berbuat kasar pada orang tua?” “Saya menginginkan harta, “Jawab Raden Said. “Untuk apa?” Tanya lelaki berjubah putih. “Saya berikan fakir miskin mereka lebih menderita daripada kita, “jawab Raden Said. “Sunguh mulia niatmu, tapi saying cara kau tempuh itu salah, “ujar lelaki berjubah putih. “Apa maksudmu?”
“Allah itu baik, suka pada barang baik dan hanya menerima amal dari barang yang baik dan halal, “jawab lelaki berjubah putih. Raden Said makin tercengang mendengar ucapan itu.
“Jelasnya, “sambung lelaki berjubah putih itu. “ Allah tidak menerima sedekah dari barang yang didapat secara haram. Jadi sia-sia saja sedekah yang kau berikan dari hasil merampok selama ini. Kalau kau menginginkan harta, ambillah itu ! itu harta halal “?
Berkata demikian lelaki berjubah putih itu menunjuk sebuah pohon aren. Seketika pohon itu berubah menjadi emas, batangya, daunnya, buahnya, semua berubah menjadi emas berkilauan.
Raden Said mengerahkan ilmunya. Dia mengira orang tua itu sedang mengerhakan ilmu sihir, kalau orang tua itu mengeluarkan ilmu sihir maka dengan mudah dia dapat menangkalnya. Tapi dia kecele. Orang tua itu ternyata tidak mengeluarkan ilmu sihir. Serta merta Raden Said menjblak ditempatnya berdiri. Pohon itu benar-benar telah berubah menjadi emas.
Raden Sait terpaku di tempatnya berdiri. Kemudian Dia mencoba memanjat pohon itu, ingin mengambil beberapa buahnya yang berkilauan. Belum lagi sampai di atas tiba-tiba buah yang berujud emas itu rontok, berjatuhan mengenai kepalanya. Raden Said jatuh ke tanah tak sadarkan diri. Ketika dia sadar, pohon aren itu kembali seperti semula. Buahnya yang tadi rontok berwarna emas kini beruba jadi hijau sebagaimana buah aren biasa. Raden Said celingukan, mencari-cari orang tua berjubah putih yang tadi merubah pohon aren jadi emas. Tapi orang tua itu sudah tak tampak lagi.
Sadarlah Raden Said bahwa orang tua itu adalah seorang sakti berilmu tinggi, mungkin golongan para ulama’ besar atau para wali segera saja Raden Said mengejar orang tua itu, mengikuti jejaknya. Dia ingin menjadi muridnya. Setelah mengerahkan seluruh tenaganya barulah dia dapat melihat bayangan orang tua itu dari kejahuan. Orang tua itu tampak pelan saja saat melangkah, tapi Raden Said masih belum dapat menyusulnya.
Setelah nafasnya hampir habis barulah Raden Said dapat menyusul orang tua itu di tepi sungai.
’’ Ada apa kau menyusulku, anak muda?’’ Tanya orang tua itu.
’’ Sudilah kiranya menerima saya sebagai murid,’’ ujar Raden Said.
Orang tua itu yang tak lain adalah Sunan Bonang bersedia menerima Raden Said sebagai muridnya. Tapi Raden Said harus melalui ujian kesetiaan.
Sunan Bonang kemudian meneruskan perjalanannya ke Masjid Demak. Lagi-lagi hati Raden Said tercekat karena dia melihat Sunan Bonang berjalan di atas air bagaikan berjalan didaratan saja. Makin mantaplah tekad Raden Said untuk berguru kepada Sunan Bonang.
Al-kisah, Sunan Bonang terlupa pada Raden Said yang di suruh menungguhi tongkatnya di tepi sungai. Hal ini sudah berlangsung berbulan-bulan lamanya. Bahkan ada yang menyebutkan bertahun-tahun. Sesudah teringat maka pergilah Sunan Bonang menemui Raden Said. Dia ingin melihat apakah Raden Said cukup setia menugguhi tongkatnya.
Sunan Bonang kaget setelah melihat Raden Said ternyata tetap setia menungguhi tongkatnya di tepi sungai sambil bersemedi. Menurut sumber lain dikatakan bahwa Raden Said berdo’a kepada tuhan supaya ditidurkan seperti halnya Tuhan menidurkan tujuh pemuda di Goa kahfi selama bertahun-tahun. Doa Raden Said dikabulkan, dia dapat tidur selama bertahun-tahun sehingga seluruh tubuhnya dirambati akar dan daun-daun pepohonan.
Sunan Bonang baru dapat membangunkan Raden Said setelah mengeluarkan suara adzan. Cara lainnya tidak dapat membangunkan pemuda Raden Said kemudian di bawa ke tempat Sunan Bonang. Diberi pelajaran agama tingkat tinggi sehingga berkat ketekunan Raden Said dia dapat mewarisi seluruh Sunan Bonang. Karena Raden Said pernah bersemedi atau bertapa atau tertidur di tepi sungai bertahun-tahun maka setelah menjadi wali, dia disebut sebagai SUNAN KALIJAGA. Kalijaga artinya yang menjaga sungai.Ada yang mengartikan kalijaga sebagai orang yang menjaga aliran kepercayaan masyarakat pada masa itu. Karena Sunan Kalijaga sangat halus dalam berda’wah. Beliau tidak langsung menunjukkan sikap anti pati terhadap kepercayaan masyarakat pada Zaman itu, semua aliran didekati, dipergauli yang kemudian pada akhirnya diarahkan kepada agama Islam.
2. JASA-JASA SUNAN KALIJAGA

A. Sebagai Da’i (Mubaligh)

Beliau di kenal sebagai seorang yang dapat bergaul dengan segala lapisan masyarakat. Dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Jika para Wali lain kebanyakan hanya berda’wah daerahnya saja yaitu mendirikan Padepokan atau Pesantren maka Sunan Kalijaga ini dikenal sebagai Mubaligh keliling yang kondang.
Dengan memanfaatkan kesenian rakyat yang ada beliau dapat bergaul dan mengumpulan rakyat untuk kemudian diajak mengenal agama Islam. Beliau ahli menabuh gamelan, pandai mendalang, pandai menciptakan tembang yang kesemuanya itu dipergunakan untuk kepentingan da’wah.
Terhadap adat itiadat rakyat beliau tidak langsung menentang secara tajam yang akhirnya hanya membuat mereka lari dan enggan mengenal Islam.
Beliau dekati rakyat yang masih awam, yang masih berpegang pada adat lama dan diberinya adat lama itu warna Islami. Dengan caranya yang luwes tersesbut maka banyaklah orang Jawa yang bersedia masuk agama Islam.

B. Sebagai Ahli Seni

Diantara keahlian Sunan Kalijaga ialah beliau itu kreatif dalam segala cabang seni, diantaranya :
- Beliaulah yang pertama kali menciptakan baju taqwa. Baju Taqwa iniakhirnya disempurnakan oleh Sultan Agung dengan destar nyamping dan keris serta rangkaian lainnya.
- Beliau ahli seni suara yaitu pencipta Tembang Dandang Gula dan Dandang Gula Semarangan.
- Ahli seni lukis, yaitu menciptakan bentuk seni ukir bermotif dedaunan, bentuk gayor atau alat menggantungkan gamelan dan bentuk ornamentik lainnya yang sekarang dianggap sebagai seni ukir Nasional. Semua itu tak lain adalah ciptaan Sunan Kalijaga dan wali lainnya. Sebelum jaman para wali, kebanyakan seni ukir bermotifkan manusia dan binatang.
- Sunan Kalijagalah yang memerintahkan Ki Pandanarang atau Sunan Tembayat untuk membuat Bedhu, yaitu semacam drum besar untuk memanggil orang supaya berkumpul di masjid. Sesuai dengan bunyinya maka falsafah bedhug itu artinya adalah sebagai berikut : deng-deng=deng isih sedeng-isih sedeng. Atau masih muat, yaitu di dalam masjid masih muat atau cukup utnuk shalat berjamaah. Kalau kentongan langgar berbunyi thong-thong-thong, artinya masih kotong atau masih kosong.
- Gerebek Maulud itu adalah suatu acara yang diprakarsai sunan kalijaga. Aslinya acara ini adalah tabligh atau pengajian akbar yang diselenggarakan para wali di depan masjid demak untuk memperingati Maulid Nabi. Dalam kesempatan itu juga diadakan musyawarah tahunan para wali. Di halaman masjid demak ditempatkan gamelan dan komplek masjid dihias dengan hiasan yang menarik dan meriah. Suasana jadi meriah seperti pasar malam, orang yang ingin melihat perayaan harus melalui pintu yang disebut gapura sembari mengucapkan syahadat. Sesudah pengunjung melimpah maka gamelan ditabuh disertai tembang-tembang keagamaan kemudian diselingi ceramah atau da’wah para wali. Perayaan itu berlangsung seminggu penuh. Pada jaman itu belum disebut gerebek, kata geberek baru ada dijaman keraton surakarta dan yogyakarta. Gerebek artinya mengikuti yaitu mengikuti sultan dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan peringatan Maulud Nabi saw. Adapun arti sekaten adalah dari bahasa arab syahadatain, yaitu dua kalimat syahadat. Yang dimaksud dengan sekaten adalah dua buah gamelan yang diciptakan sunan kalijaga dai ditabuh pada hari-hari tertentu. Nama gamelan itu semula adalah kyai nagawita dan kyai guntur Madu. Sekarang disebut kyai sekati dan Nyai sekati. Gamelan itu misalnya dibunyikan pada hari jum’at atau hari-hari besar islam lainnya. Karena rakyat senang mendengar bunyinya maka mereka berkumpul untuk mendengarkannya di depan masjid demak bila mereka sudah berkumpul para wali memberi ceramah agama islam.
- Gong sekaten adalah ciptaan sunan kalijaga yang mempunyai falsafah mengajak orang masuk islam Yaitu : keneng bunyinya nong-nong-nong. Kempul suaranya pung-pung-pung. Kendang bunyinya tak-ndang-tak-ndang. Genjur bunyinya nggurrrr. Semua gamelan itu bila dibunyikan bersama akan membentuk suara kesatuan yang unik yaitu : Nong-ning nong kana nong kene pumpung mumpung-mumpung pul-pul-pul ndang-ndang-ndang,endang-endang tak ndang-ndang tandang nggur, jegurrr. Artinya ialah : di sana di situ di sini, mumpung masih ada waktu atau masih hidup, berkumpulah dan cepat-cepat masuk agama islam.
- Pencipta wayang kulit, karena pada jaman sebelum wali, hanya ada wayang beber yaitu gambarnya setiap adegan dibeber pada sebuah kulit. Gambarnya adalah berupa manusia. Kemudian oleh sunan kalijaga dirubah menjadi bentuk wayang kulit seperti sekarang ini.
- Di antara tembang ciptaan sunan kalijaga yang masih akrab dikalangan rakyat jawa hingga jaman sekarang adalah tembang lirilir. Teks tembang tersebut adalah sebagai berikut ilir-ilir lilir ilir tandure wis sumilir tak ijo royo-royo dak sengguh penganten anyar cah angon-a acah angon peneko blimbing kuwi lunyu-lunyu penek no kanggo masuh dodotiro dodotiro, dodotiro kumitir bedhah ing pinggir domono jlumotono kanggo seba mangko soe mumpung jembar kalangane, mumpung padhang rembulane yo surako surak horee.

3. MURID-MURID SUNAN KALIJAGA

A. SUNAN BAYAT

Ki pandarangan selaku adipati semarang adalah orang yang terkenal akan kekayaannya. Walau masih sibuk dalam urusan pemerintahan dia masih sempat berdagang bermacam-macam dagangan dari emas permata hingga temak sapi kerbau dan kambing. Kekayaannya tidak terbilang istrinya banyak anaknya banyak dan relasinya juga banyak. Namun ada satu sifatnya yang kurang terpuji yaitu kikir alias bakhil.
Pada suatu hari ada seorang penjual rumput datang ke rumahnya. Umumnya rumput pada waktu berharga dua puluh ribu lima keteng tapi ki pandaranang menawarnya dengan harga lima belas keteng dan tanpa belit-belit rumput itu diberikan oleh penjualnya. Esoknya penjual rumput itu datang lagi kali ini lebih pagi dan rumputnya tampak segar-segar. Ki pandaranang heran karenanya “pak tua sepagi ini dari mana kau peroleh rumput segar ini Tanya ki pandaranang. “dari jabalkat tuan “jawab penjual rumput.Lagi-lagi ki pandarananganheran karena jabalkat itu adalah tempat yang jauh. Setelah harga rumput dibayar seperti kemarin penjual umput itu tidak segera beranjak pergi. “Apalagi yang kau tunggu ?” Tanya ki pandaranang “Hamba minta sedekah tuan, “
Ki pandaranang merogoh sakunya tanpa menoleh dia lemparkan seketeng uang ke tanah dihadapan si penjual rumput. “Hamba tidak minta sedekah uang hamba minta bedhug berbunyi di semarang. Ki pandarangan melengak mendengar permintaan aneh dari penjual rumput itu. Minta bedhug artinya harus mendirikan masjid, harus meramalkan agama islam di semarang. Jangankan menyiarkan agama islam menjalankan sholat lima waktu yang aneh-aneh pak tua “kata ki pandarangan “Sudah ambilah uang itu dan cepat pergi dari sini.
“Hamba tidak butuh uang, kalau hamba membutuhkan uang atau harta sekali cangkul hamba sudah dapat mengertuk emas. “ujar penjual rumput itu. “Huh ! sombong betul kau ini pak tua ! coba kalau kau bisa meneduk emas dengan sekali cangkul untuk apa kau bersusah payah menhjual rumput dari jabaikat ke sini ? coba buktikan omong besarmu itu kalau kau memang bisa melakukannya aku akan berguru kepadamu. Tapi bila kau hanya sengaja mempermainkan adipati semarang “jangan salahkan bila akua menjatuhkan hukuman beat kepadamu !”
Ki pandaranang lalu memerintahkan pelanyannya menambil cangkul diberikan kepada lelaki penjual rumput sembari berkata “ Hayo buktikan ucapanmu yang sombong itu”.
Si penjual rumput meneima cangkul itu dengan sikap tenang. Hanya sekali cangkul dan ketika tanah itu di tarik tiba tiba menjadi emas berkilauan. Sepasanf mata ki pandanarang yang doyan harta itu terbelalak tak henti hentinya dia menatap bonkahan tanah yang kini berubah menjadi emas. Lama dia tertegun di tempatnya sehingga tak sadar bahwa lelaki penjual rumput itu sudah meninggalkan halaman rumahnya. Ki pandanarang sadar bila berhadapan dengan seorang berilmu tinggi maka segera dikejarnya orang itu. Setelah menguras seluruh tenaganya barulah dapat menyusul pak tua penjual rumput “ Mau apa kau menyusulku ? Masih kurangkah bongkahan emas itu bagimu ?” Tanya lelaki penjual rumput.
“Bukan, bukan untuk itu saya datang kemari, “kata ki pandanarang “saya ingin berguru kepada tuan.” “Berguru ? Mau berguru apa ?”
“Saya ingin memperdalam agama islam sehingga nanti dapat membingbing rakyat kadipaten semarang untuk memeluk agama islam dengan teguh, “kata ki pandanarang. “jadi kau mau memenuhi permintaanku membunyikan bedhug di semarang ?” “Benar tuan “jawab ki pandanarang. “tapi berguru itu berat syaratnya, mau kau memenuhi syarat-syaratnya ?”
“saya bersedia “sahut ki pandanarangan “pertama kau harus menjalankan ibadah selama hidupmu jangan sampai kau teledor mengerjakan shalat lima waktu beramal dan bersedekah dirikan masjid dan jama’ah islam di semarang. Kedua berikan hartamu kepada yang berhak karena hata hanya akan menjadi penghalang bagi cita cita luhurmu. Janan sekali kali kamu terpikat pada harta kecuali membutuhkan sekedarnya saja sekedar berbagai bekal untuk beribadah. Ketiga orang berguru itu harus meninggalkan rumahnya. Susullah aku ke gunung jabalkat “Wahai tuan yang arif dan waskita, “ujar ki pandaranang “ di manakah gunung jabalkat itu ? dan siapakah sesungguhnya tuan ini ?” “Gunung jabalkat itu terletak di daerah tembayat. Dan aku adalah sunan kalijaga.”
Mendengar nama besar itu serta merta ki pandanarang menjatuhkan diri berlutut, namun ketika dia mendongakkan kepala sunan kalijaga sudah lenyap dari pandangan matanya.
Ki pandanarang segera pulang ke rumahnya. Sejak itu dia berubah kalau dahulu dia pelit sekarang sangat dermawan.
Pembangunan masjid di semarang dia sendirilah yang menanggung biaya. Bedhug yang diminta sunan kalijaga dinuatkan dengan memilih kayu terbaik dan kulit sapi yang bagus.
Zakat dibayar sebagaimana mestinya, fakir miskin dan orang orang yang menderita ditolongnya tanpa pamrih. Ikhlas karena Allah. Setelah tiba saatnya maka dia bermaksud menyusul sunan kalijaga ke gunung jabalkat.
Di antara sekian banyak istinya hanya seorang yang memaksanya hendak ikut mendampingi ke gunung jabalkat. “Baiklah, kata ki pandanaranang. Kau boleh saja ikut tapi ingat jangan membawa harta . itu larangan guruku. Harta itu hanya menjadi penghalang saja.
Ki pandanarang kemudian berganti pakaian serta putih. Istrinya juga berbuat serupa. Setelah itu keduanya berangkat dengan berjalan kaki. Ki pandanarang berangkat sembari membawa tongkat terbuat dari bamboo yang didalamnya diisi dengan emas dan permata. Barangkali pada suatu ketika ada gunanya, demikian piki istri ki pandanarang. Ki pandanarang yang berjalan didepan dicegat tiga orang perampok namun karena dia tidak membawa harta maka perampok itu segera melepaskannya. Ki pandanarang meneruskan langkahnya dengan tenang. Ketika istrinya lewat di hadapan perampok maka dia digeledah. Tongkatnya dirampas isinya dikeluarkan dan diambil. Tentu saja para perampok itu berorak sorai mendapatkan emas permata dalam jumlahnya yang tidak sedikit. Istri ki pandanarang itu konon bernama Ambarwati. Dia menangis tersedu-sedu sembari berteriak-teriak memanggil suaminya. “Kakangmas……! Apakah kau sudah lupa pada istimu ? ini ada orang tiga berbuat salah !” tempat kejadian itu hingga sekarang dinamakan salatiga.
Akhirnya Ambarwati dapat menyusul suaminya. Ki pandanarang tidak terkejut mendengar penuturan istrinya, karena dia sudah tahu sewaktu beangkat istrinya itu membawa emas permata. Bukankah sudah kukatakan bahwa harta hanya akan menjadi penghalang tujuan luhur kita ?” ujar ki pandanarang. “sekarang berjalanlah di muka. Ambarwati kemudian berjalan dimuka. Tidak berapa lama kemudian ki pandanarang dicegat perampok bernama Ki Sambangdalan. “Serahkan hartamu atau kau akan kuhajar hingga babak belur !” ancam Ki Sambangdalan. “Aku tidak membawa harta, jawab Ki Pandanarang. Ki Sambangdalan tidak percaya. Dia merebut tongkat Ki Pandanarang. Tentu saja tongkat itu tidak berisi emas karena hanya tongkat biasa. “Di mana kau sembunyikan hartamu ?”hardik Ki Sambangdalan.
‘Aku tidak membawa harta, kata Ki Pandanaran sambil terus melangkah.Anehnya Ki Sambangdalan hanya berani menggertak saja. Dia tidak berani memukul atau menghajar Ki Pandanarang. Ki Sambangdalan terus mengikuti kemanapun Ki Pandanarangsmbil terus mengeluarkan ancaman. Lama-lama Ki Pandanarang bosan diikuti dari belakang sembari digertak-gertak begitu. “ Kau ini bengal, keras kepala seperti domba !”Kata Ki Pandanarang.
Seketika kepala Ki Sambangdalan berubah menjadi kepala domba atau kambing. Tapi lelaki itu tidak menyadarinya. Dan terus mengikuti Ki Pandanarang. Suatu ketika keduanya sampai di tepi sungai. Ki Sambangdalan merasa takut masuk kedalam air. Dan ketika melihat bayangannya di dalam air yang jernih dia terkejut sembari menjerit keras.
“Aduh biyung ! Tobat ! Minta ampun ! kenapa kepalaku berubah menjadi domba ?” demikian teriaknya berkali-kali. “Itu karena kesalahanmu sendiri, “ ujar Ki Pandanarang.
“Kembalikan saya ke ujud semula, “pinta Ki Sambangdalan.
Ki Pandanarang tidak menjawab. Ki Sambangdalan menjadi takut dan akhirnya mengikkuti kemanapun Ki Pandanarang pergi. Akhirnya tibalah mereka di Gunung Jabalkat. Untuk menebus dosanya Ki Sambangdalan harus mengisi Jung (Padasan ) dengan air di bawah bukit. Jung itu tidak tertutup, sehingga bila Ki Sambangdalan sampai di atas bukit Jung itu sudah habis isinya. Tapi demi menebus kesalahannya maka pekerjaan itu dia lakukan tanpa mengenal putus asa. Pada suatu hari Sunan Kajijaga datang ke tempat itu. Ketiga orang itu duduk bersimpuh dihadapan Sunan Kalijaga. Secara ajaib kepala Ki Sambangdalan kembali seperti semula. Jung tiba-tiba penuh dengan air tanpa ada yang mengisi.
Ketiga orang itu akhirnya dididik dengan agama Islam dan ilmu yang tinggi oleh Sunan Kalijaga. Pada akhirnya mereka menjadi orang yang waskita. Bahkan Ki Sambangdalan dan Ki Pandanarang menjadi wali. Ki Pandanarang disebut Sunan Bayat karena menyiarkan Islam di daerah Bayat. Sedang Ki Sambangdalan disebut Syeh Domba, karena kepalanya pernah menjadi domba.

B. SUNAN GESENG

Kisah Sunan Geseng ini berdasarkan versi Babad Tanah Jawi Galuh Mataram. Tersebutlah seorang lelaki bernama Ki Cakrajaya. Dia hidup damai bersama anak dan istrinya disebuah desa. Mata pencahariannya adalah membuat gula nira. Biasanya sesudah menyadap nira dia melagukan tembang-tembang ciptaanya sendiri. Pada suatu hari datanglah Sunan Kalijaga. Beliau mengajarkan tembang yang berisikan dzikir kepada Ki Cakrajaya. Karena tembang tersebut sanat merdu, Ki Cakrajaya menyukainya. Tiap hari dia melagukan tembang ajaran Sunan Kalijaga itu. Tiba-tiba terjadi keanehan. Sewaktu dia membuat gula nira, tiba-tiba gula itu berubah menjadi emas. Tentu saja keluarga Ki Cakrajaya seketika berubah menjadi kaya raya.
Namun hati Ki Cakrajaya menjadi gelisah. Dia ingin bertemu dengan Sunan Kalijaga yang telah mengajarinya tembang berisikan Dzikir, dia ingin mengetahui makna dzikir tersebut.
Pergilah Cakrajaya mengembara. Mencari Sunan Kalijaga. Dan itu bukan pekerjaan yang mudah. Sebab Sunan kalijaga itu kalau berda’wah keliling daerah. Namun pada akhirnya Ki Cakrajaya dapat bertemu Sunan Kalijaa di sebuah hutan. ’’ Mengapa kau mencariku ? ’’ Tanya Sunan kalijaga. ’’ saya ingin berguru kepada Kanjeng Sunan. ’’ jawab Ki cakrajaya.
oleh saja, tapi syaratnya berat. Maukah kau menungguku sambil bersujud di atas batu itu.’’ Kata sunan kalijaga sembari menunjuk sebuahbatu hitam yang terletak di tengah rerumputan.Batu itu memang hanya cukup untuk bersujud atau bersila. ’’ Saya bersedia,’’ jawab Ki cakrajaya.
Hari itu Ki cakrajaya melaksanakan ujian yang diberikan sunan kalijaga. Sementara sunan kalijaga meneruskan perjalananya untuk berda’wah. Al- kisah Sunan kalijaga karena kesibukannya terlupa pada Ki cakrajaya hingga berbulan-bulan. Pada waktu beliau berada di pulau Upih baru teringat pada ki cakrajaya. Beliau kemudian mengajak beberapa orang muridnya untuk mencari ki cakrajaya. Setelah sampai didalam Bagelan. Sunan kalijaga agak bingung, karena tempat cakrajaya bersujud itu sekarang berubah menjadi hutan gelagah dan alang-alang. Murid-murid Sunan kalijaga di suruh memotong dan membabat hutan alang-alang dan gelagah itu, tapi cakrajaya tidak ketemu. ’’ jika dengan cara membabat hutan alang-alang tidak bisa kalian temukan ,bakarlah padang alang-alang ini supaya cakrajaya dapat ditemukan,’’ kata Sunan kalijaga. Murid- murid Sunan kalijaga kemudian membakar hutan ilalang itu. Tak berapa lama kemudian hutan padang ilalang itu berubah menjadi abu.
Cakrajaya tampak masih bersujud di atas batu hitam. Dia tidak ikut terbakar, hanya pakaiannya yang tampak hangus. ’’ cakrajaya banungunlah’’ kata sunan kalijaga.
Cakrajaya bangun, menghormat kepada sunan kalijaga.sunan kalijaga terharu melihat kesetiaan muridnya itu. Cakrajaya diajari segala macam pengetahuan agama, dididik dengan akhlak yang tinggi. Setelah selesai dia di suruh pulang kerumahnya untuk menyiarkan agama Islam dan di beri gelar Sunan Geseng.

C. KI AGENG SELA

Menurut Babad Tanah Jawa, Ki Ageng Sela itu adalah salah seorang Murid Sunan Kalijaga. Ki Ageng Sela adalah moyang raja-raja Mataram. Konon beliau mempunyai kesaktian yang sangat tinggi sehingga dapat menangkap petir.

D. EMPU SUPA

Empu Supa adalah seorang Putra Tumenggung majapahit bernama Empu Supradiya. Empu Supa ini adalah seorang murid Sunan Kalijaga yang pernah membuatkan keris Kyai Sengkelat. Menurut Sunan Kalijaga siap saja yang membawa Kyai Sengkelat selama satu tahun maka dia akan menjadi Raja Tanah Jawa. Empu Supa masuk Islam dan dikawinkan dengan adik Sunan Kalijaga yang bernama Dewi Rasa Wulan. Keris Kyai Sengkelat sebenarnya diberikan Sunan Kalijaga kepada Empu Supa, tapi Epu Supa tidak kuat menyimpannya sehingga keris itu hilang, dicuri oleh orang sakti dari kerajaan Blambangan. Untuk mendapatkan kembali keris pusaka itu Empu Supa harus mengembara ke Blambangan dengan menyamar sebagai Kyai Pitrang. Akhirnya Empu Supa dapat membawa kembali keris Kyai Sengkelat yang asli. Sedang keris Kyai Sengkelat yang palsu di bawa oleh Raja Blambangan. arena tak sanggup menyimpan keris Kyai Sengkelat yang asli maka Empu Supa menyerahkan keris itu kembali kepada Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga memberikan keris itu kepada Raden Patah. Dan dalam waktu setahun akhirnya Raden Patah benar-benar menjadi Raja yang menguasai Tanah Jawa. Murid-murid Sunan Kalijaga yang menjadi orang besar sebenarnya cukup banyak, namun tidak bisa disebutkan satu persatu di dalam tulisan ini.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

SUNAN DERAJAT

WALISONGO V
S U N A N D E R A JA T

Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim,beliau adalah putra sunan ampel dengan dewi Candrawati. Beliau berda’wah di daerah drajat sehingga terkenal dengan sebutan Sunan Drajat. Makam beliau desa Drajat, kecamatan paciran, Kabupaten Lamongan. Raden Qosim ditugaskan Sunan Ampel untuk berda’wah disebelah barat Surabaya. Kemudian Raden Qosim naik perahu melalui gresik menuju ke arah barat.
Dalam perjalanan melalui laut itu perahu Raden Qosim diserang badai sehingga perahunya hancur dan karam. Dalam keadaan kritis tersebut Raden Qosim ditolong oleh ikan Talang. Dengan naik punggung ikan tersebut maka Raden Qosim dapat selamat dari keganasan ombak dan badai laut utara. Ikan itu membawanya ke tepi pantai yang terletak didusun jelag (Termasuk Wilayah Desa Banjarwati), Kecamatan Paciran. Di tempat itu Raden Qosim membuka pesantren baru dan banyak orang-orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya karena cara berda’wah Raden Qosim sangat lunak, mampu mendekati rakyat awam dengan tutur kata dan budi bahasa yang halus serta sikapnya yang sopan dan ramah tamah.
Selama satu tahun di jelag, Raden Qosim mendapat petunjuk agar menuju ke selatan kira-kira berjarak satu kilo meter. Di sana beliau mendirikan langgar atau surau yang dipergunakan untuk berda’wah.
Tiga tahun kemudian Raden Qosim mendapat petunjuk dari Allah agar mencari tempat yan strategis untuk berda’wah yaitu disebuah bukit yang kemudian dinamakan Dalem Duwur. Ditempat tersebut sekarang didirikan museum yang cukup megah dengn biaya Rp 60 juta. Museum tersebut letaknya tidak jauh dengan makam Sunan Drajat. Di tempat yang disebut Dalem Duwur tersebut pengikut Raden Qosim semakin banyak, karena cara menyiarkan agama islam yang dilakukannya adalah dengan jalan damai. Orang dikumpulkan dengan cara menabuh seperangkat gamelan gending-gending dan tembang mocopat, sesudah itu baru diberi ceramah agama islam. Makin hari nama Raden Qosim makin terkenal untuk menganjurkan orang agar berjiwa social adalah sebagai berikut:
-Menehono teken marang wong kan wuto
-Menehono mangan marang wong kang luwe
-Menehono busono marang wong kang mudo
-Menehono ngiyup marang wong kang kodanan
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut :
-berikanlah tongkat kepada orang yang buta
-berikanlah makan kepada orang yang lapar
-berikanlah pakaian kepada orang yang telanjang
-berikanlah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan
Ajaran tersebut sangat supel artinya siapa saja bisa melaksanakannya. Orang yang awampun dapat melaksanakannya sehingga memiliki jiwa sosial. Namun bila dikupas lebih lanjut maka ajaran tersebut mempunyai makna yang sangat dalam. Terutama bagi mereka yang berilmu yang tinggi yaitu :
-Berilah petunjuk (ilmu) kepada orang yang bodoh.
-Sejahterahkanlah kehidupan raknyat yan miskin (kurang makan).
-Ajarkanlah budi pekerti atau susila kepada orang yang tidak tahu malu atau belum mempunyai budaya tinggi.
-Berilah perlindungan kepada orang-orang yang menderita.
Itulah ajaran sunan drajat .yang terkenal di kalanan rakyat. Sunan drajat dikenal sebagai salah seorang anggota walisanga, dan ikut mendirikan kerajaan islam Demak. Makam beliau terletak di desa drajat kecamatan paciran, Kabupaten Lamongan.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

SUNAN BONANG

WALISONGO IV
SUNAN BONANG

Sunan bonang itu nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau adalah putra Raden Rahmad sunan Ampel dengan istri pertama Dewi chandrawita dalam sumber lain disebut sebagai Nyai Ageng manila. Dewi chandrawita adalah putri prabu Brawijaya kertabumi. Dengan demikian sunan Ampel dan sunan Bonang itu masih ada hubungan dengan kelurga besar kerajaan majapahit. Seperti lelah di sebutkan di halaman depan Raden makdum Ibrahim sesudah selesai belajar pada sunan Ampel di Surabaya maka bersama raden paku beliau meneruskan pelajarannya ke samudra pasal. Di sana beliau berguru kepada Syeh Maulana Ishak (Paman sunan Ampel) dan beberapa ulama besar ahli tasawwuf berasal dari Baghdad dan Iran. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam atau ilmu tauhid. Sekembalinya raden makdum Ibrahim ke tanah jawa maka beliau berda’wah di daerah tuban. Caranya berda’wah cukup unik dan bijaksana. Beliau dapat mengambil hati rakyat agar mau datang ke masjid. Beliau menciptakan gending dan tembang yang disukai rakyat dan beliau sangat ahli dalam menyembunyikan permainan gending yang disebut Bonang. Itu sebabnya rakyat tuban kemudian mengenal sebagai Sunan Bonang. Bila beliau membunyikan Bonang rakyat yang mendengar seperti terkena pesona gaib. tanpa sadar mereka melangkah ke arah Masjid. Mereka ingin melihat dan mendengar suara tembang dan suara bonang dari dekat. Sunan Bonang yang cerdik sudah memperhitungkan hal itu maka beliau sudah menyiapkan kolam di depan masjid. Siapa yang mau masuk masjid harus membasuh kakinya.
Bila mereka sudah berkumpul di dalam Masjid maka sunan Bonang mengajari mereka tembang tembang yang berisikan ajaran islam. Pulangnya mereka hafalkan di rumah masing-masing. Sanak keluarga mereka turut menyayikan tembang-tembang itu karena tertarik akan keindahan dan kemerduan lagunya.
Demikianlah cara sunan Bonang berda’wah sedikit demi sedikit merebut simpati rakyat barumenanamkan pengertian yang sesungguhnya tentang islam. Dengan cara itu Islam segera tersebar luas dikalangan penduduk tuban dan sekitarnya. Seperti daerah Baewan, jepara,madura, dan lain-lainnya. Sunan Bonang juga mendirikan pesantren, murid-muridnya berdatangan dari segala penjuru.
Namanya makin hari semakin terkenal sehingga ada seorang brahmana sakti yang merasa iri Brahmana itu kemudian berlayar menuju tuban. Namun belum sampai di pantai tuban perahunya di hantam badai sehingga dia hanyut terbawa arus air laut. Kitab-kitabnya yang berisi ilmu ghaib yang sedianya hendak dijadikan acuan untuk mendebat sunan Bonang ikut tenggelam ke dalam laut. Brahmana sendiri itu pingsan setelah sadar dia mendapati dirinya berada di tepi pantai. Brahmana tersebut celingukan kesana kemari. Tiba-tiba dia melihat seorang lelaki tua berjubah putih berjalan di tepi pantai. Setelah dekat brahmana itu bertanya kepada lelaki berjubah putih. “kisanak, daerah ini apa namanya. Tapi lelaki berjubah putih itu tidak menjawab hanya menancapkan tongakatnya di depan kaki sang brahmana. Kemudian malah balik bertanya kepada sang brahmana. “Apa yang tuan cari di tempat ini “Saya hendak mencari sunan Bonang “jawab sang brahmana.
“Ada keperluan apa tuan mencarinya ?” “Saya akan menantangnya adu kesaktian, adu imlu gaib “kata sang Brahmana. “Tapi saying……kitab-kitab saya berisi catatan ilmu gaib telah tenggelam ke dasar samudra. Lelaki berjubah putih tersebut kemudian mencabut tongkatnya. Dan dalam lubang bekas tancapan itu keluar air jemih dengan derasnya. Sang brahmana kaget, karena air tersebut membawa kitab-kitab yang tenggelam di dasar laut. “Bukankah itu kitab yang kau bawa dari rumahmu ?” Tanya lelaki berjubah putih. “Beb…… benar. Itu adalah kitab-kitab saya…………… “ujar sang Brahmana. Brahmana itu segera berpikir betapa tinggi ilmu lelaki bejubah putih itu. Dapat menyedot kitab-kitab yang tenggelam didasar laut hanya dengan tongkat bututnya. Seratus orang brahmana semacam dia belum tentu dapat melakukan hal ini. Akhirnya Brahmana itu sadar, siapa lagi yang mempunyai kesaktian sedemikian tinggi selain Sunan Bonang sendiri. Maka serta merta dia berjongkok, tunduk dihadapan sunan Bonang. Dan akhirnya menjadi murid sunan Bonang. Tempat air yang memancar itu hingga sekarang masih ada. Dinamakan sumur Srumbung. Namun karena pantai Tuban selama ratusan tahun dikikis oleh air laut maka sumur Srumbung itu sekarang berada agak ke tengah laut. Walaupun letaknya di tengah laut. Sumur itu airnya tetap jernih dan rasanya segar. Inilah keajaiban yang diciptakan wali.
Sunan Bonang kalau berda’wah sering keliling, hingga wafatnya beliau sedang berda’wah di pulau Bawean. Oleh murid-muridnya yang berada di tuban jenazah Sunan Bonang diminta untuk dimakamkan di tuban oleh murid-muridnya yang berada di bawean tidak boleh, mereka menghendaki jenazah Sunan Bonang dikuburkan di pulau Bawean. Malam harinya, murid-murid Sunan Bonang yang berada di Tuban bergerak di pulau Bawean. Penjaga jenazah Sunan Bonang disirep dengan ilmu gaib. Lalu jenazah sunan Bonang dilarikan naik perahu ke Tuban dimakamkan disebelah barat Masjid Agung Tuban. Anehnya, di pulau Bawean jenazah Sunan Bonang itu masih ada. Hanya kain kafannya tinggal satu. Sedang jenazah Sunan Bonang yang ada di tuban kafannya juga tinggal satu.
Dengan demikian kuburan Sunan Bonang ada dua tempat yaitu :
1. Di Barat masjid Sunan Bonang Tuban
2. Di kampung Tegal Gubuk (Barat Tambak Bawean)
Demikian selintas riwayat Sunan Bonang, salah seorang anggota Walisanga. Semoga Allah menaikan derajatnya di golongan para aulia muqorrobin.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin

SUNAN GIRI

WALISONGO III
S U N A N G I R I

1. SYEH MAULANA ISHAK

Kerajaan blambangan geger,karena sudah berbulan bulan rakyat kerajaan blambangan di landa penyakit. Bahkan putrid kedaton yang bernama dewi sekar dadu juga turut menderita sakit. Prabu menak sembuyu selaku sang ayah putri sudah memanggil berbagai dukun dan tabib untuk mengobati sang putri tapi sang putri belum sembuh juga.
Hampir setiap hari ada saja rakyat blambangan yang meninggal dunia.karena tak sampaih hati melihat penderitaan putri dan rakyatnya prabu menak sembuyu selaku raja blambangan menyuruh patih,bajul,sengarah untuk mengumumkan sayembara, yaitu barang siapa yang dapat menyembuhkan sang putri serta dapat mengusir wabah penyakit dari kerajaan blambangan maka bila orang itu laki-laki akan dijodohkan dengan sang putri. Bila perempuan akan dijadikan saudara sang putri. Sayembara segera di sebar ke pelosok negeri tapi tidak ada satupun yang berani mengikutinya.
Pada suatu hari ada seorang brahmana bernama resi kandabaya menghadap raja. Brahmana itu berkata bahwa yang dapat menyembuhkan sang putri adalah seorang pertapa di gunung gresik namanya maulana ishak.
Prabu menak sembuyu kemudian mengutus putri bajul sengara dan beberapa orang prajurit ke gunung gresik. Sepuluh orang berkuda segera ke gresik setelah menempuh perjalanan selama seminggu sampailah utusan raja itu ke hadapan Maulana Ishak di Gunung Gresik.
“Apa maksud kedatangan kalian kemari”? Tanya syeh maulana ishak.
“Kami diutus raja bahwa tuan yang dapat menyembuhkan penyakit sang putri dewi sekardadu,”jawab patih bajul sengarah” “tuan pula yang sanggup mengusir wabah penyakit dari negeri blambangan. Bila hal itu terlaksana maka prabu menak sembuyu akan menjodohkan tuan dengan dewi sekardadu. Namun bila tuan tak dapat menyembuhkannya maka tuan dihukum mati.” Syeh maulana ishak diam beberapa saat kemudian berkata dengan suara berwibawa. “Agama islam adalah agama yang baik.suka menghormati tamu apa lagi tamu yang datang dari jauh. Aku tidak sampai hati mengecewakan hati rajamu. Aku akan datang ke blambangan untuk menyembuhkan putri dan rakyat blambangan. Ini kulakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbal jasa,bukan karena iming-iming akan dijodohkan dengan sekardadu. Nah sekarang berangkatlah kalian lebih dahulu.”
Patih bajul sengara kemudian mengajak anak buahnya kembali ke blambangan. Mereka harus menempuh perjalanan satu minggu untuk sampai di blambangan dari sini dapat disimpulkan betapa jauhnya jarak antara gunung gresik dengan blambangan.
Ketika patih bajul sengara sampai dikeraton blambangan hatinya terkejut bukan main. Suasana keraton tampak meriah sekali. Setelah diselidiki ternyata prabu menak sembuyu sedang merayakan hari ketujuh perkawinan antara Dewi Sekardadu dengan Syeh Maulana Ishak.
Patih bajul sengarah tercengang dia masih belum percaya atas keterangan beberapa ponggawa kerajaan di pun segera masuk kedalam istana dan bertemu dengan prabu menak sembayu.
“Kemana saja kau ini patih? “ Tanya prabu menak sembayu.
“Lho ? sudah jelas hamba baru datang dari gunung gresik” jawab sang patih.
“berapa lama waktu yang diperlukan untuk datang ke gresik “ ? Tanya prabu menak sembuyu.
“enam hari gusti prabu,jadi kami berada di perjalanan selama dua belas hari. “sahut patih bajul sengara. “gusti prabu apa sebenarnya yang telah terjadi ?” “sungguh aneh,” gumam sanf prabu “pada hari keenam sejak keperglanmu ke gunung gresik. Maulana ishak sudah datang ke istana ini dia telah berhasil menyembuhkan dewi sekardadu.dan sesuai dengan janjiku maka kujodongkan dia dengan putriku itu. Sekarang ini adalah perayaan hari ketujuhnya perkawinan maulana ishak dengan putriku.
Patih Bajul Sengara tercengang mendengar keterangan itu. Sewaktu berada di Gunung Gresik dia telah disuruh berangkat lebih dahulu oleh Maulana Ishak, tapi Maulana Ishak yang tampaknya hanya berjalan kaki itu ternyata sudah sampai lebih dahulu ke Blambangan. Berarti Maulana Ishak itu bukan orang sembarangan.
Patih Bajul Sengara masih setengah percaya, kemudian dia segera menemui Maulana Ishak, dia kuatir jangan-jangan ada orang lain yang mengaku sebaai Maulana Ishak yang datang ke Blambangan. Setelah bertemu dengan Maulana Ishak barulah Patih Bajul Sengara merasa yakin bahwa lelaki yan bersanding dengan Dewi Sekardadu itu memang Syeh Maulana Ishak.
Sesungguhnyalah, Syeh Maulana Ishak itu mempunyai karomah yang mengagumkan hanya dalam beberapa kejap mata dia dapat berpindah tempat dari Gunung Gresik ke istana Blambangan. Setelah pesta tujuh harinya perkawinan Syeh Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu banyak para penduduk Blambangan yang datang berobat kepada Syeh Maulana Ishak sembari belajar agama islam. Mereka yang berobat seketika langsung sembuh sehingga makin hari makin banyak penduduk yang simpati kepada Syeh Maulana Ishak, tidak begitu lama Syeh Maulana Ishak sudah mempunyai pengikut yang jumlahnya tidak sedikit.
Makin hari makin banyak penduduk Blambangan yang masuk agama islam. Lama-lama para pembesar kerajaan termasuk Prabu Menak Sembuyu menjadi kuatir dan marah atas pengaruh Syeh Maulana Ishak pada rakyat Blambangan. Lebih-lebih setelah mereka tahu bahwa agama islam melarang pemeluknya makan daging yang tidak tersembelih karena Allah. Ajaran Syeh Maulana Ishak melarang kesenangan mereka makan daging babi, ular dan binatang-binatang haram lainnya, juga melarang kesenangan mereka minum arak, berjudi, berzina dan menyembah berhala, maka Prabu Menak Sembuyu menyuruh Patih Bajul Sengara mengerahkan tentara Blambangan untuk menyerang Syeh Maulana Ishak dan para pengikutnya. Syeh Maulana Ishak langsung maju ke depan ketika melihat pasukan Blambangan dikerahkan ke pesantrennya. Dia berjalan dengan tenangnya menuju Patih Bajul Sengara, anehnya tidak seorangpun prajurit Blambangan berani menghalangi langkahnya.
Tujuan da’wah Syeh Maulana Ishak adalah menyadarkan mereka yang salah bukan membasmi mereka yang berbuat salah, maka Syeh Maulana Ishak meminta perang tidak diteruskan, beliau bersedia meninggalakn Blambangan. Mendengar pernyataan itu Patih Bajul Sengara tidak meneruskan serbuannya. “Bila Tuan hendak meninggalkan kami siapa yang akan membimbing kami belajar agama islam, Tanya salah seorang murid Syeh Maulana Ishak.
“Istriku sedang mengandung, anak di dalam kandungannya itulah yang kelak akan melanjutkan perjuanganku, “ujar Syeh Maulana Ishak.
Perkataan Syeh Maulana Ishak ini sempat terdengar oleh Patih Bajul Sengara dan beberapa prajurit Blambangan lainnya. Dengan hati mendongkol mereka segera kembali ke keraton Blambangan. Kini tibalah saatnya Syeh Maulana Ishak berpamit kepada istrinya yang sudah hamil delapan bulan. “Istriku, jangan mengira aku tidak menyanyangi dirimu, tapi demi kedamaian segala pihak, agar tidak terjadi pertumpahan darah di antara kita, maka relakanlah aku pergi meninggalkan Blambangan. Dengan hati luluh, air mata bercucuran Dewi sekardadu melepas suaminya pergi. Sesudahnya Syeh Maulana Ishak meninggalkan pesantren di Blambang, Dewi sekardadu di boyong ke istana Blambangan. Tidak berapa lama kemudian Dewi sekardadu melahirkan bayi laki-laki yang elok wajahnya. Sebenarnya prabu Merak sembuyu itu menyukal dan sayang kepada cucunya tapi atas hasutan pati Bajul Sengara terpaksa dia perintahkan prajurit Blambangan membuang bayi itu dalam sebuah peti ke tengah samudra.
Bayi yang dilahirkan Dewi Sekardadu itu dibuang karena patih bajul Sengara pernah mendengar perkataan syeh Maulana Ishak bahwa yang melanjutkan da’wa Islam di Blambang adalah anak Dewi Sekardadu. Wanita mana yang kuat menanggung derita seperti yang dialami Dewi Sekardadu. Sesudah ditinggal suaminya kini harus merelakan anak satu-satunya di buang di samudra. Sejak peristiwa pembuangan anaknya wanita itu jadi sakit- sakitan dan tak lama kemudian dia meninggal dunia.
Sementara itu peti berisi bayi yang dibuang ke tengah laut telah berada diselat Bali. Ada sebuah kapal dagang dari Gresik yang melintas diselat Bali dan kebetulan menabrak peti itu.
Sungguh aneh, kapal itu tidak dapat bergerak saat menabrak peti tadi. Nahkoda memerintahkan anbak buahnya untuk memeriksa apa yang terjadi.
Setelah diselidiki ternyata kapal itu tidak menabrak batu karang melainkan hanya menabrak sebuah peti. Nakoda memerintahkan membawa peti itu naik ke atas geladak. Peti dibuka ternyata berisi bayi mungil yang tampan wajahnya. Sesudah sampai di Gresik bayi itu diberikan kepada juragan mereka yaitu Nyai Ageng Temate.

2. RADEN PAKU

Nyai Ageng Temate adalah seorang janda kaya di Gresik. Kebetulan janda itu tidak mempunyai anak, maka bayi yang di temukan anak buahnya di angkat sebaai anaknya. Karena bayi itu ditemukan di tengah samudra maka dia diberi Joko Samudra. Setelah cukup umurnya Joko Samudra belajar ilmu agama kepada Sunan Ampel di Surabaya. Sejak kecil Joko Samudra sudah mempunyai karomah, kalau dia hendak berangkat ke Surabaya dia berdoa di tepi pantai Gresik. Tiba-tiba saja pantai Surabaya mendekat ke arah daratan Gresik. Begitu kakinya melangkah sampailah dia di daratan Surabaya.
Agaknya Joko Samudra telah mewarisi karomah ayahnya yaitu Syeh Maulana Ishak yang mampu berpindah tempat dari Gunung Gresik ke Blambangan dalam tempo kurang dari sehari.
Sunan Ampel meras kasihan melihat Joko Samudra setiap hari berangkat dari Gresik ke Surabaya, maka dia disuruh mondok di Pesantren Ampeldenta. Joko Samudra mengutarakan hal itu kepada ibunya, Nyai Ageng Temate menyetujui,maka mulai saat itu Joko Samudra tinggal di Pesantren Ampeldenta. Di Ampeldenta Joko Samudra dapat bergaul dengan siapa saja dengan luwesnya. Dia bersahabat akrab dengan putra Sunan Ampel yang bernama Raden Makdum Ibrahim. Kemana mereka pergi selalu tampak berdua.
Pada suatu malam, Sunan Ampel hendak bershalat tahajud, sebelum mengambil air wudhu beliau sempat menengok ke asrama tempat tidur para santri. Saat itu suasana gelap gulita , tiba-tiba Sunan Ampel melihat sebuah cahaya menyilaukan mata keluar dari salah seorang santri yang sedang tidur. Sunan Ampel tidak tahu siapa santri itu maka diberinya tanda berupa ikatan kecil pada sarung yang dikenakan santri itu. Esok harinya sesudah sholat subuh Sunan Ampel mengumpulkan para santrinya. “Siapa diantara kalian yang sarungnya ada ikatan kecil sewaktu bangun tidur ?” “Saya Kanjeng Sunan , Jawab Joko Samudra.
Dari jawaban itu tahulah Sunan Ampel bahwa Joko Samudra bukan orang sembarangan. Pada suatu hari Sunan Ampel mengajak Joko Samudra menemui Nyai Ageng Temate di Gresik. Sebagaimana para wali lainnya, Sunan Ampel juga mempunyai karomah, hanya dalam bebrapa kejap mata beliau sudah dapat membawa Joko Samudra kehadapan Nyai Ageng Temate.
Janda kaya raya itu tergopoh-gopoh menyambut kedatangan Sunan Ampel dan anaknya. Ringkas kata Sunan Ampel mempertanyakan siapakah sebenarnya Joko Samudra itu.
“Ampun Kanjeng Sunan…… “kata Nyai Ageng Temate. “Sesungguhnya Joko Samudra ini ditemukan abak buah saya di tengah Selat Bali. Sejak bayi dia saya angkat sebagai anak saya.”
“Selat Bali ?”Tanya Sunan Ampel. “ Benar Kanjeng Sunan, jawab Nyai Ageng Temate.
“ Bila demikian halnya tentu Joko Samudra ini putra pamanku yang bernama Syeh Maulana Ishak. Sebelum pergi ke Negeri Pasal pamanku itu berpesan dia mempunyai anak di negeri Blambangan. Anak itu dibuang ke tenga lautan, namun Syeh Maulana Ishak yakin bahawa anak itu nanti akan terus hidup dan minta supaya diberi nama Raden Paku bila aku menemukannya.”
“Bila demikian sebaiknya Joko Samudra diberi nama Raden Paku, “sahut Nyai Ageng temate.
“Ya, sebaiknya begitu sesuai dengan pesan ayahnya. “Kata Sunan Ampel.
Begitulah sejak saat terbongkarnya asal-usul Joko Samudra maka dia kemudian dinamakan Raden Paku supaya menjadi Pakunya agana islam di Tanah Jawa.

3. MAULANA AINUL YAQIN

Pada suatu hari Sunan Ampel memanggil Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim, karena ketekunannya kedua pemuda itu sudah selesai menempuh pelajaran di Ampeidenta.
“Semua ilmuku telah kuberikan kepada kalian. “ujar Sunan Ampel. “Tiba saatnya sekarang kalian menimbah ilmu ke tempat yang jauh. Jadikan musafir supaya kalian dapat berbagai pengalaman yang berbarga karena pengalaman adalah guru yang terbaik.”
“Kami harus melanjutkan pelajaran ke mana Kanjeng Sunan?” tanya Raden Paku.
“Pergilah kalian ke Mekkah sekalian dengan menunaikan rukun islam yang kelima. Selama di negeri orang kalian harus bersikap yang lebih dewasa dan hati-hati. Teladanlah akhlak Rasulullah SAW. Rela mengalah kalau hanya untuk kepentingan pribadi tapi bersedia mati untuk urusan agama.”
Senang hati kedua pemuda itu, mereka akan berlayar kenegeri yang jauh. Negeri tempat asal mula agama islam, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya maka berangkatlah kedua pemuda itu dengan iringan do’a Suna Ampel. Kapal yang mereka tumpangi singgah dinegeri Pasai. Di sana mereka menghadap kepada Syeh Maulana Ishak yang terkenal sebagai guru agama atau Ulama Besar. Raden Paku bercerita bahwa dia berasal dari Jawa. Murid Sunan Ampel, putra angkat Nyai Ageng Temate. Sewaktu masih bayi dia ditemukan orang ditengah Selat Bali. Mendengar cerita itu Syeh Maulana Ishak langsung memeluk raden Paku. “Tak salah lagi, kau pastilah putraku sendiri yang lahir dari rahim ibumu Dewi Sekardadu. “kata Syeh Maulana Ishak. Syeh Maulana Ishak menyarankan agar kedua pemuda itu tinggal lebih dahulu di Negeri Pasai karena di sana banyak para ulama’ dari berbagai Negara yang mengajarkan agama Islam. Terutama para ulama’ ahli sufi.
Tiga tahun kedua pemuda itu tinggal di negeri Pasai. Disamping belajar agama kepada Syeh Maulana Ishak, mereka juga belajar kepada para ulama’ dari Baghdad dan Persia yang membuka pengajaran di Pasai. Para ulama’ di Pasai itu sangat menjiwai ilmu tasawwufnya sehingga Raden Paku sangat kagum pada kecerdasan Raden Paku. Semua ilmu yang dipelajarinya langsung dapat dikuasainya, apabila ada masalah Raden Paku dapat menyelesaikan dengan baik dan mengagumkan segala pihak. Karena sikap dan kecerdasannya itu banyak orang mengatakan bahwa Raden Paku di karuniai ilmu Lodunni dari Allah.
Atas semua yang dicapainya itu maka dalam usia yang masih muda Raden Paku sudah tampak sebagai seorang yang alim, khusu’, pribadinya agung dan berwibawa. Sepasang matanya yang bersinar menunjukkan betapa dalam ilmunya. Melihat kenyataan ini guru-gurunya di Samudra Pasai kemudian memberinya gelar Maulana Ainul Yaqin. Gelar ini sebenarnya hanya ia yak dipakai orang yang sudah tua tapi Raden Paku telah menyandangnya karena prestasi dan kesungguhannya mencari dan memperdalam ilmunya.
Setelah masa belajar dinegeri Pasai selesai kedua pemuda itu langsung meneruskan perjalannya ke Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Menurut sebuah keterangan, sesudahnya kembali dari Mekkah, Raden Paku ditugaskan Sunan Ampel untuk berda’wah ke Blambangan. Prabu Menak Sembayu tidak sampai hati menghalang-halangi gerak cucunya. Akhirnya agama islam berkembang di Blambangan. Agama Hindhu-Budha terdesak hingga ke Pulau Bali dan sekitar lereng Tengger.
Berita lain mengatakan bahwa sekembalinya dari Mekkah, Raden Paku ikut membantu ibu angkatnya untuk mengurus perdagangan,
4. SUNAN GIRI

A. RADEN PAKU BERDAGANG KE KALIMANTAN

Pada waktu raden paku berusia 23 tahun dia mendapat perintahdari ibu angkatnya untuk mengawal kapal dagang milik ibunya itu.tiga buah kapal dagang dipimpin oleh juragan abu hurairah segera berangkat meninggalkan pelabuhan gresik. Biasanya bila semua barang yang di bawa dari gresik habis terjual maka pulangnya dari Kalimantan kapal-kapal itu akan di muati barang dagangan dari kaliantan untuk dijual lagi ke gresik.
Setelah sampai di kalimantan raden paku tidak menjual barang dagangannya secara kontan melainkan dibiarkan untuk diambil penduduk banjar sebagai hutang atau bon. Cara mengembalikannya setelah dalam jarak sepuluh hari.
Juragan Abu hurairah merasa kuatir, karena selama ini barang dagangannya hanya di jual secara kontan. Penduduk kurang dapat di percaya bila menghutang barang dagangan. Yang lebih mencemaskan juragan hurairah adalah tindakan raden paku yaitu membagi-bagikan sebagian barang-barang dagangannya kepada penduduk banjar yang fakir miskin “Raden……”tegur juragan abu hurairah. “bagaimana bila nyai Ageng ternate memarahi saya karena tindakan raden ini ?” “Tenanglah paman hurairah,semua ini menjadi tanggub jawabku.” jawab raden paku. “Bagaimana bila nanti saya dipecat ?”
“Saya jamin paman tidak akan dipecat ! “Raden mencoba mengusir rasa cemas di hati juragan Abu Hurairah. Waktu berlalu dengan cepatnya etelah sepuluh hari ternyata uang-uang yang harus di bayar penduduk banjar ternyata tidak ada yang masuk. Juragan Abu Hurairah semakin takut bila nanti kena marah nyai Ageng ternate.
“Apa bila uang-uang itu tidak masuk berarti harta ibu saya asih bercampur dengan harta fakir miskin. Berarti zakat yang harus dikeluarkan ibu saya, “demikian kata raden paku kepada juragan Abu Hurairah. “Boleh jadi kita hanya mendapat marah dari Nyai Ageng ternate. “kata juragan abu hurairah. “tapi bagaimana kita bisa kembali ke tanah jawa dengan perahu kosong, perahu-perahu itu harus diisi barang dagangan bila tidak pasti akan oleng diserang ombak dan kita semua bila mati tenggelam didasar lautan. “supaya tidak tenggelam isilah perahu-perahu kita dengan batu dan pasir pantai, jawab paku seenaknya.
Juragan Abu Hurairah tidak berani membantah, tapi dia menggerutu apa yang dilakukan oleh raden paku hanya pantas dikerjakan oleh orang-orang bodoh dan tidak waras akalnya.
Untunglah pelayaran ke pulau jawa tidak mengalami gangguan yang berat. Tiga kapal dagang dapat sampai di gresik dengan selamat tak kurang suatu apa. Hati juragan Abu Hurairah kebat-kebit saat melangkah menuju kediaman Nyai Ageng ternate. Dugaannya benar, janda kaya raya itu marah-marah ketika mendengar ceritannya. “panggil paku kemari “hardik Nyai Ageng ternate “benar-benar anak tak tahu diri dia itu.
Raden paku segera menghadap dan langsung duduk dikursi. Nyai Ageng ternate yang naik pitam mendamprak Raden paku habis-habisan. Raden paku hanya berdiam diri saja. Baru saja Nyai Ageng ternate selesai menumpahkan kemarahannya Raden paku angkat bicara.
“Wahai ibu ,jangnlah terburu-buru marah. Lebih baik ibu lihat dulu apa sesungguhnya isi ketiga kapal itu. “Apa lagi yang harus di periksa Abu hurairah tidak pernah berdusta Dia bilang ketiga kapal itu kau isi dengan batu dan pasir pantai. Untuk apa semua itu ? cepat buang saja kepinggir laut. ! demikian kata Nyai Ageng ternate dengan nada meledak ledak. Raden paku masih tetap tenang, sedikit pun dia tidak merasa tersinggung di marahi ibunya. “sudahlah bu, sebaiknya ibu lihat dulu isi ketiga kapal itu" ,Kata raden paku dengan lemah-lembut.
Akhirnya Nyai Ageng ternate menuruti perkataan anaknya. Dia naik ke atas kapal dan memeriksa karung serta keranjang yang tadinya diisi batu dan pasir. Karung dan keranjang itu ternyata tidak berisi batu dan pasir lagi melainkan barang-barang dagangan yang sangat diperlukan masyarakat gresik dan sekitarnya seperti rotan dammar dan lain-lainnya.
Buru buru Nyai Ageng ternate menjumpai raden paku dan meminta maaf karena telah memarahinya. Sejak saat itu Nyai Ageng ternate sadar bahwa raden paku itu kelak akan menjadi orang yang dikasihi allah akan menjadi seorang wali seperti halnya Sunan Ampel.
Nyai Ageng ternate menjadi insyaf sejak peristiwa itu. Dia menjadi seorang muslimah yang taat dan ela menyediakan harta bendanya untuk kepentingan agama. Kepada fakir miskin dan yang mereka membutuhkan pertolongan dia sangat santun dan penuh belas kasih. Zakat yang harus dikeluarkannya pun sesuai dengan jumlah kekayaannya.
Raden paku sendiri iat menyebarkan agama islam di kalangan masyarakat gresik. Terlebih karena bantuan dan dukungan dari sunan ampel dan raden makdum ibrahim yang terkenal sebagai sunan boning. Islam makin berkembang pesat di sekitar gresik.

B. MENIKAH DUA KALI DALAM SEHARI

Raden paku sudah bertunangan dengan putrid sunan ampel yang nama dewi murtaslah.hari pelaksanaan akad nikah sudah ditentukan pula. Tetapi ada peristiwa aneh yang tak terduga menimpah diri raden paku.
Pada suatu hari,ketika raden paku hendak berjalan menuju pesantren Ampeldenta,dia melewati perkarangan rumah KI Ageng bungkul yaitu seorang bangsawan majapahit di Surabaya. Sewaktu dia lewat di bawah pohon delima tiba-tiba kepalanya kejatuhan pohon buah delima yang matang. Peristiwa ini kemudian diharturkan raden paku kepada sunan ampel serambil memperlihatkan pohon buah delima yang jatuh di kepalanya.
“itu berarti kau akan diambil enantu oleh ki Ageng bungkul “kata Sunan Ampel “kau akan dijodohkan dengan putrinya yang bernama dewi wardah. Kanjeng sunan ……ujar raden paku. “saya tidak mengerti maksud ki Ageng Bungkul. Bukankah beberapa hari lagi saya akan melangsungkan akad nikah dengan putri kanjeng sunan sendiri?”
“Agaknya ini menjadi takdir tuhan,kau akan mempunyai dua orang istri. Putriku dewi murtasiah dan putrid ki Ageng bungkul dewi wardah. Sunan ampel kemudian menjelaskan bahwa ki Ageng bungkul telah mengadakan sayembara. Barang siapa yang dapat mengambil buah pohon delima diperkararangannya dia akan diambil menantu, dijodohkan dengan dewi wardah.
Sudah banyak orang yang mencoba mengikuti sayembara itu. Mereka mencoba memanjat pohon milik ki Ageng bungkul. Tapi tak seorang pun yang berhasil memetik buah itu. Kebanyakan dari peserta sanyembara itu jatuh dari pohon dan tak lama kemudian meninggal dunia. Raden Paku menggangguk-ngangguk mendengar cerita dari Sunan Ampel. Didalam kisah lain disebutkan bahwa Ki Ageng Bungkul sengaja melemparkan buah delima yang masak itu ke sungai yang membelah kota Surabaya ( Kali Mas ). Kebetulan pada saat itu Raden Paku sedang mengambil air wudlu, melihat buah delima yang matang di depannya hanyut begitu saja maka oleh Raden Paku diambil dan dihaturkan kepada Sunan Ampel.
Sementara itu Ki Ageng Bungkul menuruti aliran sungai dan mencari siapa orangnya yang menemukan buah delima itu. Barang siapa yang menemukan dan mengambil buah delima itu dari aliran sungai akan dijodohkan dengan Dewi Wardah. Ternyata Raden Pakulah yang menemukan buah itu. Demikianlah, pada akhirnya Raden Paku harus menikah dua kali. Yang pertama dengan Dewi Murtasiah putrid Sunan Ampel dan yang kedua Dewi Wardah putri Ki Ageng Bungkul. Dua kali pernikahan itu dilangsungkan dalam waktu sehari. Nyai Ageng Temate turut bahagia menyaksikan putra angkatnya melangsungkan pernikahan dengan cara yang unik itu. Baru kali ini dia menyaksikan orang menikah dua kali dalam sehari.
Selanjutnya Raden Paku hidup berbahagia dengan kedua istrinya di Gresik sambil membantu perdagangan ibunya. Raden Paku berjuang menyebarkan agama islam di daerah Gresik.

C.MENDIRIKAN PESANTREN

Sudah agak lama Raden Paku membantu ibunya di dunia pelayaran atau perdaganan aatar pulau. Sebenarnya makin hari makin banyak orang yang belajar agama kepadanya. Murid-muridnya tidak hanya berasal Gresik saja. Banyak kaum pelajar dari luar Jawa berguru kepadanya seperti dari Hitu dan Ternate. Namun dengan makin banyaknya orang yan berguru kepadanya itu membuat Raden Paku semakin risau. Sebab dengan mengurus perdagangan ibunya dia tidak dapat konsentrasi memberikan pelajaran kepada murid-muridnya secar penuh. Baru sang murid memulai pelajaran kepada murid-muridnya secara penuh. Baru sang murid memulai pelajaran harus ditinggal peri untuk berlayar.
Raden Paku kemudian memutuskan untuk berhenti dari dunia pelayaran. Dia akan memusatkan perhatiannya pada pengajaran agama islam dengan cara mendirikan Pesantren.
Hal itu diutarakan kepada Nyai Ageng Temate. Ternyata ibu angkatnya itu menyetujui rencananya. “Kalau itu adalah lebih baik menurut pertimbanganmu, “ujar Nyai Agung Temate. ‘”Maka akku mendukungmu. Barangkali dengan mendirikan pesantren pesantren akan lebih cocok dan sesuai dengan bakat dan pembawaanmu”.
Nyai Ageng Temate berjanji akan membantu segala hal yang diperlukan untuk membangun Pesanten itu. Raden Paku kemudian mengasingkan diri. Berkhalawat atau bertafakur selama empat puluh hari empat puluh malam disebuah daerah yang sekarang bernama desa Kembangan yang terletak di wilayah Kecamatan Kebomas.
Setelah empat puluh hari empat puluh malam berlalu teringatlah Raden Paku pada pesan ayahnya ketika berada di Samudra Pasai. Ayahnya yaitu Syeh Maulana Ishak pernah berpesan bahw pada suatu ketika bila Raden Paku hendak mendirikan pesantren hendaklah mencari daerah yang tanahnya persis dengan tanah pemberiannya. Lalu Syeh Maulana Ishak memberikan segumpal tanah yang yang disimpan pada sebuah buntaln kain kain putih Raden Paku membawa tanah wasiat itu ke Pulau Jawa dan menyimpannya dengan rapi.
Buru-buru Raden Paku pulang ke rumah untuk mengambil tanah pemberian ayahnya lalu pergi mengembara mencari daerah yang tanahnya sesuai dengan tanah pemberian ayahnya.
Melalui desa bernama Marganata ( Margonoto ) sampailah Raden Paku ke sebuah tempat dataran tinggi. Dia terus melangkah kesebuah gunung atau sebuah bukit. Di tempat itu Raden Paku merasakan suasana sejuk dan damai. Dia kemudian mengeluarkan tanah yang dibawahnya yang diinjaknya maka tempat itulah yang menjadi pilihan raden Paku untuk mendirikan Pesantren. Dengan bantuan masyarakat Gresik, terutama murid-muridnya sendiri danbantuan Nyai Ageng Temate maka dalam waktu yang tidak begitu lama Pesantren itu telah berdiri.
Gunuing itu dalam bahasa Sansekerta adalah Giri. Maka Pesantren itu dinamakan Pesantren Giri. Raden Paku yang mendirikannya disebut Sunan Giri.
Dengan adanya Pesantren itu, Raden Paku lebih mapan dan mantap dalam mendidik murid-muridnya. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang yang datang untuk berguru. Bukan hanya dari masyarakat Gresik dan sekitarnya saja, dari pelosok Tanah Jawa dan bahkan dari luar Jawa banyak yang berdatangan orang-orang yang ingin memperdalam agama Islam.
Menurut Babat Tanah Jawa, murid-murid Sunan Giri itu ada yang berasal dari Arab, Mesir, Cina, dan Rum (negeri Eropa atau Romawi). Sedang berdasarkan sejarah, murid-murid Sunan Giri ada yang berasal dari Madura, Banjar (Kalimantan), Lombok, Makasar (Sulawesi) Hitudan Ternate (Halmahera).
Bisa dimaklumi, karena murid-murid Sunan Giri banyak berdatangan dari penjuru Nusantara ? karena Sunan Giri semasa muda pernah bertanya ke berbagai tempat di Nusantara dan berkenalan dengan penduduk setempat dengan baik. Karena terkesan akan kepribadian Sunan Giri yang mengagumkan itulah maka orang-orang yang tadinya mengenalnya berdatangan dan ingin berguru kepadanya.
Kedua adalah Gresik pada masa itu merupakan pelabuhan yang ramai. Tempat persaingan berbagai kapal yang hendak berlayar ke Nusantara bagian Timur. Di sekitar Pesantren Giri yang dahulu jarang dihuni manusia itu sekarang banyak ditempati orang. Sunan Giri membantu penduduk yang kekurangan air dengan membuat sumur-sumur baru. Cara membuat sumur-sumur itu sungguh aneh dan ajaib. Hanya Sunan Giri yang mampu melakukannya yaitu dengan karomahnya. Dan hal itu makin membuat orang kagum serta manaruh hormat kepdanya.
Dekat Pesantren itu Raden Paku mendirikan Masjid. Di kanan kiri Masjid dibangun asrama untuk para santri yang datang dari jauh.

D. TANTANGAN DARI SEORANG BEGAWAN

Hanya dalam waktu tiga tahun nama Sunan Giri sudah termasyhur ke penjuru Tanah Jawa. Tersebutlah seorang Begawan Mintasemeru. Muridnya banyak, kesaktian dan ilmunya cukup tinggi. Menurut riwayat, Begawan ini mampu menciptakan sesuatu dengan cara menheningkan cipta. Juga dapat berlari cepat bagai terbang diatas angin. Ingin kanuragannya tak terkatakan lagi tingginya.
Pada suatu hari sang Begawan mendengar nama Sunan Giri disebut-sebut penduduk Lereng Lawu sebagai Guru Besar yang baru mendirikan Padepokan. Muridnya terbesar keseluruhan Tanah Jawa dan Nusantara, karena sehabis belajar di Padepokan Giri murid-murid itu kembali ke tempat masing-masing untuk mengamalkan ilmunya. Begawan Mintasemeru merasa tersaingi, maka berangkatlah dia ke Padepokan Giri. Pada saat dia hanya dapat bertemu dengan murid Sunan Giri sedang melaksanakan shalat jamaah. Dia hanya dapat bertemu dengan murid Sunan Giri yang menjaga pintu gerbang. “Di mana aku dapat bertemu dengan Sunan Giri ?” tanya Begawan itu. “Tuan ini siapa ? “Tanya penjaga pintu gerbang. “Katakan saja, dimana aku dapat bertemu dengan junjungan ?” “Kanjeng Sunan sedang melaksanakan shalat, “sahut penjaga pintu gerbang. “Sudah, katakan saja kepadanya ada tamu penting dari jauh ingin bertemu !” tukas Begawan itu. Penjaga pintu segera menemui Sunan Giri di Masjid. Kebetulan Sunan Giri sudah selesai shalat dan hampir mengakhiri do’a. “Ada apa muridku ?” tanya Sunan Giri. “Ada seorang Brahmana datang dari jauh ingin bertemu dengan
Kanjeng Sunan. “Jawab muird itu. “Suruh dia masuk ke dalam.”
Murid yang menjaga pintu gerbang kembali menemui Begawan Mintasemeru dan mengajaknya masuk dalam lingkungan Pesantren. Sunan Giri menyongsong kedatangan tamu itu dengan ramah tamah. Sedikitpun tak ada rasa curia bahwa tamunya itu justru hendak menantangnya adu kesaktian. “Kisanak ini berasal darimana ?” Tanya Sunan Giri
“Nama saya Begawan Mintasemeru, datang adri Gunung Lawu. Saya mendengar bahwa Tuan selaku Guru besar Padepokan Giri adalah seorang linuwih, seorang sakti berilmu tinggi. Terus terang saja, saya ingin mencoba kesaktian tuan !”
“Mencoba kesaktian apa ?’ Tanya Sunan Giri. “Ya, bila saya kalah, saya akan pasrahkan jiwa raga saja kepada tuan> Tapi bila tuan kalah maka saya akan putuskan leher Tuan supaya di Tanah Jawa ini hanya ada satu orang yang dianggap sakti.”
“Sesungguhnya segala apa yang ada di langit dan dibumi adalah kepunyaan Allah Tuhan penguasa seluruh alam. Saya tidak mempunyai kesaktian secuilpun. Semua ilmu adalah kepunyaan Allah. Tuan bermaksud mengalahkan dan memutuskan kepala saya, kalau Allah tidak mengijinkannya, seribu orang seperti Tuanpun tidak akan mampu melaksanakannya.”
“Jelaskan Tuan menerima tantangan saya ?” tukas Begawan Mintasemeru.
“Silahkan bila Tuan ingin mencoba ilmu yang dititipkan Allah kepada saya, “sahut Sunan Giri.
Keduanya kemudian keluar dari dalam paseban, menuju halaman pesantren yang luas. Saling berhadapan. Berkata sang Begawan, “pertama, marilah kita main tebak, saya akan menguburkan hewan di atas Gunung Patukangan. Tuan tinggal menyebutkan saja, hewan apa yang akan saya kubur.”
“Silahkan,”sahut Sunan Giri. Begawan Mintasemeru kemudian meleset keluar. Menuju puncak Gunung Patukangan. Di sana dia menciptakan dua ekor angsa; jantan dan betina, lalu sepasang angsa itu dikuburkannya hidup-hidup. Sesudah ditimbuni tanah dan bebatuan dia kembali ke Pesantren Giri. “Nah, hewan apakah yang telah saya kubur dipuncak Gunung ?” Tanya Begawan Mintasemeru kepada Sunan Giri. “Yang Tuan kubur di atas patukangan itu adaklah sepasang ular naga. “jawab sunan giri Bengawan mintasemeru tertawa ngakak.
“tuan salah ! salah besar ! ujar bengawan mintasemeru setelah puas mentertawakan sunan giri. Yang saya kubur adalah sepasang angsa. “apa tuan tidak salah lihat? Sebaiknya tuan kembali ke gunung patukangan dan melihat hewan yang tua kubur itu !” kata sunan giri.
“justru tuan yang harus melihatnya supaya tuan bersedia menerima kekalahan tuan !” sahut bengawan mintasemeru. “baiklah mari kita bersama-sama ke gunung patukangan. “kata sunan giri. Hanya dalam beberapa saat saja kedua orang berilmu tinggi itu sampai di gunung patukangan. Bengawan mintasemeru membongkar tanah yang dipergunakan untuk mengubur sepasang angsa ciptaannya.
Setelah semua tanah dan batu terangkat keluar, munculah sepasang ular naga yang meliuk-liuk ke atas. Bengawan mintasemeru sangat terkejut menyaksikan hal itu.
“Hem, saya kalah dalam babak pertama ini. “gumam bengawan mintasemeru. Sang Bengawan kemudian menciptakan sebuah tempayan besar.tempayan itu diisi penuh dengan ai kemudian dilempar ke atas dengan posisi terbalik, anehnya air dalam tempayan yang menghadap kebawah itu tidak tumpah. Tempayan yang masih bergerak ke atas udara itu dituding oleh sunan giri. Mendadak tempayan itu jatuh di hadapan sunan giri dan ujudnya berubah jadi air semua. Air tersebut di lemparkan sunan giri ke angkasa dan lenyap tak terbekas sama sekali.
Bengawan mintasemeru kemudian melemparkan ikat kepalanya ke udara. Demikian kuatnya tenaga lemparan itu hingga ikat kepala itu tidak tapak lagi. Sunan giri lalu melemparkan jubahnya. Jubah itu ternyata dapat menyusul dan bahkan bisa menumpahi ikat kepala sang bengawan. Sunan giri kemudian melambaikan tangannya, kedua benda itu segera melayang turun di hadapan sunan giri dan bengawan mintasemeru. Ikat kepala berada dibawah sementara jubah sunan giri berada di atas, ini membuktikan sunan giri lebih unggul.
Bengawan Mintasemeru masih tak mau kalah, dia menciptakan berpuluh-puluh telur. Telur tersebut disusun dari bawah ke atas. Anehnya, telur itu tidak terjatuh maupun bergulung. Seperti ada perekatnya saja. Sunan Giri tak mau kalah, beliau mengambil telur itu dari bawah sehingga telur yang berada di bawah tidak berpijak pda tanah lagi. Anehnya telur yang berada diatasnya tidak melorot turun. Demikian seterusnya, sunan giri mengambil telur-telur dari bawah satu persatu.
Akhirnya bengawan mintasemeru tak dapat membendung kemarannya, dia selalu dikalahkan oleh sunan giri, kali ini dia mengajak duel sunan giri dengan menggunakan ilmu silat dan aji kesaktian.
Lagi-lagi bangawan mintasemeru kecele. Sewaktu dia mengerahkan ilmu silatnya. Ternyata sunan giri meladeninya dengan ilmu silat yang serupa namun gerakan-gerakan sunan giri jauh lebih matang dan lebih sempurna. Bengawan minta semeru merasa seperti bertempur dengan gurunya sendiri. Juga sewaktu mengerahkan ajian kesaktian, ternyata pukulannya yang menggunakan aji kesaktian membalik kea rah dirinya sendiri. Akhirnya dia robohtak berdaya oleh ilmunya sendiri. Sesuai dengan janjinya maka dia berlutut di hadapan sunan giri.
“hari ini saya kalah, sesuai dengan janji saya maka saya prasahkan jiwa dan raga saya kepada tuan. “kata sang bengawan. “Saya hanya minta tuan bengawan berkenan mengenal agama islam,kata sunan giri. “saya tidak memaksa tuan untuk memeluk agama islam karena tidak ada paksaan dalam memeluk agama.”
“Sesuai dengan janji saya, maka saya akan belajar kepada tuan “sahut sang bengawan.
Demikianlah, pada akhirnya bengawan mintasemeru tinggal beberapa bulan di pesantren giri. Belajar atau mengenal seluk-seluk agama islam. Setelah mempelajari agama islam ternyata bengawan tersebut tertarik dan dengan kesadarannya sendiri akhirnya masuk islam.
Setelah menimbah ilmu bengawan tersebut kembali ke gunun lawu mengajak murid-muridnya supaya belajar dan mengenal agama islam.
Sebagian muridnya banyak yang masuk islam, tapi ada juga yang bersihkeras memeluk agama lama.

E. SUNAN GIRI SEBAGAI MUFTI TANAH JAWA

(PEMIMPIN PARA WALI SE TANAH JAWA)

Sunan giri dikenal sebagai seorang yang dalam ilmu taukhidnya, demikian pula ilmu fiqihnya. Beliau sangat berhati-hati apabila hendak memutuskan hukum, takut kalau tidak sesuai dengan ajaran nabi. Dalam masalah ibadah, sunan giri tidak kenal kompromi dengan adapt istiadat dan kepercaanya lama. Ibadah menurut harus dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Tidak boleh dicampur aduk dengan kepercayaan animesme dan dinamisme. Pelaksaan ibadah harus sesuai dengan aturan tersebut di dalam Al-qur’an dan sunnah rasul. Sikap dan kenyakinan sunan giri ini didukung oleh sunan ampeldan sunan drajad. Dan pengikut sunan giri kemudian disebut islam atau santri putihan. Sementara pihak lain yang agak lunak kepada adat istiadat atau kepercayaan lama disebut islam abangan atau santri abangan. Pemimpin golongan santri abangan ini adalah sunan kali jaga yang didukung oleh sunan bonang sunan muria sunan kudus dan sunan gunung jati. Kaum Abangan berpendapat bahwa :
-kita harus bersikap lunak kepada rakyat jawa yang masih awam tidak tergesah-gesah merubah adapt-istiadat rakyat yang memang sukar di rubah atau dihilangkan.
-Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetap mudah dirubah maka bisa dihilankan.
-Mengikuti dari belakang tetapi diusahakan untuk dapat mempengruhi sedikit demi sedikit, yaitu memasukan unsur islam pada adat istiadat rakyat. Contoh dalam hal ini adalah memanfaatkan kesenian rakyat berupa gending tembang dan wayang kulit sebagai mediah da’wah.
-Akhirnya kaum Abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan berperang teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan mendekat kepada para wali. Caranya tidak lain adalah dengan mengambil hati mereka agar merasa simpati, senang dan akrab dengan ajaran para wali. Apabila mereka sudah mendekat dan mau berkumpul maka mudahlah bagi para wali untuk memberikan pengertian kepada mereka. Bila mereka sudah mengerti ajaran islam maka secara otomatis pasti mereka akan meninggalkan sendiri adat dan kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah islam.
Itulah pokok-pokok pikiran menjadi perbedaan antara santri putihan. Islam atau santri Abangan ingin mengislamkan orang jawa secepat mungkin dengan jalan agak kompromi atau mengikuti arus tapi tidak hanyut. Sedang santri putihan takut atau khawatir bila terjadi peyelawangan terhadap agama islam. Meski demikian kedua aliran ini tetap menjaga ukhuwah islaminya. Mereka tetap menjaga persatuan umat. Misalnya dalam soal mendirikan masjid demak, kedua pihak tersebut tetap bersatu padu dan bergotong-royong. Demikian pula pada saat membantu raden patah mendirikan kerajaan demak dan menyerang kerajaan majapahit.
Pada saat membangun masjid demak tidak terjadi perselisihan yang rumit. Tetapi pada saat meresmikan masjid tersebut terjadi perdebatan antara sunan kalijaga dan sunan giri.
Sunan kalijaga menginginkan peresmian itu di buka dengan pagelaran wayang kulit. Masyarakat diundang, mereka harus masuk melalui pintu gerbang, karcisnya dengan membaca syahadat. Bila mereka sudah berkumpul maka mereka akan di bri ceramah agama. Lakon wayang diberi wama islam. Inilah rencana kaum Abangan.
Kaum putihan lain lagi.sunan giri mehendaki peresmian masjid demak dibuka sambil melaksanakan shalat jum’at. Sunan giri tidak setuju dengan pendapat sunan kalijaga, sebab tontonan wayang itu haram hukumnya. Semua gambar makhluk hidup yang bernyawa adalah haram hukumnya. Sedang wayang pada jaman itu gambarnya adalah persis manusia.
Sunan kalijaga tidak kekurangan akal. Beliau mengubah gambar wayang seperti yang kita lihat ini, sehingga sukar dikatakan bahwa gambar wayang yang diubah sunan kalijaga itu adalah gambar manusia dengan demikian hukamnya tidak haram lagi.
Inilah hikmah adanya perbedaan, sebagaimana sabda Nabi bahwa perbedaan di kalangan umat adalah rahmat. Dengan adanya perbedaan pendapat antara sunan giri dan sunan kalijaga maka timbullah gambar wayang kulit seperti sekarang ini,yang mempunyai citra seni yang tinggi. Didunia ini hanya di tanah Jawa yang punya kebudayaan wayang kulit dengan seni tinggi.
Sunan Kalijaga berubah bentuk wayang yang bernama Bethara guru yaitu pemimpin para dewa seperti adanya sekarang ini. Kemudian karena gagasan untuk merubah bentuk wayang itu adalah sunan giri maka sunan kalijaga memberi nama sang Hyang girinata kepada Bethara guru. Girinata artinya sunan giri yang menata.
Kemudian dicapailah kata sepakat, masjid demak di buka dengan jama’ah sholat jum’at sesudah itu diadakan keramaian tontonan wayang kulit. Dalangnya adalah sunan kalijaga sendiri.
Ketika sunan ampel masih hidup, demak disarankan tetap loyalkepada majapahit. Karena raja majapahit tidak pernah menghalang-halangi orang masuk islam. Bahkan sunan ampel dan sunan giri boleh menyiarkan agama islam di wilayah majapahit.
Namun ketika sunan ampel wafat brawijaya kertabhumi diserang oleh prabu girindrawardhana dari kediri. Prabu brawijaya yaitu ayah raden patah tewas dalam perebutan kekuasaan itu.
Dengan demikian yang menjadi penguasa kerajaan majapahit itu bukan ayah raden patah lagi, tapi musuh ayahnya raden patah.
Karena penguasa majapahit adalah prabu girindrawardhana dari kediri, sikap para wali pun jadi lain. Dahulu sunan ampel menasehatkan raden patah agar tetap setia kepada majapahit, kini sunan ampel sudah meningal dunia. Kedudukan sunan ampel selaku pemimpin para wali digantikan oleh sunan giri. Sunan giri bersikap tegas kepada majapahit. Bahwa Demak boleh bersiap-siap untuk merebut kekuasaan Majapahit yang memang menjadi hak Raden Patah selaku putra Prabu Kertabhumi, Penguasa Majapahit yang sah.
Sikap Sunan Giri ini diketahui oleh Prabu Girindrawardhana. Kemudian raja dari Kediri itu mengutus dua orang Senopatinya untuk membunuh Sunan Giri.
Menurut Berbagai sumber,rencana pembunuhan atas diri sunan giriitu di karenakan berbagai hal. Di antaranya ada;ah prabu Girindrawardhana merasa iri atas pengaruh kekuasaan sunan giri diseluruh tanah jawa.sunan giri bukan saja pemimpin agama se tanah jawa atau Mufti, tapi juga pemimpin para wali dan dapat dikatan sebagai Raja Ulama” karena giri ada keratonnya.
Raja majapahit kemudian mengutus lembusura dan keboharjo.keduanya terkenal sebagai seorang senopati majapahit yang sakti dan mandraguna. Tak pernah gagal menjalankan tugas membunuh orang.
Dengan kelihalannya kedua orang itu dapat menyusup ke giri kedaton dan bersembunyi di dekat sebuah kolam. Pada suatu malam sunan giri hendak mengambil air wudhu guna melakukan sholat tahajjud.kedua orang itu merasa bahagia, mereka langsung meloncat ke hadapan sunan giri dan bermaksud menussukan kerisnya ke lambung sunan giri.
Namun ketika keduanya sampai di hadapan sunan giri tiba-tiba keduanya merasa lumpuh, tak dapat menggerakkan tubuhnyasama sekali. “kalian ini siapa ? kenapa malam malam begini datang kemari ?” Tanya sunan giri.
Kami datang dari majapahit, “ ucap lembusara dengan suara gemetar.
“Dari majapahit ?mau apa kalian ?” Tanya sunan giri.
“Ampun tuan, kami disuruh membunuh tuan, “sahut keboharjo.
“Hem. Jadi prabu Girindrawardhana mengincar nyawaku ? kenapa tidak lekas kalian laksanakan ?”
“Am……ampun tuan,kami tiba-tiba merasa lumpuh,semua kesaktian kami telah hilang. Kami minta diampuni……”rengek lembusura.
“Baiklah,kembalilah kalian kepada Rajamu. Katakana apa yang telah terjadi malam ini kepada Rajamu. “kata sunan giri.
“baik tuan,…”sahut keduanya dengan serentak. Lalu keduanya berlari kencang meninggalkan giri kedaton.
Al-kisah, ribuan prajurit sudah hampir sampai di bawah bukit giri. Tapi hal ini diketahui oleh sunan giri. Dengan karohmahnya sunan giri berdo’a, maka sawah ladang di hadapan para prajurit itu menjadi terhenti. Mereka terkurung oleh laut yang muncul secara tiba-tiba.
Berhari-hari mereka tak dapat meninggalkan tempat itu, hingga perbekaln makan mereka habis. Melihat hal ini sunan giri merasa kasihan. Kemudian beberapa tambak disabda menjadi beras. Maka prajurit majapahit tidak jadi mati kelaparan. Setelah mereka kenyang mereka dapat membuatjembatan dari tambak yang disabda enjadi beras tadi dan mereka dapat bergerak hingga ke bawah bukit Giri.
Pada saat itu sunan giri sedang menukis kitab di dalam kamarnya.melihat para prajurit majapahit hendak menyerang, maka beliau melemparkan kalamnya. Kalam yang dilempar berputar-putar dibawah bukit dan bentuknya berubah menjadi sebilah keris, menyerang prajurit yang hendak naik keatas bukit.
Sunan Giri kemudian mengambil segenggam pasir, ditaburkan kearah para prajurit di bawah bukit. Pasir itu berubah menjadi ribuan tawon yang menyerang para prajurit.
Di serang oleh keris gaib yang melayang-layang dan menusuk-nusuk siapa saja yang dijumpai di tambah sengatan ribuan tawon dari atas bukit maka prajurit majapahit itu menjadi panik, mereka berteriak-riak ngeri, melarikan diri menjahui giri kedaton, sebagian ada yang bersembunyi di hutan sebagian ada yang menyelam ke telaga dan sebagian lagi terus melarikan diri ke majapahit.
Prabu Girindrawardhana sangat sedih mendengar laporan dari para prajuritnya yang lari terbirit-birit. Sampai beberapa hari sang prabu mengurung diri didalam kamarnya. Baru berhadapan dengan Giri kedaton sajah sudah kalah apalagi bila nanti giri kedaton bergabung bersama lasykar demak untuk menyerbu majapahit, pasti majapahit akan akan hancur-lebur demikian piker prabu Girindrawardhana.
Tetapi bukan demak atau giri kedaton yang menyerang prabu Girindrawardhana, melainkan prabu udhara. Dalam serangan yang terjadi pada tahun 1498 itu prabu Girindrawardhana tewas didalam istana. Dengan demikian majapahit jatuh ke tangan prabu Udhara.
Prabu Udhara sadar akan bahaya yang mengancam kekuasaannya. Bahaya itu tak lain berasal dari raden patah selaku ahli waris tahta majapahit, maka untuk memperkuat angkatan perangnya prabu Udhara bersekongkoldengn portugis di malaka. Sejarah telah mencacat pada tahun 1512 majapahit mengirim utusan ke malaka yang dikuasai Alfonso d’Albuquerque pemimpin bangsa portugis.
Karena ulah prabu Udhara inilah maka sunan giri memberi restu raden patah untuk menyerang majapahit. Sekiranya majapahit tidak segera dijatuhkan, sudah pasti bangsa portugis akan bercokol di pulau jawa lebih epat dari pada bangsa belanda.
Pada tahun 1517 Demak menyerang majapahit tak dapat membending serangan itu akhirnya jatuhlah pusaka majapahit ketangan raden patah.

F. KETURUNAN SUNAN GIRI

Di kalngan rakyat disebut-sebut adanya giri kedaton. Kedaton artinya adalah keraton. Berarti di pesantren giri pada jaman dahulu ada keratonnya atau semacam pemerintahan ulama”.
Pemerintahan Giri kedaton ini diperkirakan mulai aktif pada tahun 1470 yang dipimpin oleh raden paku, syeh maulana Ainul Yaqin yang lebih dikenal dengan sebutan sunan giri.
Menurut Dr.H.J. de graaf (pakar sejarah jawa) disebutkan bahwa sunan giri (prabu satmata) sepulang dari berpergian (samudra pasal) maka ia memperkenalkan diri kepada dunia, kemudian berkedudukan di atas sebuah bukut di Gresik, dan ia menjadi orang pertama yan paling terkenal dari sunan-sunan giri yang ada. Di atas gunung tersebut seharusnya ada keraton karena dikalangan rakyat dibicarakan adanya giri kedaton (kerajaan Giri). Murid-murid sunan giri berdatangan dari segala penjuru, demikian menurut De Graaf.
Menurut berita lainnya, kerajaan-kerajaan islam di jawa maupun di luar jawa apabila menobatkan seorang raja memerlukan pengesahan dari sunan giri. Ini menunjukan betapa besar pengaruh giri kedaton atas kerajaan-kerajaan islam di jawa maupun di luar jawa.
Pemerintahan Giri berlangsung kurang lebih 200 tahun sesudah sunan giri pertama meninggal dunia beliau digantikan oleh anak turunannya yang juga bergelar sunan giri.
Sisilah sunan giri dan para penggantinya adalah sebagai berikut :
1. fatimah putrid Nabi Muhammad saw.
2. Berputra Sayyid Khusain
3. Berputra Sayyid Zainul abidin
4. Berputra Sayyid Zainal Alim
5. Berputra Syeh Zainal kubra
6. Berputra Syeh Namudin Al Kubra
7. Berputra Syeh Najmudil Kubra
8. Berputra Syeh Sama’un
9. Berputra Syeh Hasan
10. Berputra Syeh Abdullah
11. Berputra Syeh Abdur rahman
12. Berputra Syeh Maulana Mahmudin al Kubra
13. Berputra Syeh jamaludin jumadil Kubra
14. Berputra Syeh maulana Ishak
15. Berputra Syeh Maulana A’inul Yaqin atau sunan Giri.

Bila sisilah sunan giri dituturkan dari ibunya maka beliau adalah putra Syeh Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu adalah putri prabu Menak Sembuyu, putra Bre Wirabumi, putra Raja Hayam Wuruk Raja Majapahit.
Ada pun keturunan dan pengganti kedudukan sunan giri adalah sebagai berikut :
1. Prabu Satmata atau Raden paku sunan giri pertama
2. Sunan Dalem (Sunan giri kedua)
3. Sunan sedarmagi (Sunan giri ketiga)
4. Sunan Giri prapen atau Sunan Giri keempat wafat tahun 1597.
5. Sunan Kawis Guwa atau Sunan Giri kelima
6. Panembahan Ageng Giri, sampai tahun
7. Panembahan Mas Witana siding rana wafat tahun 1660
8. Pangeran Puspa Ira (bukan keturunan Sunan Giri) berkuasa di Giri kedaton atas perintah Sunan Amangkurat 1.
9. Pangeran singasari
10. Panembangan Giri.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin